Blog
14 Gaya Hidup yang Bisa Mengganggu Microbiome
July 15, 2022 by Angelica Revadias
Share
Microbiome memiliki peranan penting untuk kesehatan tubuh manusia secara keseluruhan. Microbiome sendiri merupakan ekosistem mikroorganisme yang ada pada tubuh kita, terdiri dari bakteri, jamur, virus, dan organisme lainnya.
Karena sebagian besar tubuh manusia ternyata terdiri dari microbiome, maka sangat penting untuk menjaga keseimbangannya. Nah, kira-kira apa saja faktor yang memengaruhi keseimbangan microbiome dalam tubuh?
Faktor pertama yang memengaruhi keseimbangan microbiome dalam tubuh adalah bagaimana cara kamu dilahirkan. Bayi yang dilahirkan secara normal memiliki microbiome lebih variatif dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan secara caesar.
Berdasarkan penelitian berjudul Delivery mode shapes the acquisition and structure of the initial microbiota across multiple body habitats in newborns, bayi yang dilahirkan secara normal mendapatkan paparan mikrobiota secara alami pertama kali dari vagina sang ibu.
Sedangkan bayi yang dilahirkan secara caesar lebih rentan terpapar mikrobiota kulit manusia yang berkelimpahan Staphylococcus spp – bakteri yang menyebabkan beberapa penyakit seperti infeksi kulit.
Antibiotik memiliki fungsi untuk mengobati infeksi bakteri dalam tubuh. Namun, penggunaan antibiotik yang berlebihan tidak hanya menghilangkan bakteri tidak baik dalam tubuh, tapi juga bakteri baik yang membawa manfaat bagi kesehatan.
Pemulihan ekosistem microbiome yang tidak seimbang akibat penggunaan antibiotik berlebih memerlukan waktu yang cukup panjang, bahkan sampai beberapa tahun kedepan.
Oleh karena itu, sebaiknya kamu berhati-hati dalam menggunakan antibiotik dan pastikan hanya berdasarkan rekomendasi dari dokter saja, ya.
Peringatan akan bahaya merokok sudah sering ditemui sehari-hari. Misalnya seperti infeksi paru-paru, kanker mulut, serangan jantung, dan lainnya. Ternyata, merokok juga berpengaruh pada keseimbangan microbiome dalam tubuh, lho.
Partikel udara yang beracun dari rokok dan polusi udara dapat terbawa sampai usus besar, sehingga meningkatkan risiko penyakit radang usus.
Diet dengan serat rendah mengurangi variasi microbiome dalam usus. Untuk menjaga keseimbangannya, kamu perlu mengonsumsi makanan kaya berserat seperti buah dan sayuran. Asupan serat yang rendah juga dapat menyebabkan penyakit kronis seperti obesitas, diabetes, sampai kanker usus besar.
Asupan makanan yang perlu diperhatikan adalah gula dan lemak. Pola makan dengan tinggi gula dan lemak yang dikenal dengan istilah The Western Diet menjadi pendukung utama dari penyakit obesitas dan menyebabkan peradangan pada usus.
Protein menjadi bagian penting dari asupan makanan yang seimbang. Dengan komposisi yang tepat dan dikombinasikan dengan berolahraga, protein dapat membantu berkurangnya risiko obesitas.
Namun, protein hewani – khususnya daging merah yang dikonsumsi berlebihan dapat memengaruhi perkembangan microbiome dalam usus serta meningkatkan resiko penyempitan pembuluh darah arteri.
Ketidakseimbangan rasio bakteri baik dan tidak baik dalam tubuh terdeteksi pada individu dengan penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, dan obesitas. Ketidakseimbangan ini membuat usus lebih rentan terhadap infeksi dan berperan dalam timbulnya penyakit autoimun seperti peradangan usus.
Berolahraga secara rutin mungkin tidak bisa dilakukan semua orang. Apalagi jika mereka memiliki jadwal sehari-hari yang padat. Namun, olahraga rutin meskipun dengan waktu singkat mendukung perkembangan positif dalam tubuh.
Olahraga aerobik seperti bersepeda, berenang, dan berjalan menjadi pilihan yang tepat untuk kamu guna mendukung keseimbangan microbiome dalam tubuh.
Diet keto dengan rendah karbohidrat menjadi pilihan diet yang makin populer untuk menurunkan berat badan. Namun dengan menghilangkan asupan karbohidrat secara keseluruhan akan mendukung ketidakseimbangan microbiome dalam tubuh.
Karbohidrat nabati yang berasal dari sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan biji-bijian memberikan manfaat baik bagi microbiome dalam usus.
Asupan rendah karbohidrat yang dilakukan secara berkepanjangan akan menyebabkan ketidakseimbangan microbiome dalam tubuh. Hal ini dapat meningkatkan risiko kamu untuk terkena penyakit kronis seperti stroke, kanker, dan permasalahan jantung.
Stres bisa menganggu keseimbangan microbiome dalam tubuh, begitu juga sebaliknya. Istilah ini dikenal dengan The Brain-Gut Axis, yang sesuai dengan judul penelitian The gut-brain axis: interactions between enteric microbiota, central and enteric nervous systems mengatakan bahwa kesehatan otak dan keseimbangan microbiome dalam usus saling memengaruhi satu sama lain.
Semakin bertambahnya umur, keseimbangan microbiome dalam tubuh semakin berkurang. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh keterbatasan yang dialami dengan bertambahnya umur, seperti mobilitas yang semakin berkurang, gangguan penyakit kronis, dan penggunaan obat untuk penanganan masalah kesehatan. Selain itu, asupan makanan yang telah diterapkan dari tahun-tahun sebelumnya juga memengaruhi keseimbangan microbiome di umur senja.
Pergi berlibur menjadi kesempatan buat kamu untuk mencoba banyak makanan baru. Namun perubahan tiba-tiba yang dialami tubuhmu dapat mengganggu keseimbangan microbiome, lho.
Tanpa disadari, perubahan zona waktu, kekurangan hidrasi, kebersihan yang kurang diperhatikan, dan makanan lokal yang belum pernah kamu coba sebelumnya berpengaruh pada peningkatan produksi bakteri tidak baik.
Jadi, jangan lupa untuk selalu konsumsi air yang cukup, jaga kebersihan, dan selalu memilih makanan yang tepat saat berlibur, ya!
Salah satu faktor terbesar penyebab obesitas ialah asupan energi berlebih dan kurangnya olahraga. Dalam penelitian berjudul Exercise and associated dietary extremes impact on gut microbial diversity, atlet profesional yang melakukan olahraga dan diet rutin memiliki keragaman microbiome pada usus.
Nah, bagi kamu yang jarang berolahraga dan sering konsumsi lemak jenuh bisa meningkatkan perkembangan bakteri tidak baik dan merangsang inflamasi pada usus.
Penggunaan obat resep seperti antiradang atau pengobatan kanker dapat memperlambat pertumbuhan bakteri baik dalam usus. Penelitian yang dilakukan oleh European Molecular Biology Laboratory menyatakan bahwa seperempat dari 835 obat non-antibiotik yang diuji menahan perkembangan setidaknya 1-10 bakteri pada usus.
Nah, itulah beberapa gaya hidup yang mampu memengaruhi keseimbangan microbiome dalam tubuhmu. Ketidakseimangan microbiome dalam tubuh tentu akan berdampak pada kesehatan kamu, tak terkecuali pada kulit.
Jika kamu mau tahu apakah gaya hidup atau skincare-mu sudah sesuai atau belum selama ini, kamu bisa coba lakukan Biome Scan, nih. Lewat Biome Scan, kulit wajah kamu akan di-swab test menggunakan genomics technology.
Dari hasil swab ini, kamu bisa tahu profil microbiome kulit seperti apa di wajah. Sehingga, kamu bisa memilih produk skincare yang tepat sesuai kebutuhan.
Penasaran mau coba? Kunjungi situs Biome Scan di sini.
Referensi:
Fresh Articles
The most established precision molecular diagnostics company in Indonesia
Find Us
Mon - Fri: 9 a.m. - 6 p.m.
i3L Campus @ Lvl. 3
Jl. Pulomas Barat No.Kav.88, RT.4/RW.9, Kayu Putih, Pulo Gadung,
Jakarta Timur 13210
Contact Us
hello@nusantics.com
+62 (21) 509 194 30
Copyright © 2024 PT Riset Nusantara Genetika, PT Nusantara Butuh Diagnostik. All Rights Reserved.Privacy Policy
© 2024 PT Riset Nusantara Genetika.
Privacy Policy