Blog
Benarkah Punya "Memori" COVID-19 di Tubuh Dapat Meringankan Gejala?
August 05, 2021 by Fitria Rahmadianti
Share
Virus penyebab COVID-19, SARS-CoV-2, menunjukkan spektrum keparahan penyakit yang sangat beragam. Mulai dari tanpa gejala, ringan, sedang, hingga berat seperti pneumonia dan gagal organ yang bisa mengancam jiwa.
Sebenarnya, kebanyakan individu yang terinfeksi mengalami gejala ringan. Namun, belum diketahui apakah hal ini bisa menimbulkan memori imun yang berkontribusi pada kekebalan kelompok (herd immunity).
Banyak perusahaan farmasi dan laboratorium penelitian berlomba-lomba mengembangkan vaksin virus corona yang efektif. Tujuan utama kebanyakan upaya pengembangan vaksin adalah produksi antibodi penetral yang menargetkan protein spike SARS-CoV-2.
Namun, variabel ukuran dan daya tahan respons antibodi ini pada pasien COVID-19 menunjukkan pentingnya mempelajari imunitas berkat sel T (T cell). Banyak studi yang menunjukkan bahwa sel T terlibat dalam infeksi SARS-CoV-2. Namun jenis respons sel T mana yang efektif dan mana yang tidak, belum jelas.
Karena itu, tim peneliti dari Seattle, Amerika Serikat melakukan penilaian longitudinal terhadap individu yang pulih dari COVID-19 gejala ringan untuk mengetahui apakah mereka mengembangkan dan mempertahankan memori imunologi terhadap virus tersebut.
Baca Juga: Ketidakseimbangan Microbiome Usus Memperparah COVID-19?
Jika dirunut, ternyata sistem imunitas tubuh tersusun dari beberapa bagian, lho. Respons yang muncul terhadap patogen akan membuat tubuh “menyalakan” sistem kekebalan adaptif.
Sistem ini bekerja dengan melibatkan dua jenis limfosit (sel darah putih), yakni sel T dan sel B. Namun, sebelum patogen sampai ke sel T, tubuh akan melawan patogen lebih dulu dengan antibodi.
Antibodi atau imunoglobulin adalah protein besar berbentuk huruf Y, yang membantu kerja sistem imun dengan mengidentifikasi dan menetralkan “makhluk” asing yang datang ke dalam tubuh kita, misalnya seperti bakteri atau virus patogen. Dalam hal ini, kita ambil contoh virus COVID-19.
Namun, Mark Davis, profesor mikrobiologi dan imunologi mengatakan, terkadang antibodi malah mudah dibohongi. Lho, kok?
“Patogen berkembang dengan cepat dan ‘belajar’ menyembunyikan ciri kritis mereka dari antibodi kita,” ucap Davis.
Namun, berbeda dengan sel T, nih. Sel T bisa mengenali patogen dengan cara berbeda dan tidak mudah dikelabui.
Sel T mempunyai tugas untuk membunuh sel-sel tubuh yang sudah terinfeksi virus, kemudian menghasilkan sejenis protein yang kita kenal sebagai sitokin.
Nah, lain lagi dengan sel B, yang mempunyai tugas untuk memproduksi protein antibodi untuk menempel pada virus, supaya mencegah virus masuk ke dalam sel-sel yang masih sehat.
Next step, sitokin bertugas mengubah sel B menjadi sel yang punya usia lebih panjang dan menghasilkan antibodi lebih baik, lalu sel B akan menjadi memori pada imunitas tubuh, dan akan dengan cepat mengeluarkan antibodi khusus jika tubuh terpapar virus yang mirip lagi di kemudian hari.
“Sel memori sejauh ini adalah pertahanan yang paling aktif terhadap penyakit menular. Kita memerlukannya untuk melawan patogen yang berulang. Inilah yang diharapkan dapat dihasilkan oleh vaksin,” jelas Davis.
Baca Juga: 6 Pertanyaan Seputar Vaksin COVID-19 dan Jawabannya
Virus corona musiman adalah penyebab sekitar seperempat flu biasa yang dialami anak-anak. Sedangkan penelitian tadi mengisyaratkan bahwa penderita COVID-19 bisa mengalami gejala yang lebih ringan jika beberapa sel di sistem imun mereka mengingat pertemuan sebelumnya dengan virus corona musiman.
Temuan ini bisa membantu menjelaskan mengapa sebagian orang, terutama anak-anak, tampak jauh lebih cepat pulih daripada orang lain terhadap infeksi SARS-CoV-2. Anak-anak juga jarang mengalami COVID-19 parah meski mereka sama kemungkinannya terinfeksi seperti orang dewasa.
Studi-studi di atas membuktikan bahwa imunitas yang dipicu oleh infeksi SARS-CoV-2 akan sangat bertahan lama. Jika tanpa vaksin, imunitas kelompok akibat infeksi secara alami bisa berperan penting dalam mengurangi infeksi dan kematian. “Implikasinya, vaksin juga akan memiliki efek yang sama panjang,” kata Menno van Zelm, ahli imunologi di Monash University di Melbourne, Australia.
Namun, menurut Ali Ellebedy, ahli imunologi di Washington University di Amerika Serikat, produksi antibodi karena vaksinasi atau infeksi tidak memastikan imunitas yang bertahan lama terhadap COVID-19. Kemampuan beberapa varian SARS-CoV-2 yang belakangan muncul dalam mengumpulkan efek pelindung dari antibodi membuat imunisasi tambahan mungkin diperlukan untuk mengembalikan efektivitasnya. “Dugaan saya, kita memerlukan booster vaksin,” kata Ellebedy.
Kabar baiknya, data yang ditampilkan di jurnal Science Immunology tadi menunjukkan bahwa penambahan epitope non-spike ke vaksin bisa semakin memperkuat imunitas sel T antivirus. Ini penting karena kemunculan beberapa varian SARS-CoV-2 menimbulkan kekhawatiran.
Baca Juga: Terobosan Baru Tes COVID-19 Akurat dan Tanpa Sakit: BioSaliva
Peneliti di jurnal National Institute of Health menemukan bahwa individu yang sudah sembuh memiliki antibodi IgG spesifik SARS-CoV-2 dan plasma penetral, serta sel T dan sel memori B spesifik virus. Tidak hanya tahan lama, mereka juga meningkat jumlahnya selama lebih dari tiga bulan setelah awal gejala.
Selain itu, limfosit memori spesifik SARS-CoV-2 bisa menjadi imunitas antivirus yang ampuh. Sel T memori berkembang setelah bertemu dengan antigen, sementara sel B memori mengeluarkan reseptor yang mampu menetralkan virus ketika dikeluarkan sebagai antibodi.
Temuan ini menunjukkan bahwa COVID-19 gejala ringan memperoleh limfosit memori yang bertahan dan menunjukkan ciri fungsional yang berkaitan dengan imunitas protektif antivirus. Studi ini meramalkan bahwa individu yang sudah sembuh akan terlindung dari infeksi SARS-CoV-2 kedua.
Meski begitu, sangat dianjurkan bagi kamu yang sudah sembuh COVID-19 untuk tetap melakukan vaksin. Selain antibodi bisa bertahan seumur hidup, tubuh pun jadi lebih siap menghadapi mutasi-mutasi virus di kemudian hari.
Yuk, bersama-sama kita hadapi virus COVID-19 dengan tubuh yang sehat dan menerapkan protokol kesehatan dengan baik! Jika mau lebih aman lagi, kamu juga bisa mengecek dan memonitor microbiome udara di ruangan sekitar kamu dengan Covid Air Testing dari Nusantics. Layanan terbaru dari Nusantics ini juga bisa mendeteksi keberadaan virus COVID-19, lho. Penasaran? Cek di sini, ya!
Referensi:
Fresh Articles
The most established precision molecular diagnostics company in Indonesia
Find Us
Mon - Fri: 9 a.m. - 6 p.m.
i3L Campus @ Lvl. 3
Jl. Pulomas Barat No.Kav.88, RT.4/RW.9, Kayu Putih, Pulo Gadung,
Jakarta Timur 13210
Contact Us
hello@nusantics.com
+62 (21) 509 194 30
Copyright © 2024 PT Riset Nusantara Genetika, PT Nusantara Butuh Diagnostik. All Rights Reserved.Privacy Policy
© 2024 PT Riset Nusantara Genetika.
Privacy Policy