• Home
  • Blog

share

Hubungan Ventilasi Untuk Mengurangi Transmisi Penularan Virus

18 Feb 2022

Hubungan Ventilasi Untuk Mengurangi Transmisi Penularan Virus

Setelah sekitar 5 bulan setelah pandemi global dideklarasikan, WHO mengeluarkan imbauan virus COVID-19 dapat menular melalui udara atau airborne. Hal ini sedikit disayangkan para ilmuwan di berbagai belahan dunia karena imbauan tersebut keluar cukup lama, di mana seharusnya banyak tindakan preventif yang bisa dilakukan untuk menekan angka infeksi.

Mengetahui informasi tersebut, tentu masuk akal jika kamu berpikir bahwa ruangan tertutup atau 
indoor menjadi tempat yang lebih berisiko terinfeksi COVID-19 dibandingkan luar ruangan. 

Melansir artikel 
Nature, dibandingkan menyemprot desinfektan, meningkatkan kualitas ventilasi dalam ruangan berdampak jauh lebih besar. Hal ini ditanggapi serius oleh beberapa negara dan tak sedikit yang berani mengeluarkan anggaran untuk meningkatkan kualitas sirkulasi udara di berbagai lokasi untuk menekan angka infeksi Covid-19.

Sebagai contoh, pemerintah Jerman menganggarkan 500 juta Euro untuk meningkatkan ventilasi di gedung-gedung umum seperti sekolah, museum, dan perkantoran. 

Selain itu, pemerintah Jerman dan Korea Selatan juga memberikan subsidi untuk para pelaku bisnis yang ingin menambahkan 
air purifier portable untuk menyaring udara dan mengurangi konsentrasi virus dalam ruangan.

Baca Juga: Pengaruh Jendela Terhadap Komposisi Microbiome di Rumah
 

Mengapa Ventilasi Menjadi Penting?

mengapa ventilasi jadi penting


Ruangan tertutup dapat menjadi area yang berbahaya karena virus dapat terakumulasi di udara dan menginfeksi manusia yang sehat. Virus COVID-19 dapat menular melalui udara (airborne), artinya tidak diperlukan kontak langsung secara fisik antar manusia yang sakit untuk menularkan kepada mereka yang sehat.

Salah satu alat pantau yang digunakan untuk mengetahui ventilasi sebuah ruangan memadai atau tidak adalah alat pemantau CO2 
(karbon dioksida). Virus COVID-19 diketahui dapat "menumpang" pada aerosol, yaitu partikel halus yang solid ataupun cair yang melayang di udara. CO2 merupakan gas yang dikeluarkan dari sistem pernapasan manusia serta sumber lain yang secara alami ada di atmosfer bumi.

Manusia yang terinfeksi virus Covid-19 akan mengeluarkan virus beserta aerosol dan CO2
 saat menghela napas. Ketika ventilasi dan pergantian udara tidak baik, CO2 beserta virus akan terakumulasi, melayang-layang di udara dan dapat terhirup oleh siapa saja. 

Masih melansir artikel dari situs web Nature, konsentrasi CO2
 yang terkumpul dalam ruangan dapat menjadi salah satu indikator baik buruknya ventilasi sebuah ruangan. Mengacu pada hipotesis ini, beberapa negara seperti Taiwan, Norwegia, dan Portugal menerapkan aturan yang membatasi level CO2 dalam ruangan hingga 1000 ppm (parts per million) saja.

Walau begitu, ilmuwan berpendapat bahwa batas 700 ppm lebih baik, bahkan batas lebih rendah dianjurkan untuk ruangan di mana orang-orang mengembuskan napas lebih banyak, contohnya gym. 

Selain itu, tidak semua ahli setuju bahwa kadar CO2
 dalam ruangan memiliki korelasi langsung dengan virus, sehingga lebih banyak penelitian masih diperlukan untuk mencapai kesimpulan yang lebih pasti. 

Baca Juga: Rumah Kamu juga Punya Microbiome, Seperti Apa Bentuknya?
 

Meningkatkan Sirkulasi Udara dengan Ventilasi

meningkatkan sirkulasi dengan ventilasi


Sementara menunggu hasil penelitian yang lebih pasti, tentu tak ada salahnya meningkatkan sirkulasi udara dengan ventilasi yang baik. Berikut adalah beberapa cara meningkatkan kualitas sirkulasi udara di dalam ruangan.
 

1. Membuka Jendela dan Pintu


Cara termudah untuk meningkatkan sirkulasi udara adalah dengan membuka jendela atau pintu. 

Walaupun lebih baik daripada tidak sama sekali, membuka jendela saja tidak cukup untuk pertukaran udara yang sehat, masih diperlukan faktor lain seperti angin dan besarnya lubang ventilasi atau jendela yang proporsional dengan luas ruangan.

 

2. Ventilasi Mekanis


Di sisi lain, faktor cuaca dan kondisi lingkungan yang tidak mendukung juga menjadi salah satu masalah. Misalnya, permasalahan yang paling sering ditemukan di daerah perkotaan seperti Jakarta adalah cuaca yang panas disertai polusi udara dengan polutan seperti PM2,5

Tentunya masyarakat, terutama pelaku bisnis makanan dan minuman, akan enggan untuk membuka jendela dan pintu lebar-lebar karena justru akan mencemari kebersihan produk dan lingkungan di dalam ruangan. 

Cara lain yang dapat ditempuh adalah dengan menciptakan sirkulasi udara secara mekanis yang dapat menarik udara dari luar yang bebas virus dan mengeluarkan udara terkontaminasi dari dalam ruangan. 

Cara ini dinilai efektif karena sistem ventilasi dapat dilengkapi dengan filter yang dapat sekaligus menyaring polutan dari luar agar tidak ikut masuk ke dalam. Sistem ventilasi mekanis ini kebanyakan sudah diterapkan ke dalam sistem HVAC (
heating, ventilation, and air conditioning) untuk gedung.

Baca Juga: Yakin Udara Sekitarmu Sudah Bebas Virus? Cek dengan Nusantics Covid Air Scan!
 

3. Air Purifier


Jika sebuah ruangan tidak memungkinkan untuk memiliki ventilasi yang baik, misalnya karena kurangnya jendela atau polusi udara yang buruk, saran lain yang ditawarkan ilmuwan adalah menggunakan air purifier portable yang dilengkapi dengan HEPA (high-efficiency particulate air) filter yang saat ini mudah ditemukan di pasaran dengan harga yang cukup terjangkau.

Beberapa hasil
 penelitian menunjukkan HEPA purifier dapat membantu mengurangi hingga membersihkan udara dari berbagai partikel kecil, termasuk virus COVID-19. HEPA filter dapat menjadi solusi pembersih udara dalam ruangan dengan maupun tanpa ventilasi, ditambah lagi suaranya tidak terlalu berisik sehingga tidak mengganggu. 

Namun, usahakan tetap memungkinkan pergantian udara melalui pintu atau jendela setiap harinya agar kamu 
tetap sehat. Jika memungkinkan, gunakan kipas angin atau exhaust fan, untuk membantu mendorong pergerakan udara yang lebih baik.

Ventilasi memang dapat mengurangi transmisi penularan virus, tetapi bukanlah yang paling efektif. Cara paling efektif untuk menurunkan tingkat penularan Covid-19 yang disarankan oleh ahli adalah dengan tetap memakai masker. 

Dari hasil sebuah
 penelitian di Kanada, menggunakan masker menurunkan risiko infeksi hingga lebih dari 60% karena mencegah virus menyebar langsung dari sumbernya, yaitu mulut dan hidung manusia.

Selain dengan memantau kadar karbon dioksida dalam ruangan, sebetulnya memonitor virus Covid-19 dapat dilakukan, hanya saja organisasi dan laboratorium untuk melakukan tes ini cukup terbatas. 

Untungnya di Indonesia Nusantics hadir dengan layanan 
Covid Air Scan. Nusantics sebagai perusahaan startup bioteknologi di Indonesia mampu membantu masyarakat untuk mendeteksi adanya virus Coid-19 di dalam ruangan.

Mau tahu cara kerjanya? Kamu bisa baca lebih lanjut 
di sini, ya!

Referensi:

Writer: Agnes Octaviani

Editor: Serenata Kedang