• Home
  • Blog

share

Pengaruh Merokok dan Vaping Terhadap Microbiome Mulut

9 May 2022

Pengaruh Merokok dan Vaping Terhadap Microbiome Mulut

Penggunaan vaping sama berbahayanya dengan merokok. Walaupun sebagian orang sering menganggap bahwa vaping lebih sehat daripada merokok, namun dampak yang dihasilkan saja sama. 

Menurut
Hopkins Medicine, bahaya merokok dan vaping sama-sama dapat mengakibatkan kerusakan pada jantung dan paru-paru.

Selain dampak buruk tersebut, kandungan yang terdapat rokok dan
vape juga merusak gusi, serta mengganggu microbiome yang tinggal pada mulut atau oral microbiome.

Padahal, microbiome merupakan mikroba baik yang sangat berguna pada kesehatan tubuh manusia. Jika mulai terusik, dapat menyebabkan potensi gangguan kesehatan bagi tubuh.

Baca Juga: Apa Itu Oral Microbiome dan Seberapa Pentingnya bagi Kesehatan?
 

Pengaruh Rokok dan Vaping pada Microbiome Mulut

Pengaruh Merokok dan Vaping Terhadap Microbiome Mulut


Rokok memiliki kandungan zat beracun yang bersifat karsinogenik, seperti formaldehida, asetaldehida, propylene glycol, glycerine, nikel, timbal, dan lainnya. 

Sedangkan menurut buku
Public Health Consequences of E-Cigarettes, vape atau rokok elektrik umumnya memiliki kandungan propylene glycol, glycerine, logam, senyawa organik yang mudah menguap (VOC), senyawa fenolik, hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH), alkaloid tembakau, perasa buatan, dan obat-obatan.

Berdasarkan jurnal
National Institute on Drug Abuse, pengguna rokok dan vaping di kalangan anak muda berusia 12 tahun atau lebih di Amerika Serikat adalah sebanyak 57,3 juta orang. 

Untuk pengguna rokok saja terdapat sebanyak 41,4 juta orang. Masifnya pengguna rokok saat muda, sangat memengaruhi kesehatan jantung, paru-paru, dan kondisi mulut.


Jumlah perokok di Indonesia bertambah 8 juta orang selama 10 tahun terakhir. Hal itu berdasarkan hasil Global Adult Tobacco Survey atau GATS 2021 yang dirilis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Bertambahnya jumlah perokok ini didapat setelah GATS 2021, melakukan perbandingan survei yang sama pada 2011 silam, hasil kerjasama Kementerian Kesehatan RI, Organisasi Kesehatan Dunia WHO dan Center for Disease Control and Prevention (CDC).

Survei dilakukan dengan mewawancarai sebanyak 8.305 orang di 2011, dibandingkan dengan wawancara terhadap 9.156 orang di 2021.

Hasilnya pada 2021, total 70,3 juta orang dewasa Indonesia merupakan perokok atau pengguna tembakau, dengan rincian 65,5 persen perokok adalah lelaki dan 3,3 persen perokok perempuan dewasa.

Pengguna rokok saat usia muda sangat rentan terkena mengalami kerusakan pada mulut. Sebab dalam mulut terdapat microbiome

Mikroba ini selalu memberikan respon terhadap apa yang masuk ke dalam mulut, termasuk juga asap rokok dan
vape

Tugas
microbiome dalam mulut adalah untuk membantu mencerna makanan, mengatur sistem imun, dan memberikan perlindungan dari bakteri patogen.

Baca Juga: Pengaruh Microbiome di Mulut dengan Kesehatan Usus

Berdasarkan jurnal BMC mengenai microbiome, bahwa masuknya racun yang terdapat pada asap rokok dapat mengganggu ekologi microbiome mulut. 

Paparan asap tersebut dapat memberikan efek antibiotik dan kekurangan oksigen. Hal ini kemudian memunculkan trauma atau ketidakseimbangan dalam ekologi dalam mulut.

 

Dampak Ketidakseimbangan Oral Microbiome

Pengaruh Merokok dan Vaping Terhadap Microbiome Mulut


Gangguan ini akhirnya menyebabkan tingkat bakteri baik pada mulut berkurang, dan mulut dikuasai oleh bakteri jahat atau mikroorganisme patogen. 

Dikutip dari
Healthline, perubahan komposisi microbiome mulut akan menyebabkan peningkatan risiko peradangan, penyakit gusi, kerusakan gigi, dan infeksi. 

Hasil penelitian dari
New York University College of Dentistry telah menunjukkan bahwa dari 100 perokok, vaping dan bukan perokok, tingkat terkena penyakit dan infeksi gusi pada perokok dan vaping yang jauh lebih tinggi 50% daripada yang tidak merokok.

Merokok dapat menyebabkan beberapa bakteri jahat mudah untuk mengikatkan diri ke jaringan epitel. Efek dari mengikatkan diri ke jaringan epitel adalah mudahnya kolonisasi bakteri pada membran mukosa orofaring dan menghentikan penghancuran bakteri.

Percepatan kolonisasi terjadi karena lingkungan mulut yang mendukung.
Microbiome bisa hidup pada lingkungan yang lembap. 

Sehingga jika terpapar asap rokok atau
vape, mulut menjadi kering dan mengurangi  pencucian dan buffer saliva terhadap bakteri dan kotoran yang dihasilkan. 

Alhasil, koloni mikroorganisme patogen di mulut menjadi meningkat. 

Dalam
Clinical and Experimental Dental Research dijelaskan bahwa penyakit yang paling sering menyerang perokok dan vaping adalah penyakit periodontitis. 

Penyakit ini terjadi karena terjadinya infeksi pada gusi yang merusak gigi, jaringan lunak, dan tulang penyangga gigi, sehingga menyebabkan gigi tanggal. Bahkan dalam kondisi ekstrimnya dapat memunculkan abses dan nanah pada gigi.


Baca Juga: Makanan yang Harus Kamu Konsumsi & Hindari untuk Kesehatan Microbiome Mulut

Jumlah microbiome yang tidak seimbang pada mulut, dapat berpengaruh pada kesehatan tubuh. Contohnya, microbiome berperan dalam mempercepat perubahan asam nitrat menjadi nitrit. Nitrit berperan dalam menurunkan tekanan darah dan merangsang produksi lending pada lambung. 

Sehingga bila proses katalis tidak terjadi, maka efek domino akan terjadi pada seluruh tubuh. 

Mulut merupakan pintu utama masuknya makanan. Sehingga jika mulut terdapat bakteri jahat dan bisa menyebar ke seluruh tubuh dengan menempel pada makanan.

Beberapa bakteri yang berpengaruh pada kondisi mulut perokok adalah
staphylococcus aureus, klebsiella pneumoniae dan proteus sp

Staphylococcus aureus biasanya terdapat pada di hidung manusia. Jika terbawa ke area mulut melalui asap rokok, maka dapat menimbulkan nyeri, bengkak hingga nanah. 

Klebsiella pneumoniae dapat menyebabkan infeksi pada pernapasan. Bakteri ini biasanya ada pada mulut manusia dan jumlahnya tidak kurang dari 5% dari microbiome

Jika jumlahnya sudah melebihi
microbiome, maka orang dapat terserang infeksi pernapasan dan penyakit paru-paru lainnya. Bakteri proteus sp dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan manusia. 

Jika kondisi mulut dibiarkan dipenuhi bakteri patogen, maka kemungkinan untuk terkena penyakit kanker akan semakin tinggi.

Selain itu, terganggunya
microbiome juga dapat menyerang kondisi kesehatan ibu hamil dan menyebabkan komplikasi pada kandungan sehingga terjadi kelahiran prematur, berat badan bayi lahir rendah, keguguran, dan cacat tubuh. 

Jika kondisi mulut sudah kembali seperti semua (lembap) dan tidak mendapatkan paparan asap dan nikotin, maka akan terjadi perubahan komposisi mikroba.

Orang yang berhenti merokok akan mengembalikan kolonisasi
microbiome dan mencegah berkembangnya bakteri patogen. 

Kondisi mulut yang ideal bagi
microbiome akan mempercepat proses pengembalian kolonisasinya.

Bagi sebagian orang, merokok dan
vaping memang dipercaya bisa mengurangi tingkat stres. Namun, apakah akibat jangka panjangnya sebanding dengan efek sementaranya?

Jika kamu bisa mengurangi tingkat stres dengan cara lain, kenapa tidak mencoba cara lain? 

Misalnya dengan berolahraga, menonton film, mendengarkan musik, atau
camping?

Tidak hanya mengganggu keseimbangan
microbiome, rokok dan vape pun bisa menimbulkan masalah kesehatan lainnya, bukan sekarang tapi di usia senja kamu nanti.

Yuk, semangat coba hidup sehat mulai sekarang!


Masih tertarik baca artikel menarik lainnya? Yuk, mampir ke Nusantics Blog!

Referensi:

Writer: Ria Theresia Situmorang

Editor: Serenata Kedang