Kamu pasti sudah sering mendengar kan, kalau buka puasa sebaiknya diawali dengan asupan manis? Atau mungkin malah kamu selalu melakukannya tiap kali berbuka puasa? Namun, apakah kamu tahu apa alasan kenapa buka puasa harus diawali asupan manis?
Dalam konteks puasa yang dilakukan oleh umat Islam di bulan Ramadan, berbuka dengan yang manis erat kaitannya dengan kebiasaan Nabi Muhammad SAW. Beliau mendahulukan berbuka puasa dengan kurma untuk berbuka puasa, setelahnya tenggorokan dibasuh dengan air putih. Sesuatu yang netral, tidak menambah kadar gula berlebih ke dalam darah.
Pertanyaannya sekarang, kenapa kurma? Mungkin di zaman itu, makanan manis yang paling mudah dan umum tersedia, adalah kurma.
Jumlah yang disarankan 3-5 kurma saat berbuka. Penelitian dari Journal of Taibah University for Science membuktikan bahwa kurma mengandung mineral tinggi (kalium dominan), dan glukosa & fruktosa sebagai gula utama. Selain itu, kurma mengandung 8 gram serat makanan (per 100 gram kurma) yang memenuhi 32% dari nilai harian, menurut penelitian.
Baca Juga: 15 Buah Kaya Microbiome yang Bagus untuk Buka Puasa
Komposisi kurma ini tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan nutrisi (mineral, serat, dan lain-lain), tapi juga segera memulihkan energi dengan menyediakan glukosa dan fruktosa untuk mereka yang berpuasa.
Selain kurma, kamu juga bisa mencoba buah-buahan kering lainnya seperti aprikot, buah ara, kismis atau plum, yang juga menyediakan serat dan nutrisi.
Bagaimana Jika Sumber Manis Berasal dari Makanan Lain?
Misalnya sesuatu yang dibuat dengan kandungan gula pasir, kamu harus memastikan tidak berlebihan mengonsumsinya.
The American Heart Association (AHA) telah merekomendasikan aturan seputar takaran gula tambahan yang sebaiknya diperhatikan dalam sehari:
- Pria: 150 kalori per hari (37,5 gram atau 9 sendok teh)
- Wanita: 100 kalori per hari (25 gram atau 6 sendok teh)
Sebagai catatan, mungkin angka di atas bisa berubah, tergantung dari kondisi fisik seseorang dan kegiatan fisiknya sehari-hari.
Berbuka Puasa dengan Bijak Turut Menyeimbangkan Microbiome
Nah, sebenarnya jenis makanan yang disarankan untuk berbuka, selain manis, disarankan juga konsumsi makanan yang berfungsi mengembalikan energi kita dengan cepat saat berbuka. Salah satunya serat, yang juga mengandung nutrisi lain guna menjaga keseimbangan microbiome kamu.
Microbiome merupakan kumpulan mikroorganisme yang menghuni tubuh manusia, paling banyak ditemukan di usus, berpengaruh terhadap kesehatan kamu secara keseluruhan. Microbiome terdiri dari bakteri, jamur, virus, dan archaea.
Dalam sebuah jurnal berjudul The Impact of Dietary Fiber on Gut Microbiota in Host Health and Disease, disebutkan jika seseorang mengabaikan serat dalam pola makannya sehari-hari akan menyebakan dirinya berpotensi terjangkit berbagai penyakit kronis dan peradangan.
Hal tersebut disebabkan karena microbiome kamu tidak seimbang, akibatnya patogen yaitu bakteri penyebab berbagai macam penyakit jumlahnya lebih banyak daripada bakteri baik. Secara keseluruhan pola makan rendah serat mengganggu ekosistem microbiome dan mengarah pada kecenderungan penyakit inflamasi kronis.
Baca Juga: 14 Gaya Hidup yang Bisa Mengganggu Microbiome
Puasa pada Zaman Purba, Hingga untuk Alasan Medis
Puasa dalam konteks di luar ajaran agama sebetulnya praktik yang sudah dilakukan manusia di zaman purba, ketika mereka tidak bisa menemukan makanan apapun, karena keadaan alam, atau belum adanya alat untuk mengawetkan bahan makanan.
Akibatnya, metabolisme manusia turut menyesuaikan untuk berfungsi tanpa makanan dalam jangka waktu tertentu.
Puasa telah menjadi praktik sepanjang evolusi manusia. Pemburu-pengumpul kuno tidak memiliki supermarket, lemari es, atau makanan yang tersedia sepanjang tahun. Terkadang mereka tidak dapat menemukan apapun untuk dimakan.
Kemudian, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan manusia, puasa dimanfaatkan untuk alasan kesehatan, dikenal dengan istilah intermittent fasting (IF), yaitu pola makan yang dibatasi durasi jam. Umumnya dilakukan berpuasa 16 jam setiap hari, atau selama 24 jam, dan dilakukan dua kali seminggu.
Intermittent fasting diyakini dalam membantu menurunkan berat badan, meminimalkan terjangkit diabetes dan penyakit kardiovaskular.
Baca Juga: Apa Itu Intermittent Fasting dan Manfaatnya bagi Kulit?
So, selalu ingat ya, ketika buka puasa usahakan tidak lapar mata. Jika ini terjadi, nafsu makan kamu bisa jadi tidak terkendali, dan akhirnya memasukkan justru yang tidak terlalu dibutuhkan tubuh. Misalnya berlebihan makan goreng-gorengan, dan malah lupa mengonsumsi makanan manis dan kata serat yang berasal dari sumber alami seperti kurma.
Jika kita sudah tahu apa saja asupan makanan yang baik untuk tubuh, maka kemungkinan kecil kamu tidak akan menyumbang sampah makanan ke bumi. Ini artinya kamu juga turut mendukung sustainable development goals, yaitu Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab.
Begitu juga dengan Nusantics yang memiliki visi untuk bekerja demi sustainable living dan sudah melakukan berbagai jenis microbiome research, mulai dari tubuh, sampai ke microbiome tanah dan udara. Nusantics juga memproduksi skincare Biome Beauty hanya dari bahan-bahan alami.
Ingin tahu lebih banyak soal microbiome? Silakan kunjungi Nusantics Blog, ya!
Referensi: