Blog
6 Pertanyaan Seputar Vaksin COVID-19 dan Jawabannya
July 15, 2022 by Lintang Zahrima Kalsum
Share
Pandemi COVID-19 belum berakhir. Bermacam-macam upaya dilakukan oleh berbagai pihak untuk mengurangi risiko penyebaran dan penularan serta melakukan pengobatan terhadap mereka yang sudah terdampak.
Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah adalah pengadaan vaksin di Indonesia. Dilansir dari kompas.com, ada 6 vaksin COVID-19 yang sudah ditetapkan diproduksi di Indonesia, yakni Bio Farma, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer Inc and BioNTech, dan Sinovac Biotech Ltd.
Peredaran vaksin ini rupanya menimbulkan pertanyaan dari berbagai pihak, terutama masyarakat umum. Pertanyaan tersebut dikemukakan agar yakin bahwa vaksinasi memang langkah tepat untuk menghadapi COVID-19. Dan, tentu saja untuk meyakinkan khalayak luas, apakah jenis-jenis vaksin di atas adalah vaksin yang tepat untuk digunakan.
Beberapa pertanyaan itu terangkum di sini dan akan diberikan jawabannya. Simak, yuk!
Vaksin adalah bakteri, virus, atau racun yang sudah dilemahkan dan dimasukkan ke tubuh dengan cara disuntikkan, sehingga tubuh akan memproduksi antibodi setelah tubuh mengenal mikroorganisme dari vaksin tersebut.
Jika tubuh telah membentuk antibodi dan mengenal mikroorganisme tersebut, maka ketika ada bakteri atau mikroorganisme yang sama, tubuh sudah siap karena sudah mengenalnya. Antibodi yang sudah terbentuk diharapkan mampu melawan mikroorganisme patogen yang menyerang tubuh.
Namun, saat ini vaksin COVID-19 ada pula yang menggunakan teknologi mRNA (messenger RNA), yang cara kerjanya hanya mengirimkan sedikit potongan mikroorganisme patogen ke dalam tubuh.
Biar tidak bingung, yuk baca perbedaan-perbedaan cara kerja vaksin COVID-19 di sini.
Perihal menularkan dan ditularkan penyakit sangat erat kaitannya dengan kekebalan tubuh masing-masing, ya. Umumnya, jika sistem imun kamu kuat, maka tidak akan tertular, berlaku sebaliknya.
Sama halnya ketika kamu divaksin. Kamu akan menghasilkan antibodi untuk melawan mikroorganisme patogen yang dimasukkan ke tubuh. Jadi, saat patogen yang sama datang, secara otomatis tubuh memiliki memori tentang patogen ini, sehingga tubuh segera membentuk antibodi yang dulu pernah digunakan untuk memusnahkannya.
Nah, sebenarnya jawaban untuk pertanyaan ini sangat sulit ditebak, karena sistem imun, gaya hidup, dan kekuatan tubuh masing-masing orang berbeda. Meski begitu, kamu yang sudah divaksin tentu akan punya sistem imun lebih kuat dibandingkan yang tidak vaksin.
Baca Juga: Perlukah Saya Melakukan Vaksin Covid-19?
Jawabannya sudah pasti iya. Divaksin atau belum, protokol kesehatan harus tetap dijalankan karena pemberian vaksin bukan obat satu-satunya. Seseorang yang divaksin belum bisa dipastikan apakah berpeluang menularkan atau tidak karena kita tidak bisa mengukur kekebalan setiap orang yang divaksin.
Demi menjaga kesehatan bersama, baik divaksin atau tidak, setiap orang harus tetap menerapkan protokol kesehatan. Lagipula, protokol kesehatan di era pandemi sudah menjadi gaya hidup baru, bukan?
Vaksin telah dirancang dapat menghentikan replikasi virus. Jika replikasi virus gagal, maka berarti tidak ada evolusi virus dan tidak ada penyebaran virus.
Apa yang terjadi jika virus sudah menyebar ke berbagai organ? Virus rupanya tak cukup pintar, ia tidak mudah bermutasi jika tersebar ke berbagai organ dan mendapat serangan vaksin secara bersamaan.
Efek samping sangat erat kaitannya dengan kekebalan tubuh dan usia penerima vaksin. Bagi mereka yang memiliki kekebalan tubuh kuat, vaksin hampir tidak memiliki efek samping. Namun, bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh lemah, bisa mengalami kelelahan, nyeri otot, nyeri sendi, diare, demam, sakit kepala hingga alergi (anafilaksis).
Baca Juga: Pengaruh Microbiome Tubuh terhadap Efektivitas Vaksin
Untuk saat ini, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi penerima vaksin COVID-19, antara lain:
b. Tekanan darah di bawah 180/110 mmHg.
c. Berusia di atas 18 tahun.
d. Ibu hamil masih harus menunda vaksinasi. Apabila sedang melakukan promil (program hamil), bisa dilakukan setelah menyelesaikan vaksin COVID-19.
e. Ibu menyusui sudah boleh melakukan vaksin.
f. Bagi para pengidap penyakit kronik seperti asma, jantung, gangguan ginjal, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), hati, yang sedang dalam kondisi akut, vaksinasi harus ditunda. Namun, jika sudah dalam kondisi terkendali, kamu bisa membawa surat keterangan layak divaksin dari dokter yang merawat. Pengidap TBC yang sudah menjalani pengobatan selama lebih dari 2 minggu sudah boleh melakukan vaksin.
g. Jika kamu punya riwayat alergi berat seperti bengkak, merah seluruh badan, sesak napas, atau reaksi berat lainnya, vaksin harus diberikan di rumah sakit. Apabila reaksi alergi ini didapatkan setelah vaksin pertama, kamu tidak akan mendapatkan lagi vaksin kedua.
h. Bagi kamu yang sedang menjalani terapi kanker, diwajibkan membawa surat keterangan layak divaksin dari dokter yang merawat.
i. Kamu yang punya penyakit autoimun sistemik, vaksin harus ditunda dan konsultasi lebih dulu dengan dokter yang merawat.
j. Kamu yang punya gangguan pembekuan darah, penerima transfusi, atau defisiensi imun, vaksin harus ditunda dan konsultasi lebih dulu dengan dokter yang merawat.
k. Kamu yang punya penyakit epilepsi, vaksin bisa dilakukan jika dalam keadaan terkendali.
l. Apabila kamu menerima vaksin lain selain COVID-19, tunda dulu sampai satu bulan.
m. Bagi para pengidap HIV-AIDS, boleh dilakukan vaksin apabila minum obat secara teratur.
n. Khusus kelompok lansia lebih dari 60 tahun, ada 5 kriteria untuk menentukan kelayakan divaksin, yakni:
Fresh Articles
The most established precision molecular diagnostics company in Indonesia
Find Us
Mon - Fri: 9 a.m. - 6 p.m.
i3L Campus @ Lvl. 3
Jl. Pulomas Barat No.Kav.88, RT.4/RW.9, Kayu Putih, Pulo Gadung,
Jakarta Timur 13210
Contact Us
hello@nusantics.com
+62 (21) 509 194 30
Copyright © 2024 PT Riset Nusantara Genetika, PT Nusantara Butuh Diagnostik. All Rights Reserved.Privacy Policy
© 2024 PT Riset Nusantara Genetika.
Privacy Policy