• Home
  • Blog

share

Pengaruh Pembersih Wajah terhadap Microbiome Kulit

3 Nov 2020

Pengaruh Pembersih Wajah terhadap Microbiome Kulit

Apa kriteriamu saat memilih pembersih wajah? Tentu yang bisa membersihkan kulitmu dengan baik, ya. Selain itu, pastikan juga pembersih wajahmu tidak merusak lapisan kulit agar tidak mengganggu keseimbangan microbiome di kulit wajahmu.

Lapisan terluar kulit manusia disebut 
stratum corneum dan berfungsi sebagai pembatas utama antara tubuh dan lingkungan. Ketika pembatas kulit melemah, misalnya saat sakit atau luka, pH kulit naik dan kandungan air berkurang drastis.

Padahal, hidrasi kulit yang cukup sangat penting untuk mempertahankan kulit sehat. Selain itu, hidrasi kulit juga merupakan faktor lingkungan penting yang memungkinkan kolonisasi mikroorganisme di kulit manusia.

Ketidakseimbangan komposisi komunitas mikroba atau 
microbiome bisa menimbulkan inflamasi, iritasi, kulit kering, gatal, dermatitis, dan bisa memperparah beberapa penyakit kulit. Gangguan microbiome atau disbiosis pun menjadi ciri beberapa masalah kulit seperti eksim, alergi, ketombe, jerawat, psoriasis, dan rosacea.
 

Pembersih Wajah dan Microbiome

pembersih wajah dan microbiome


Membersihkan wajah adalah interaksi fisika dan kimia yang kompleks antara air, deterjen, dan kulit. Diperlukan keseimbangan antara kebersihan kulit dengan kerusakan pembatas stratum corneum.

Pembersih wajah efektif menjaga kebersihan kulit dan biofilm (kumpulan sel mikroorganisme yang melekat di suatu permukaan) yang sehat, tapi bisa menyebabkan kerusakan pembatas kulit, sehingga memperparah penyakit kulit eksim.

Hal ini terjadi karena surfaktan (misalnya deterjen dan bahan penghasil busa) tidak dapat membedakan antara serpihan kulit lipofilik (larut dalam minyak) yang perlu disingkirkan dengan lipid antarsel lipofilik yang dibutuhkan untuk menjaga pembatas kulit.

Kerusakan pembatas kulit juga dipengaruhi pH pembersih wajah. Sabun biasanya memiliki pH 10-11. Tingkat pH yang tinggi menyebabkan pembengkakan 
stratum corneum yang memungkinkan penetrasi sabun lebih dalam ke kulit sehingga bisa menimbulkan iritasi dan gatal. Sabun juga mengikat ke protein stratum corneum sehingga memperparah pembengkakan dan hiperhidrasi kulit.

Selesai mencuci wajah, kelebihan air menguap, menyebabkan kulit terasa kencang dan kering. Sebab, terikatnya sabun dengan 
stratum corneum mengurangi kemampuan protein kulit untuk menyimpan air.

Pembersih wajah juga seringkali keras dan menyebabkan kulit kering berlebihan. Akibatnya terjadi kompensasi berlebihan oleh kelenjar minyak yang menghasilkan lebih banyak minyak di permukaan wajah. Pembersih wajah kemudian mengganggu 
stratum corneum yang pada gilirannya mengusik lingkungan tempat bakteri komensal (tidak berbahaya) hidup.

Sebuah studi di 
BioMed Central Biology menunjukkan bahwa ketika rutinitas kebersihan diubah, microbiome kulit juga bisa berubah. Namun, perubahan tersebut tergantung penggunaan produk dan lokasinya di tubuh.

Berikut temuan utama studi tersebut terkait pengaruh produk perawatan tubuh terhadap kulit dalam konteks komposisi mikroba dan molekul:

  1. Molekul yang berhubungan dengan produk kulit dan kebersihan pribadi tertinggal di kulit selama berminggu-minggu setelah pertama kali digunakan meski kamu mandi secara rutin
  2. Keragaman molekul dan bakteri berubah setelah penggunaan produk kecantikan. Beberapa bahan produk kecantikan cenderung mendorong atau menghalangi pertumbuhan bakteri tertentu. Contohnya, komponen lipid pelembap bisa memberikan zat gizi dan mendorong pertumbuhan bakteri lipofilik seperti Staphylococcus dan Propionibacterium (Cutibacterium).

Pembersih wajah seharusnya tinggal di kulit sesebentar mungkin untuk meminimalisasi kerusakan protein stratum corneum. Namun, kontak yang singkat tidak memungkinkan bahan-bahan pembersih masuk dan tinggal di kulit.

Jadi, yang penting bukan hanya memilih pembersih wajah yang tepat. Memperbaiki epidermis setelah membersihkan wajah dengan pelembap yang sesuai juga tak kalah penting.

Selain itu, berhati-hatilah menggunakan produk kebersihan antibakteri. Produk antibakteri memang bermanfaat bagi ahli bedah dan semacamnya yang perlu melakukan operasi di lingkungan steril. Di luar itu, melakukan sanitasi berlebihan justru berbahaya alih-alih baik untuk kesehatan.

Contohnya adalah triclosan, senyawa antibakteri yang sering ditemukan pada produk kebersihan, termasuk sabun pembersih wajah. Triclosan baru-baru ini dikaitkan dengan serangkaian isu yang melibatkan kulit, hormon, dan tiroid serta gangguan mikroba di lingkungan usus dan microbiome mulut.

Ternyata, memilih pembersih wajah tak boleh asal yang bisa membuat kulit bersih, ya. Pilihlah yang sesuai dengan jenis kulit dan tidak merusak lapisan penghalang kulit agar ramah microbiome, sehingga kulitmu tetap sehat. Atau, gunakan skincare yang ramah microbiome seperti produk dari Biome Beauty Nusantics. Semoga berhasil, ya!

Referensi

Writer: Fitria Rahmadianti

Editor: Serenata Kedang