• Home
  • Blog

share

Pengaruh Polusi Udara terhadap Microbiome Usus

27 Apr 2021

Pengaruh Polusi Udara terhadap Microbiome Usus

Polusi udara adalah salah satu isu yang masih belum terselesaikan di beberapa daerah di Indonesia, khususnya daerah industri dan padat penduduk, contohnya kota Jabodetabek dan Bandar Lampung.

Masalah polusi udara ini telah disadari oleh pihak pemerintah dan sebagian masyarakat yang peduli lingkungan, terutama di Jakarta dan sekitarnya yang menjadi pusat ekonomi dan politik Indonesia. 

Berdasarkan data dari 
IQAir, level PM2.5 di udara Jakarta di tahun 2019 rata-rata mencapai 49.4 µg/m³ (udara baik apabila di angka 0-12). PM2.5 adalah zat-zat polutan mikroskopik dengan diameter 2.5 micrometer atau kurang. 

Zat ini diduga memberikan dampak yang merugikan kesehatan manusia dan lingkungan secara luas. PM2.5 menjadi salah satu indikator untuk menghitung level polusi udara dalam sebuah kota atau negara dan menentukan skor kualitas udara.

 

Bahaya Polusi untuk Manusia

bahaya polusi untuk manusia


Semakin tinggi level polusi, semakin meningkat pula risiko kesehatan yang muncul. Beberapa gejala yang muncul akibat polusi udara, yaitu infeksi paru-paru, serta iritasi mata, kulit, mulut, dan hidung. Polusi udara juga meningkatkan kerentanan tubuh terkena penyakit pernapasan seperti emphysema, bronkitis, dan asma.

Beberapa penyakit lainnya yang dikaitkan dengan polusi udara adalah sakit jantung dan sistem sirkulasi darah. Akibat kecilnya zat polutan PM2.5, polusi yang terhirup mampu masuk ke dalam aliran darah melalui jaringan paru-paru, membuat kerusakan pembuluh darah, meningkatkan risiko serangan jantung, dan masalah jantung lainnya.

Baca Juga: 
Mengenal Planetary Boundaries, Batasan yang Harus Dijaga Manusia, Agar Bumi Tetap Lestari

Masih banyak lagi berbagai efek samping kesehatan yang muncul akibat polusi udara ini. Yang menarik, polusi udara ternyata juga berpengaruh terhadap microbiome usus kamu, lho.
 

Bagaimana Caranya Polusi Mengubah Microbiome Usus?

polusi mengubah microbiome usus


Microbiome usus merujuk pada mikroorganisme yang hidup di usus manusia, terdiri dari bakteri, jamur, virus, dan archaea. Hingga saat ini, ilmuwan masih meneliti bagaimana pastinya microbiome dapat memengaruhi kesehatan manusia. 

Namun, telah diketahui bahwa 
microbiome usus yang terdiri dari triliunan bakteri ini memiliki kaitan dengan hampir seluruh organ kamu, termasuk otak, kulit, hingga sistem kekebalan tubuh.

Baca Juga: 
Apa Sih Perbedaan dan Persamaan Bakteri dengan Virus?

Komposisi microbiome usus yang ideal masih tidak diketahui secara pasti dan setiap manusia memiliki komposisi yang unik. Tetapi, telah diketahui bahwa komposisi microbiome bisa berubah tergantung pada faktor lingkungan dan diet.

Hasil penelitian berjudul 
Exposure to air pollutants and the gut microbiota: a potential link between exposure, obesity, and type 2 diabetes, menunjukkan paparan polusi udara yang meningkat berkontribusi terhadap naiknya risiko obesitas dan diabetes tipe 2.

Dalam penelitian tersebut menemukan bahwa polutan udara seperti zat partikulat, nitrogen oksida, dan ozon, memiliki potensial untuk mengubah 
microbiome usus. Lebih lanjut, penelitian menunjukkan paparan polusi yang mengubah microbiome usus bekerja melalui jalur inflamasi.

Hasil eksperimen pada manusia dan hewan menemukan efek polusi udara yang masuk ke tubuh lewat pernapasan ataupun tertelan, mampu mengubah keberagaman 
microbiome usus, menurunkan integritas barrier usus, dan meningkatkan inflamasi di sistem pencernaan.

Penelitian tersebut berharap ke depannya, ilmuwan dapat menemukan jalan yang digunakan oleh polutan yang berdampak pada alterasi 
microbiome usus, sehingga mampu menekan risiko obesitas, diabetes tipe 2, dan mungkin penyakit lain yang disebabkan oleh polutan.
 

Meminimalisir Dampak Polusi Udara

minimalisir dampak polusi udara


Bagi kamu yang tinggal di kota dengan kualitas udara yang tidak bisa dibilang baik, ada beberapa cara untuk meminimalisir efek negatif polusi udara. Dalam Staysafe.org, beberapa langkah yang bisa kamu lakukan, yaitu:

  • Memantau level polusi di daerah kamu melalui beberapa aplikasi yang dapat diunduh untuk smartphone.
  • Menjaga sirkulasi udara di rumah tetap baik dengan membuka jendela setidaknya 15 menit saat kualitas udara sedang baik, biasanya di pagi hari.
  • Jika kualitas udara tergolong tidak baik hampir sepanjang waktu dan tidak memungkinkan untuk membuka jendela, tidak ada salahnya menggunakan air purifier dan menaruh beberapa tanaman indoor. Keduanya dapat membantu membersihkan udara di dalam ruangan.
  • Saat harus beraktivitas ke luar rumah, gunakan masker. Aqicn.org menyarankan masker yang ideal untuk membantu menyaring PM2.5 adalah masker dengan filtrasi N95 dan N99 untuk kelompok yang lebih sensitif.

Baca Juga: Dunia Tak Kasat Mata yang Menjadikan Kita Manusia

Kamu juga bisa meningkatkan imunitas dengan pola hidup sehat dan konsumsi makanan bergizi. Beberapa jenis makanan yang bisa meningkatkan imunitas kamu bisa di lihat di sini.

Kalau kamu masih tertarik mencari informasi tentang 
microbiome dan hubungannya dengan kesehatan, kamu bisa main ke Nusantics Blog supaya kamu tidak penasaran, ya!

Referensi:
  • Bailey, Maximillian J., et al. Exposure to Air Pollutants and the Gut Microbiota: A Potential Link between Exposure, Obesity, and Type 2 Diabetes.” Gut Microbes, vol. 11, no. 5, 2020, pp. 1188–202. Crossref.
  • “Indeks Kualitas Udara (AQI) Jakarta dan Polusi Udara Indonesia | AirVisual.” IQAir, www.iqair.com/id/indonesia/jakarta. Accessed 21 Apr. 2021.
  • Gdgibson.Nc. “How To Protect Yourself From Harmful Air Pollutants.” StaySafe.Org, 9 Jan. 2018, staysafe.org/how-to-protect-yourself-from-harmful-air-pollutants.
  • The World Air Quality Index project. “Feel Tired with the Pollution: Get a Mask!” Aqicn.Org, aqicn.org/mask/#:%7E:text=3M%E2%84%A2%20N95%20Respirators,i.e.%20PM2.5%20Air%20Pollution). Accessed 21 Apr. 2021.

Writer: Agnes Octaviani

Editor: Serenata Kedang