• Home
  • Blog

share

Ternyata Vaksin Isinya Microbiome, Lho! Gimana Cara Kerjanya?

23 Feb 2021

Ternyata Vaksin Isinya Microbiome, Lho! Gimana Cara Kerjanya?

Percayakah kamu kalau manusia sebenarnya hidup berdampingan dengan makhluk-makhluk yang tidak kasat mata? Eits, bukan makhluk halus, ya. 

Namun, makhluk-makhluk tak kasat mata ini berukuran mikro, yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Kita mengenalnya sebagai 
microbiome, mikroorganisme yang terdiri dari virus, bakteri, archaea, jamur, dan lainnya.

Microbiome memiliki peran penting dalam kehidupan setiap makhluk hidup dan lingkungan. Salah satunya perannya dalam tubuh manusia adalah memengaruhi sistem kekebalan tubuh.

Namun, kamu juga pasti sudah tahu bahwa berbagai penyakit yang menyerang manusia, seperti Covid-19, disebabkan oleh 
microbiome yang bersifat patogen alias dapat merugikan manusia, entah itu virus, bakteri, ataupun jamur.

Ketika 
microbiome patogen ini ternyata mereplikasi dan menular sangat cepat hingga tidak terkendali, inilah yang mendorong para ilmuwan perlu menciptakan vaksin agar tubuh manusia mampu melawan patogen dan menghentikan laju replikasi dan penularannya. 

Harapan dan tujuan akhirnya, penyakit akibat 
microbiome patogen ini dapat dikendalikan atau menjadi sangat sedikit kasusnya.
 

Penggunaan Microbiome dalam Vaksin


Vaksin adalah suatu zat yang dengan sengaja diperkenalkan ke dalam tubuh untuk menstimulasi respon sistem kekebalan tubuh. Tujuannya adalah mencegah penyakit yang menular agar tidak berkembang dan membuat tubuh penerimanya sakit.

Vaksin atau imunisasi dibuat dari 
microbiome patogen yang telah dilemahkan, mati, atau tidak aktif, agar tidak bereproduksi (atau bereplikasi). Patogen diberikan ke dalam tubuh manusia cukup untuk menstimulasi produksi antibodi, namun tidak cukup untuk membuat manusia sakit. 

Vaksin menstimulasi tubuh memproduksi antibodi untuk melawan antigen yang terdapat dalam vaksin. Antibodi
 yang dipicu oleh vaksin akan sama dengan antibodi alami yang terbentuk ketika seseorang terserang penyakit.

Nantinya, jika seseorang yang telah divaksin mengalami kontak dengan 
microbiome penyebab penyakit, sistem imun akan mengenali si microbiome patogen dan tubuh akan memproduksi antibodi yang dibutuhkan lebih cepat. 

Ada beberapa cara 
microbiome patogen dapat dilemahkan untuk dijadikan vaksin, yaitu:

  • Mengubah genetik virus atau bakteri sehingga replikasinya buruk atau tidak dapat mereplikasi lebih banyak. Contoh vaksin yang menggunakan teknik ini adalah penyakit campak, gondongan, Rubella (campak Jerman), dan cacar air.
  • Menghancurkan genetik virus agar tidak dapat bereplikasi sama sekali. Cara ini digunakan dalam pembuatan vaksin polio. Virus polio dihancurkan dengan kimia formaldehyde, kemudian virus akan rusak dan tidak dapat berlipat ganda.
  • Menggunakan sebagian dari virus atau bakteri, seperti pada vaksin Hepatitis B dan pertusis. Potongan virus atau bakteri tanpa genetik ini tidak dapat bereplikasi sehingga tidak menyebabkan infeksi.
  • Beberapa jenis bakteri patogen menyebabkan penyakit bukan dengan cara mereplikasi diri, namun dengan memproduksi zat beracun, misalnya pada bakteri penyebab difteri, tetanus, dan batuk pertusis.
  • Vaksin dibuat dengan mengambil racun yang dirilis oleh bakteri patogen, kemudian dimurnikan, dan dibunuh agar tidak menimbulkan infeksi.
 

Microbiome dan Pengaruhnya terhadap Vaksin

Ternyata Vaksin Isinya Microbiome, Lho! Gimana Cara Kerjanya?


Tidak sampai di sini saja, microbiome dalam tubuh manusia yang sudah tinggal lama juga ternyata memengaruhi efikasi vaksin (kemampuan vaksin dalam konteks penelitian) dan proses pembentukan antibodi. Misalnya saja pada salah satu penelitian yang membandingkan antara vaksin flu dengan pengobatan antibiotik sekaligus vaksin.

Penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah 
microbiome usus berkurang ketika pengobatan antibiotik terlibat, yang kemudian memengaruhi pembentukan antibodi dalam tubuh menjadi jauh lebih sedikit. 

Dampaknya, perlindungan sistem kekebalan tubuh menjadi kurang maksimal. Para ahli menyarankan, 
microbiome usus harus beragam dan sehat, agar proses pembentukan respon sistem imun menjadi lebih baik dan efek perlindungan vaksin menjadi lebih optimum.

Microbiome yang hidup berdampingan dengan manusia dan makhluk hidup lain ini pada dasarnya memiliki peran masing-masing, yang patogen sekalipun. Dengan menjaga keseimbangan ekosistem dan lingkungan, niscaya tubuh kamu juga akan hidup harmonis dengan ‘makhluk-makhluk tak kasat mata’ ini.

Perlu lebih banyak informasi dalam menjaga keseimbangan 
microbiome? Intip Nusantics Blog yuk, pasti kamu akan takjub betapa hebatnya tubuh manusia dan peran microbiome dalam kehidupan kamu sehari-hari!
 

Referensi:

Writer: Agnes Octaviani

Editor: Serenata Kedang