Blog
Mungkinkah Jakarta Terjauhi dari Polusi di Tahun 2022?
January 24, 2022 by Agnes Octaviani
Share
Di tahun 2020, tercatat lebih dari 10 juta jiwa yang tinggal di Jakarta. Sebagai kota metropolitan nomor satu di Indonesia dengan kepadatan penduduk yang tinggi, polusi udara bukanlah persoalan baru. Dari sekian banyak jenis polusi udara, salah satu yang menjadi perhatian karena berpengaruh pada kesehatan adalah jenis polutan PM2.5.
PM2.5 adalah partikel debu mikroskopis yang diameternya berukuran 2,5 mikrometer atau kurang, yang dapat berakibat buruk pada kesehatan manusia dan lingkungan. Saat ini, PM2.5 adalah salah satu zat polutan yang menjadi tolok ukur penilaian kualitas udara di berbagai negara.
Pada tahun 2019, hasil pendataan polusi udara Jakarta rata-rata adalah 49.4 µg/m³, artinya termasuk ke dalam klasifikasi "tidak sehat untuk kelompok sensitif" (unhealthy for sensitive groups). Klasifikasi ini ditujukan pada udara dengan level PM2.5 pada angka di antara 35.5 hingga 54.3 µg/m³.
Dengan tingkat polusi tersebut, Jakarta menempati urutan ke-126 sebagai kota paling berpolusi di dunia. Jika dibandingkan dengan ibukota di negara tetangga seperti Bangkok yang berada di urutan 737, tentu hal ini bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan. Mungkinkan di tahun 2022 tingkat polusi di Jakarta menurun?
Baca Juga: Pengaruh Polusi Udara terhadap Microbiome Usus
Kategori polusi “tidak sehat untuk kelompok sensitif” dapat memberikan dampak negatif langsung pada kelompok tertentu, yaitu anak-anak, lansia, dan orang-orang dengan kondisi kesehatan yang buruk atau kondisi kesehatan tertentu.
Namun, bukan berarti kamu yang tidak tergolong kelompok sensitif akan baik-baik saja. Paparan polusi PM2.5 untuk jangka panjang juga menimbulkan efek buruk untuk kesehatan, lho.
Ukuran partikel PM2.5 yang sangat kecil ini mampu masuk ke dalam sistem pernapasan hingga masuk ke paru-paru. Efek jangka pendek yang mungkin muncul adalah iritasi mata, hidung, tenggorokan, atau paru-paru, batuk, bersih, hidung berair, serta kesulitan bernapas.
Bagi orang dengan kondisi medis tertentu seperti asma dan penyakit jantung, paparan polusi ini juga dapat memperburuk berbagai gejala. Studi lain juga menunjukkan paparan partikel polusi untuk jangka panjang diasosiasikan dengan meningkatnya risiko bronkitis kronis, penurunan fungsi paru, dan meningkatnya kematian akibat kanker paru dan penyakit jantung.
Bukanlah hal mudah dan singkat untuk memperbaiki tingkat polusi di Jakarta. Berikut ini adalah dua faktor utama penyebab polusi udara di Jakarta yang begitu tinggi:
Dengan populasi Jakarta yang begitu padat, kemacetan akibat banyaknya volume kendaraan yang melintas di jalan bukanlah hal asing. Hampir seluruh kendaraan yang berada di jalan raya Jakarta adalah kendaraan berbahan bakar fosil yang menghasilkan polusi sisa pembakaran berupa nitrogen dioksida (NO2) dan sulfur dioksida (SO2).
Tak hanya kendaraan, aktivitas industri di Jakarta juga tak kalah sibuk. Saat pandemi melanda dan menghentikan banyak aktivitas di tahun 2020, banyak yang mengira tingkat polusi akan menurun. Kenyataannya, tingkat polusi malah meningkat walaupun jumlah kendaraan yang melintas turun. Diduga polusi ini adalah akibat pembangkit listrik tenaga batu bara dan pabrik yang masih menggunakan bahan bakar fosil.
Baca Juga: Yakin Udara Sekitarmu Sudah Bebas Virus? Cek dengan Nusantics Covid Air Scan!
Jika diamati data polusi udara di Jakarta selama beberapa tahun terakhir, terdapat hal menarik yang dapat disimpulkan. Berikut adalah hasil rata-rata polusi beberapa tahun terakhir:
Data spesifik untuk rata-rata tingkat polusi PM2.5 di tahun 2021 masih belum diketahui, namun mengutip wawancara TEMPO dengan Kepala Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan pada Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Yusiono Anwar mengatakan, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) DKI Jakarta sepanjang Januari-Desember 2021, tidak mengalami satu hari pun kondisi “sangat tidak sehat”.
Menurut Yusiono di tahun 2020 mencatat kualitas udara Jakarta adalah sebagai berikut:
Sedangkan data di tahun 2021 kualitas udara Jakarta yang tercatat adalah:
Dari kedua perbandingan tersebut dan data tahun-tahun sebelumnya, Yusiono menyimpulkan bahwa kualitas udara Jakarta semakin membaik karena tidak ada hari dengan kualitas udara "sangat tidak sehat".
Beberapa usaha pemerintah Jakarta mengendalikan polusi udara yaitu dengan melaksanakan Car Free Day (CFD), menerbitkan 7 inisiatif Pengendalian Kualitas Udara, hingga memberikan beberapa benefit untuk para pengguna kendaraan bermotor listrik.
7 aksi perbaikan kualitas udara Jakarta ini digaungkan oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, yang tertuang dalam Instruksi Gubernur No. 66 tahun 2019, meliputi:
Baca Juga: Benarkah Pepohonan di Sekitar Kita Membuat Kita Tetap Sehat?
Melihat hasil data rata-rata polusi Jakarta di tahun 2020 menurun cukup banyak, rasanya tidak ada salahnya berharap tingkat polusi Jakarta di tahun 2022 akan terus menurun. Sebagai masyarakat, yuk sedapat mungkin dukung penerapan aksi perbaikan kualitas udara Jakarta dengan lebih sering menggunakan kendaraan umum!
Tahukah kamu bahwa selain polusi, udara juga membawa berbagai bakteri, virus, jamur, dan benda mikroskopik lainnya? Di masa pandemi yang bikin parno ini, Nusantics dapat membantu kamu mendeteksi virus di ruangan dengan layanan Covid Air Scan. Jangan lupa kunjungi juga Nusantics Blog, untuk berbagai informasi menarik terkait bioteknologi yang canggih dan membantu hidup manusia!
Referensi:
Fresh Articles
The most established precision molecular diagnostics company in Indonesia
Find Us
Mon - Fri: 9 a.m. - 6 p.m.
i3L Campus @ Lvl. 3
Jl. Pulomas Barat No.Kav.88, RT.4/RW.9, Kayu Putih, Pulo Gadung,
Jakarta Timur 13210
Contact Us
hello@nusantics.com
+62 (21) 509 194 30
Copyright © 2024 PT Riset Nusantara Genetika, PT Nusantara Butuh Diagnostik. All Rights Reserved.Privacy Policy
© 2024 PT Riset Nusantara Genetika.
Privacy Policy