• Home
  • Blog

share

Kenapa Kita Butuh Techno-Wisdom?

7 Sep 2021

Kenapa Kita Butuh Techno-Wisdom?

Teknologi seperti pisau bermata dua, memudahkan manusia melakukan berbagai kegiatan. Tapi di sisi lain, jangan sampai teknologi menguasai kita. Karenanya dibutuhkan techno-wisdom.

Perkembangan teknologi kian cepat, seiring dengan kebutuhan manusia di berbagai bidang yang semakin meningkat dan butuh dibantu atau disederhanakan dengan perangkat teknologi.

Seperti yang diungkapkan David Chalmers Profesor Filsafat dan Ilmu Saraf di Universitas New York, dan Andy Clark Filsuf Inggris sekaligus Profesor Filsafat Kognitif di Universitas Sussex dalam makalah “The Extended Mind”: “Teknologi hadir untuk membantu pikiran manusia yang mempunyai keterbatasan akan tuntutan dunia. Butuh perluasan dan peningkatan dan teknologi menyediakan hal tersebut, di antaranya memperluas kognisi yang sudah ada.”

Kognisi manusia dalam 
The Nervous Systems of Non-Human Primates adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu. Proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan, dan berbahasa.

Menurut David dan Andy, hadirnya teknologi akan meningkatkan lebih banyak potensi dari pikiran kita, contohnya memori, logika, dan kreativitas. Tapi ada catatan khusus, jika digunakan dengan bijak pesat peningkatan teknologi baru, akan memberikan manusia keuntungan bagi otak yang luar biasa. 


Baca Juga: Dunia Tak Kasat Mata yang Menjadikan Kita Manusia
 

Kecerdasan Manusia dan Teknologi

kecerdasan manusia dan teknologi


Dua variabel tersebut sejatinya hidup berdampingan dan melengkapi. Sehebat apa pun otak manusia, tanpa bantuan teknologi kurang ideal untuk memudahkan hidup kita di era sekarang, yang dalam beberapa hal diharuskan menghasilkan sesuatu dengan cepat. 

Misalnya, bagaimana manusia membutuhkan mobil, pakaian, rumah, handphone, aplikasi petunjuk jalan, dan lain-lain sebagai sarana pemenuhan kebutuhan sehari-hari. 

Memanfaatkan teknologi tentu bukan hal yang negatif. Selama digunakan dengan bijak, semua perkembangan teknologi bisa membuat kita menjadi manusia yang lebih baik.

Bentuk nyata yang sering kita temui adalah teknologi yang dimanfaatkan dalam dunia kedokteran. Berapa banyak nyawa yang dibantu dengan berbagai teknologi terkini di alat-alat kesehatan. 

Misalnya memasang 
ring di pembuluh darah jantung, tanpa melakukan operasi besar, sisa lukanya sebatas lubang pulpen di pangkal paha, metode tersebut dinamakan angioplasti koroner.

Baca Juga: Yakin Udara Sekitarmu Sudah Bebas Virus? Cek dengan Nusantics Covid Air Scan!
 

Menguasai atau Dikuasai?

menguasai atau dikuasai


Seperti yang sudah disinggung di awal artikel, teknologi seperti pisau bermata dua. Tak hanya memiliki sisi positif, ada pula sisi negatifnya.

Misalnya, di era pandemi, ketika protokol kesehatan mempersempit ruang gerak manusia untuk mengadakan berbagai pertemuan penting, teknologi menjawab masalah tersebut. 

Beberapa aplikasi memungkinkan belasan, puluhan hingga ratusan orang melakukan konferensi percakapan, secara video dan audio 
online. Ada yang berbayar, banyak pula yang dapat diakses dengan gratis, lewat handphone, laptop atau PC. Misalnya Google Meet dan Zoom. 

Satu halangan teratasi, namun ada pekerjaan rumah lain yang menanti. Karena tidak terhalang jarak, membuat sebagian orang berpikir, dapat dengan mudah membuat janji rapat estafet dalam satu hari. Tak heran di era pandemi, sebagian orang merasa sangat lelah fisik dan mental, karena terlalu sering terpapar aneka kegiatan online melalui berbagai aplikasi dengan durasi yang panjang.


Baca Juga: Hiking dan Pengaruhnya bagi Tubuh, Pikiran, dan Microbiome

Inilah contoh fenomena bahwa kita telah dikuasai teknologi. Untuk itu, kita butuh techno-wisdom, kesadaran kolektif yang manusiawi berkaitan dengan hadirnya teknologi di sekitar kita, terutama para pemimpin. 

Tidak semata-mata dapat mendekatkan yang jauh, lantas menghujani tim dengan agenda rapat yang sangat waktunya sangat rapat. 

Kasus lain adalah kecanduan sosial media yang diunggah melalui 
gadget kamu. Bisa berjam-jam lamanya, perhatian kamu tertuju pada layar HP, padahal ada pekerjaan lain yang jauh lebih esensial atau prioritas dan butuh segera diselesaikan. Atau, bijakkah jika ada seseorang yang sedang berbicara, lalu kamu malah sibuk bermain smartphone

Jika hal ini terjadi dengan kamu, sudah sebaiknya kamu butuh menerapkan 
techno-wisdom. 

Tidak semua hal bisa digantikan dengan teknologi.


Secanggih apapun teknologi, tidak pernah akan bisa menggantikan beberapa sifat mendasar yang melekat pada manusia, yaitu perhatian, saling menyayangi, empati, kerinduan, gairah, toleransi, dan dekapan hangat dari dan kepada seseorang yang kamu sayang. 

Nah, bicara soal teknologi, Nusantics sebagai perusahaan bioteknologi yang berfokus pada riset dan teknologi terkait 
microbiome menghadirkan layanan terbaru, yaitu Nusantics Covid Air Scan. Ini adalah layanan pendeteksian virus COVID-19 di udara, terutama di dalam ruangan.

Nusantics Covid Air Scan menggunakan teknologi 
Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Menurut penelitian di Synthetic Biology – New Interdisciplinary Science, metode berbasis PCR sangat akurat dalam mengidentifikasi patogen. Ditambah dengan sensitivitas yang tinggi, Nusantics Covid Air Scan mampu mendeteksi ada atau tidaknya virus COVID-19 beserta mutasinya di udara. 

Teknologi bisa sangat membantu manusia jika digunakan dalam porsi yang tepat, yakni waktu dan tempat yang sesuai. Jangan sampai “kelebihan porsi”, sehingga bukan kamu yang menguasai teknologi, malah teknologi yang menguasai kamu. 
Yes? 

Referensi:

Writer: Anita Desyanti

Editor: Serenata Kedang