• Home
  • Blog

share

Inovasi Bioteknologi Asli Indonesia

18 Mar 2022

Inovasi Bioteknologi Asli Indonesia

Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang tinggi. Melimpahnya keanekaragaman ini memungkinkan Indonesia memiliki peluang riset dan inovasi dalam bidang bioteknologi. Apa sajakah hasil inovasi bioteknologi asli Indonesia?
 

Inovasi Bioteknologi Asli Indonesia


Inovasi bioteknologi tak hanya berjasa di bidang kesehatan dalam pembuatan vaksin saja, namun juga di berbagai bidang lainnya. Sebagai contoh, di bidang pertanian dalam mengatasi masalah ketahanan pangan dan gagal panen melalui genetic modification organism (GMO).

Peran inovasi 
bioteknologi semakin dirasakan ketika pandemi melanda global, termasuk Indonesia. Diagnosis infeksi COVID-19 melalui proses PCR membantu menekan jumlah penyebaran virus dan memberikan penanganan yang lebih tepat.

Tak dapat dipungkiri, sebagian besar inovasi bioteknologi berasal dari luar negeri, terutama negara-negara maju yang memiliki fasilitas penelitian yang lebih maju dan lengkap. Tetapi tahukah kamu bahwa Indonesia juga memiliki berbagai inovasi dari dalam negeri? Berikut adalah beberapa inovasi karya anak bangsa yang perlu kamu ketahui.


Baca Juga: Peluang Karier Luas untuk Jurusan Bioteknologi, Apa Saja?
 

1. Bioteknologi di Bidang Pertanian dan Agrobisnis

bioteknologi di bidang pertanian


Tak hanya terkait budidaya, bibit unggul, atau peningkatan produksi, bioteknologi untuk mendukung industri agrobisnis juga mencakup teknologi pascapanen. 

Salah satu buah hasil riset terbaru dari Pusat Teknologi Agroindustri (PTA) yang merupakan bagian dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah teknologi pascapanen buah mangga.

Buah mangga sebagai salah satu buah yang tumbuh subur di Indonesia yang beriklim tropis ini mampu mencapai jumlah panen
 sebanyak 2,8 juta ton, nomor 4 terbanyak di dunia. Masalahnya, mangga merupakan buah musiman dan harganya jatuh saat puncak musim panen. Selain itu, mangga juga termasuk buah yang tidak bertahan lama, hanya 10 hari pada suhu ruang. 

Untuk mengatasi masalah ini, diciptakanlah teknologi 
coating dari bahan turunan kelapa sawit dan pati sagu. Coating atau pelapis ini berfungsi untuk memperlambat laju metabolisme buah mangga agar lebih tahan lama hingga 4 minggu. 
 

2. Bioteknologi di Bidang Pangan

bioteknologi di bidang pangan


Makanan hasil inovasi bioteknologi sesungguhnya tidak asing lagi di antara masyarakat Indonesia. Inovasi bioteknologi untuk pangan paling mudah ditemukan adalah proses fermentasi

Proses ini melibatkan aktivitas mikroba, seperti bakteri atau jamur, dalam memproduksi makanan. Pada awalnya, proses ini dilakukan untuk mengawetkan makanan yang sifatnya musiman dan cepat rusak.

Seiring perkembangan alternatif pengawetan makanan, produk hasil fermentasi tetap diminati karena alasan lain, misalnya rasa, tekstur, dan aroma yang unik. 

Pangan fermentasi juga membawa dampak positif untuk kesehatan, yaitu lebih mudah dicerna dibandingkan bahan asalnya, juga peningkatan kandungan vitamin, antioksidan, serta probiotik yang baik untuk kesehatan.

Beberapa produk pangan hasil fermentasi khas masyarakat Indonesia, misalnya:

  • Tempe
  • Terasi
  • Oncom
  • Tape
  • Tauco
  • Acar
  • Dadih
  • Tempoyak
  • Dangke
  • Brem
  • Tape ketan
  • Peuyeum
  • Dan lain-lain


Baca Juga: Tempe, Makanan Fermentasi Tradisional yang Memiliki Banyak Khasiat
 

3. Bioteknologi di Bidang Kesehatan

bioteknologi di bidang kesehatan


Tahun 2018, Indonesia menjadi Centre of Excellence pengembangan vaksin dan produk bioteknologi negara-negara yang tergabung dalam OKI (Organisasi Kerjasama Islam) untuk meneliti dan menciptakan vaksin yang halal. 

Salah satu inovasi vaksin yang berhasil diciptakan adalah 
vaksin Pentabio, yaitu vaksin 5in1 yang meliputi vaksin difteri, tetanus, pertusis, Hepatitis B, dan Hib.

Selain vaksin, Nusantics sebagai 
startup bioteknologi lokal juga berinovasi menciptakan alat pengambil sampel untuk mendiagnosis Covid-19 dengan metode kumur, yaitu PCR kumur atau PUMU. Penggunaannya yang tidak invasif cocok mereka yang sensitif terhadap metode usap nasofaring (swab PCR), seperti penderita sinusitis dan anak-anak.

Baca Juga: PCR untuk Monitor Microbiome di Udara, Bagaimana Cara Kerjanya?
 

4. Bioteknologi di Bidang Lingkungan

bioteknologi di bidang lingkungan


Isu pencemaran sampah plastik merupakan salah satu masalah lingkungan secara global yang masih belum terselesaikan. Sebab tak hanya membuat kotor, namun plastik dan limbahnya yang sulit terurai membawa dampak buruk untuk makhluk hidup, termasuk manusia.

Sebagai usaha mengurangi limbah plastik, berbagai pihak terdorong berinovasi menciptakan
 plastik biodegradable yang mudah terurai dan tidak meninggalkan jejak kimia berbahaya. Plastik biodegradable ini terbuat dari bahan dasar pati tanaman yang mudah didapat di Indonesia, yaitu sagu dan ubi kayu.

Sayangnya, jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia lainnya, perkembangan bioteknologi di Indonesia masih tergolong tertinggal dan lambat. Mengutip artikel publikasi dalam
 Jurnal Rekayasa tahun 2019, terdapat beberapa faktor yang menjadi penghambat pertumbuhan bioteknologi di Indonesia, di antaranya:

  • Anggaran riset yang rendah dari pemerintah, bahkan terendah di Asia Tenggara. Anggaran riset di Indonesia hanya 0,2% (sekitar 17 triliun), sedangkan Singapura dan Thailand 2,5%, atau Malaysia 1,8%.
  • Keterbatasan fasilitas dan bahan baku yang masih harus diimpor
  • Kontroversi dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat Indonesia
  • Kurangnya kualitas sumber daya manusia
  • Regulasi industri dan pasar yang rumit dan kurang mendukung


Setelah mengetahui beberapa inovasi bioteknologi karya anak bangsa, berapa banyak yang sudah pernah kamu coba makan atau gunakan? Kalau kamu penasaran dengan PUMU, kunjungi halaman ini untuk informasi lebih lanjut, ya!

Referensi:

  • Adi, Septa. “Rekayasa Teknologi Pascapanen BRIN, Tingkatkan Mutu Hasil Pertanian Indonesia.” Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi, 12 Jan. 2022, www.bppt.go.id/en/berita-bppt/rekayasa-teknologi-pascapanen-brin-tingkatkan-mutu-hasil-pertanian-indonesia.
  • Agustina, Astri. “Ini Skema Inovasi Vaksin Yang Disusun Oleh Bio Farma.” Merdeka.Com, 15 Oct. 2018, merdeka.com/bandung/halo-bandung/ini-skema-inovasi-vaksin-yang-disusun-oleh-bio-farma-181015s.html.
  • Kamsiati, Elmi, et al. “POTENSI PENGEMBANGAN PLASTIK BIODEGRADABLE BERBASIS PATI SAGU DAN UBIKAYU DI INDONESIA / The Development Potential of Sago and Cassava Starch-Based Biodegradable Plastic in Indonesia.” Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, vol. 36, no. 2, 2017, pp. 67–76. Crossref, https://doi.org/10.21082/jp3.v36n2.2017.p67-76.
  • Syamsir, Elvira. “Pangan Fermentasi Tradisional Indonesia.” Seafast, 22 Feb. 2019, seafast.ipb.ac.id/pangan-fermentasi-tradisional-indonesia.
  • Wasilah, Ummi, et al. “Perkembangan Bioteknologi Di Indonesia.” Rekayasa, vol. 12, no. 2, 2019, pp. 85–90. Crossref, https://doi.org/10.21107/rekayasa.v12i2.5469.

Writer: Agnes Octaviani

Editor: Serenata Kedang