• Home
  • Blog

share

Pengaruh Jendela Terhadap Komposisi Microbiome di Rumah

15 Aug 2021

Pengaruh Jendela Terhadap Komposisi Microbiome di Rumah

Pandemi COVID-19 mengajarkan kita banyak hal, terutama tentang pentingnya kebersihan dan transmisi virus melalui udara. Berbagai kebiasaan baru juga diadaptasi oleh masyarakat, seperti lebih rajin cuci tangan dengan sabun, kecenderungan memilih aktivitas outdoor (termasuk makan di restoran), serta memakai masker. Selain ini semua, ternyata ada pula kebiasaan yang tak kalah penting untuk dilakukan di rumah, yaitu membuka jendela.

Hmm, memangnya apakah membuka jendela dapat memengaruhi microbiome di rumah?

Pada umumnya, ketika mendengar kata mikroba atau bakteri, pikiran yang pertama muncul adalah bagaimana menghilangkan mereka agar tidak menjadi sumber penyakit. Padahal mikroba tidak selalu membawa penyakit untuk manusia, malahan dapat bermanfaat untuk membantu meningkatkan kesehatan.

Walau tidak kelihatan tanpa bantuan mikroskop, sesungguhnya kita hidup berdampingan dengan para mikroorganisme. Di tubuh manusia sendiri, terdapat sekumpulan bakteri, jamur, virus, dan archaea yang tinggal di permukaan maupun di dalam tubuh. 

Jumlahnya triliunan dan komposisinya unik pada setiap individu dan punya peran penting dalam membentuk sistem kekebalan tubuh. Kumpulan makhluk-makhluk kecil ini disebut sebagai
microbiome. Microbiome di tubuh manusia membantu meregulasi proses pencernaan hingga dapat memengaruhi suasana hati seseorang.

Bukan hanya di tubuh manusia,
microbiome juga terdapat di ekosistem lain, termasuk dalam rumah. Tak seperti anggapan umum, tinggal di lingkungan yang terlalu bersih dari microbiome dikaitkan dengan beberapa masalah kesehatan, misalnya iritasi usus besar, asma, dan gangguan suasana hati akibat kurangnya paparan microbiome.

Secara singkat, paparan
microbiome dibutuhkan dalam membangun sistem kekebalan tubuh yang cukup. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa kurangnya paparan microbiome di masa kecil dapat memicu fungsi imun yang over-reaktif di masa dewasa, sehingga berpotensi meningkatkan inflamasi yang lebih parah.

Baca Juga: Apa yang Terjadi Jika Microbiome dalam Tubuh Menghilang?
 

The Old Friend Hypothesis

old friend hypothesis


Dikutip dari situs web The Conversation, hasil penelitian University of Oregon menunjukkan sistem alami seperti sinar matahari dan ventilasi udara alami tidak hanya mengurangi konsumsi energi dan mendukung kesehatan manusia, tetapi juga mendukung keragaman microbiome dalam ruangan serta menekan jumlah koloni patogen potensial.

Peneliti juga menyebutkan penggunaan furnitur alami, seperti permukaan kayu yang tidak dipoles, menunjukkan dapat mengurangi jumlah beberapa jenis virus dengan lebih cepat jika dibandingkan dengan permukaan lain seperti
stainless steel atau plastik.

Selain itu, kelembapan udara juga faktor penting yang memengaruhi
microbiome. Ruangan yang terlalu lembap akan meningkatkan keberadaan jamur, sedangkan ruangan yang terlalu kering dapat mengeringkan membran mukosa dan kulit manusia, sehingga lebih rentan terkena infeksi. Artikel tersebut juga menyarankan tingkat kelembapan udara yang ideal dalam ruangan adalah 40%-60%. 

Baca Juga: Benarkah Hewan Peliharaan Bisa Membuat Microbiome Lebih Beragam?

Terdapat teori yang senada terkait dengan keragaman microbiome rumah dengan kesehatan penghuninya yang disebut The Old Friends Hypothesis.

The Old Friends Hypothesis memaparkan bahwa mikroorganisme yang kita perlu jumpai adalah mereka yang ikut berevolusi dengan manusia. Di masa lalu manusia hidup di lingkungan alami, maka rumah di masa kini yang dibangun dengan bahan-bahan alam juga dapat membawa microbiome alami tersebut.

Namun, rumah modern yang menggunakan banyak bahan kimia sintetis, triplek, dan plastik sangat berbeda dan membawa
microbiome yang asing. Ketika rumah modern ini menjadi lembap dan degradasi, microbiome yang ada dapat melepas metabolit yang berbahaya untuk kesehatan manusia karena tidak kita temui sebelumnya.

Paparan
microbiome di rumah dapat bermanfaat untuk kesehatan penghuninya jika menyerupai microbiome yang ada di lingkungan alami. Kehadiran hewan peliharaan seperti kucing dan anjing, adanya kebun, atau tinggal di pedesaan dapat membawa microbiome alami ke rumah. 
 

Mengapa Harus Buka Jendela?

mengapa harus buka jendela


Jika sebelumnya kamu sudah mengetahui AQI (air quality index) yang menunjukkan kualitas udara di luar ruangan, perlu kamu ketahui juga bahwa ada juga yang namanya IAQ (indoor air quality) untuk menunjukkan tingkat kualitas udara di dalam ruangan. Terdapat berbagai hal yang memengaruhi IAQ, contohnya asap rokok, jamur, bulu hewan peliharaan, produk pembersih, parfum ruangan, kompor gas, dan masih banyak lagi.

Ventilasi rumah atau ruangan yang kurang baik dapat menyebabkan iritasi, memicu penyakit pernapasan, asma, alergi, dan efek tidak menyenangkan lainnya. 

Kamu disarankan membuka jendela setidaknya 5 menit setiap hari dan idealnya 15-20 menit untuk meningkatkan IAQ secara signifikan. Jika memungkinkan, kamu juga bisa membuka pintu depan dan pintu belakang hunian beserta jendela untuk menciptakan aliran udara yang lebih kuat dan efektif untuk sirkulasi.

Membuka jendela memungkinkan
microbiome dari luar ruangan berinteraksi dengan yang di dalam ruangan, sehingga meningkatkan keragaman microbiome di dalam rumah. Microbiome yang beragam dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh penghuninya.

Hasil penelitian di Scotland yang berjudul
Influence of ventilation use and occupant behaviour on surface microorganisms in contemporary social housing menemukan bahwa setiap rumah punya karakter komposisi microbiome yang berbeda-beda dan unik dari segi spesies dan jumlahnya. Rumah-rumah yang sering membuka jendela dikaitkan dengan jumlah microbiome negatif dalam ruangan yang lebih rendah.

Komposisi
microbiome dalam rumah dapat berasal dari lingkungan luar, ventilasi, kelembapan, material bangunan, penghuni rumah, dan hewan peliharaan. 

Tertulis dalam artikel ilmiah berjudul
House dust microbiome and human health risks diperkirakan terdapat sekitar 500-1000 spesies berbeda pada debu di rumah. Debu-debu di rumah adalah sumber utama dan tempat bersemayamnya para microbiome rumah, yang kemudian dapat memengaruhi kesehatan penghuninya. 

Baca Juga: Yakin Udara Sekitarmu Sudah Bebas Virus? Cek dengan Nusantics Covid Air Scan!

Intinya, agar kondisi rumah tetap sehat untuk ditinggali, tak hanya perlu dibersihkan saja, tetapi juga perlu memperhatikan sirkulasi udara yang ada. 

Untuk kamu yang tinggal di area dengan tingkat polusi tinggi, mungkin kamu bisa mempertimbangkan untuk menggunakan penyaring udara dengan HEPA filter dan membuka jendela hanya ketika AQI menunjukkan tingkat polusi yang rendah. Kamu bisa memeriksa AQI area di sekitar rumah dengan aplikasi
smartphone yang tersedia gratis.

Kalau kamu masih khawatir dengan virus COVID-19, Nusantics sebagai perusahaan bioteknologi yang berfokus pada riset dan teknologi terkait
microbiome menyediakan layanan Covid Air Scan. Layanan ini bisa mengambil sampel udara di rumah kamu, yang kemudian dianalisis di laboratorium termutakhir Nusantics. Untuk informasi lengkap, kunjungi situs webnya di sini.

Referensi:

Writer: Agnes Octaviani

Editor: Serenata Kedang