• Home
  • Blog

share

Masker Kamu Ada Makhluk Tak Terlihat! Apa Ya Itu?

17 Dec 2021

Masker Kamu Ada Makhluk Tak Terlihat! Apa Ya Itu?

Pandemi Covid-19 yang berkembang cukup masif pada tahun 2019 membuat banyak negara menyarankan atau bahkan mewajibkan warganya untuk menggunakan masker udara saat bepergian keluar rumah. 

Namun, beberapa bulan terakhir beredar kabar di media sosial yang menyebutkan bahwa penggunaan masker udara sekali pakai lebih memicu penyakit dibandingkan dengan mencegahnya. Benarkah demikian? Apakah hal ini berhubungan dengan bakteri yang mengendap di masker? Yuk simak ulasannya berikut ini. 

 

Bakteri Mengendap di Masker

bakteri mengendap di masker


Masker udara bisa dibilang sebagai sarang pertumbuhan bakteri pada mulut dan jaringan nasofaring. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh American Society of Retinal Specialist. Pada akhirnya, bakteri ini akan menimbulkan risiko potensial penyebaran ke mata.

Dalam studi tersebut, semua masker udara untuk 73 pasien dinyatakan positif menampung bakteri umum serta beberapa mikroba yang tidak umum. Bakteri tumbuh pada kedua sisi masker baik di bagian dalam atau luar terlepas dari durasi pemakaian masker udara itu sendiri.

Analisis laboratorium menunjukkan pertumbuhan bakteri di bagian dalam masker sebesar 97,2% dan bagian luar sebesar 90,2%. Beberapa masker memiliki bakteri di bagian dalam dan luar dan beberapa memiliki lebih dari satu jenis bakteri.

Bakteri yang umum terdapat dalam masker adalah bakteri biasa yang tidak berpotensi membahayakan seperti
coagulase-negative staph dan strep viridans. Tetapi, pada beberapa masker juga terdapat bakteri jahat seperti Enterobacter, E. coli, Bacillus. Secara general, setiap sisi masker memiliki minimal satu spesies bakteri.

Baca Juga: Benarkah Punya "Memori" COVID-19 di Tubuh Dapat Meringankan Gejala?

Dilihat dari data yang terkumpul, pertumbuhan bakteri di bagian luar masker bagi pria terlihat agak lebih banyak dibandingkan dengan wanita. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh spekulasi bahwa wanita menutup bagian pinggir masker dengan rambutnya yang umumnya panjang.

Meskipun menampung bakteri yang mudah menular, tidak ada pasien yang memiliki gejala infeksi seperti peradangan di area mata. Menariknya, peneliti juga tidak menemukan korelasi antara durasi pemakaian masker dengan pertumbuhan bakteri di dalam atau di luar masker. 

 

Masker Sarang Penyakit?

masker sarang penyakit


Viral di media sosial bahwa masker udara adalah rumah bagi bakteri pneumonia yang merupakan infeksi yang menyebabkan peradangan paru-paru. 

Di sisi lain, tak sedikit juga orang menyebarkan berita bahwa pemakaian masker menyebabkan berbagai masalah kesehatan mulai dari hipoksia atau kekurangan oksigen hingga melemahnya sistem kekebalan. 

Klaim seperti ini jelas dibantah oleh ahli kesehatan. Pertama, bakteri dan mikroorganisme lainnya biasanya memang ada dalam jaringan pernapasan dan kulit melalui keringat. Berdasarkan situs web
USA Today, bakteri tersebut berkumpul pada masker tetapi tidak menimbulkan risiko bagi kesehatan selama masker dibuang atau dicuci dengan teratur. 

Sementara itu, bakteri pneumonia disebabkan oleh
Streptococcus pneumoniae yang biasanya menjangkiti orang yang belum mendapatkan vaksin pneumokokus. 

Baca Juga: Bagaimana Peran Bakteri Meningkatkan Sistem Imun Tubuh?

Rossana Rosa, dokter penyakit menular di Iowa's UnityPoint Health juga mengatakan bahwa pneumonia umumnya adalah masalah paru-paru yang berhubungan dengan pernapasan. Dengan demikian dijelaskan bahwa pemakaian masker, droplet pernapasan yang dihembuskan ke masker dan terhirup kembali tidak akan menularkan bakteri pneumonia. 
 

Gunakan Masker Udara yang Pas Dengan Wajah


Nah, faktor penggunaan masker yang tidak pas dengan wajah lebih berisiko terhadap pertumbuhan bakteri menular dibandingkan dengan durasi memakai masker itu sendiri. 

Avinash V. Honasoge, MD, PhD, of the Retina Institute of St. Louis dari American Society of Retina Specialists (ASRS) dikutip dari Medpage Today menyatakan bahwa masker yang pas dengan wajah dan memiliki kualitas yang baik dapat mencegah penyebaran virus dan bakteri. 

Dalam beberapa jam setelah mengenakan masker baru, RNA bakteri dapat diisolasi, dan bakteri dapat menempel pada masker selama berjam-jam setelah dipakai.

Berdasarkan studi kuantifikasi yang dilakukan oleh konsolidasi
Departemen Sains Sosial dan Teknik Biosains dari University of Antwerp Belgia, masker ketat yang direkatkan di bagian atas berkinerja paling baik. Jenis masker ini kebanyakan ditemukan pada masker jenis N95.

Masker N95 mampu menahan penularan bakteri lebih baik secara numerik selama simulasi berbicara. Masker yang pas tanpa perekat atau kawat di ujung permukaan masker berkinerja paling buruk. Hal ini biasanya ditemukan pada masker kain dan masker yang longgar sehingga peneliti beranggapan bahwa penggunaan kedua jenis masker ini sama saja dengan risiko tidak memakai masker. 

Selain menggunakan masker, kamu pun perlu menerapkan pola hidup sehat supaya kekebalan tubuh lebih optimal. Bila perlu, pantau juga udara sekitar kamu dengan
Nusantics Covid Air Scan. Lewat Air Scan ini, kamu bisa memonitor microbiome udara sekitar kamu, termasuk virus COVID-19. Segera cari informasi lengkapnya di sini, ya.

Referensi:

Writer: Ria Theresia Situmorang

Editor: Serenata Kedang