• Home
  • Blog

share

Seberapa Sering Kita Harus Mencuci Muka?

7 Feb 2022

Seberapa Sering Kita Harus Mencuci Muka?

Mencuci muka memang menyegarkan dan menimbulkan rasa bersih. Namun, tahukah kamu kalau terlalu bersih justru kurang baik untuk bakteri di kulit wajahmu, lho. Agar microbiome kulit wajahmu tetap seimbang, kamu justru disarankan untuk tidak sering-sering mencuci muka. Mengapa?

Sebagai organ terbesar tubuh kita, kulit dihuni oleh triliunan mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, dan bahkan kutu. Nah, gangguan pada lingkungan mikroorganisme atau 
microbiome kulit bisa menimbulkan inflamasi, iritasi, kulit kering, gatal, dermatitis, dan bahkan memperburuk beberapa penyakit kulit.

Membersihkan wajah adalah interaksi kompleks fisika dan kimiawi antara air, deterjen, serta kulit. Produk pembersih bisa membentuk komunitas mikroba kulit tertentu dengan mengubah lingkungan kimiawinya.

Pembersih memang efektif menjaga higienitas kulit dan kesehatan biofilm (kumpulan sel mikroorganisme yang melekat di suatu permukaan dan diselimuti oleh pelekat karbohidrat yang dikeluarkan oleh bakteri). 

Namun, pembersih juga bisa menyebabkan kerusakan lapisan pelindung kulit (
stratum corneum). Karena itu, membersihkan wajah membutuhkan keseimbangan antara menjaga higienitas kulit dan meminimalisasi kerusakan pada lapisan stratum corneum.

Baca Juga: Pengaruh Pembersih Wajah terhadap Microbiome Kulit
 

Mengapa Sabun Muka Bisa Merusak Lapisan Penghalang Kulit?

mengapa sabun bisa merusak microbiome kulit


Pembersih wajah bisa mengganggu stratum corneum yang pada gilirannya mengusik lingkungan tempat berkembang biaknya bakteri komensal dan bakteri baik. Ini alasannya menurut website Practical Dermatology:
 

1. Mengikat protein secara kuat


Komponen sabun kimiawi yang menyebabkan kerusakan lapisan penghalang kulit adalah high charge density carboxyl head group yang mengikat protein secara kuat. Karakteristik ini memastikan pembersihan dan pelenyapan serpihan protein dengan sangat baik, tapi merusak protein stratum corneum, mengurai enzim, dan mengubah kapabilitas korneosit (bagian dari stratum corneum) dalam menyimpan air.
 

2. pH pembersih terlalu tinggi


Kerusakan lapisan kulit juga dipengaruhi oleh pH pembersih. Contohnya, sabun memiliki pH alkalin yakni 10-11, sehingga menimbulkan pembengkakan protein kulit dan lipid dwilapis (bilayer). Karena pH tinggi menyebabkan pembengkakan stratum corneum, penetrasi sabun jadi lebih dalam ke kulit, sehingga bisa menyebabkan iritasi dan gatal.

Nah, deterjen sintetik dengan pH yang lebih asam sampai netral yakni 5-7 dapat meminimalisasi kerusakan lapisan dan menjadi pembersih yang dipilih bagi individu dengan penyakit dermatologis.

 

3. Membuat kulit kering setelah mencuci muka


Karena sabun mengikat protein stratum corneum dan mendorong pembengkakan, kulit jadi mengalami hiperhidrasi. Selesai mencuci muka, kelebihan air menguap, sehingga menimbulkan rasa kencang dan kering. Sebab, sifat mengikat sabun mengurangi kemampuan protein kulit untuk menyimpan air.

Menurut jurnal 
Cutis, kulit yang kering berlebihan karena pembersih wajah yang keras kemudian dikompensasi berlebihan oleh kelenjar minyak sehingga justru memunculkan lebih banyak minyak di permukaan kulit.
 

4. Semua serpihan lipid dihilangkan


Surfaktan tidak dapat membedakan antara serpihan kulit lipofilik yang perlu dihilangkan serta lipid interseluler lipofilik yang dibutuhkan untuk menjaga lapisan penghalang kulit.

Baca Juga: Takut Microbiome Kulit Terganggu? Ini 7 Cara Bersihkan Wajah Tanpa Menghilangkan Bakterinya
 

Apa yang Terjadi pada Microbiome Kulit Jika Mencuci Muka Terlalu Sering?

yang terjadi pada microbiome jika sering cuci muka


Mencuci wajah terlalu sering bisa menghancurkan bakteri baik di microbiome kulit serta menghilangkan minyak yang secara alami menjaga microbiome kulit tetap seimbang. Ini bisa menyebabkan jenis bakteri atau jamur yang tidak baik berkembang di luar kendali. 

Hal tersebut juga bisa membuat bakteri baik berhenti menjalankan tugas pentingnya seperti melindungi kulit, menjaga kadar bakteri tidak baik dalam kendali, dan membantu imunitas kulit.

 

Bagaimana Jika Terlalu Jarang Mencuci Muka?

jika jarang cuci muka


Microbiome kulit juga bisa menderita kalau kamu membersihkan wajah terlalu jarang. Sebab, kuman jadi tidak hilang, lalu bisa merusak kulit atau masuk ke tubuh. Kalau kamu terlalu sering tidak mandi, dalam jangka panjang, kotoran dan sel kulit mati akan membentuk kerak di kulit yang mencegahnya berfungsi secara benar.

Misalnya, kulit adalah salah satu organ kunci yang terlibat dalam detoksifikasi. Jadi ketika toksin, keringat, dan minyak tidak hilang dari tubuh lewat kulitmu, semua bisa bertumpuk di dalamnya. 

Tidak hanya menyebabkan ketidakseimbangan di 
microbiome kulit dan memunculkan ruam, toksin juga bisa menjadi akar dari masalah di seluruh tubuhmu, bahkan termasuk penyakit autoimun.

Baca Juga: Ungkapan "You Are What You Eat", Mitos atau Fakta?
 

Jadi, Seberapa Sering Kita Harus Mencuci Muka?

seberapa sering kita harus cuci muka


Menurut dokter asal Amerika Serikat Amy Myers, MD, tidak perlu mencuci muka dengan sabun kecuali kamu memakai makeup atau sunscreen

“Kita sering menghilangkan minyak dari wajah dan tubuh secara tidak perlu, sehingga mengeringkan 
microbiome kulit kita,” kata Myers. Ketika microbiome kulit seimbang, tambah Myers, kamu tidak membutuhkan pelembap lagi. 

Sementara itu, menurut situs web 
Cosmopolitan, pencuci wajah dengan bahan pembersih yang kuat seperti sulfat bisa menciptakan ketidakseimbangan bakteri. 

Karena itu, carilah produk yang lebih ringan dengan label bebas sabun atau mengandung susu. Mencuci wajah terlalu sering juga bisa mengganggu 
microbiome kulit. Jadi, di siang dan pagi hari, kamu bisa mencuci wajah hanya dengan air dan microbiome skincare, seperti Biome Beauty dari Nusantics.

Biome Beauty merupakan 
microbiome skincare yang pastinya ramah microbiome dan lingkungan, hanya menggunakan bahan-bahan alami, dan tidak mengandung bahan berpotensi berbahaya. Dengan kandungan bahan alami ini, kamu tidak perlu khawatir microbiome kulit wajah akan terganggu keseimbangannya. Segera cek di sini, ya

Referensi:

Writer: Fitria Rahmadianti

Editor: Serenata Kedang