Blog
Dampak Udara Indoor yang Sehat dan Bersih terhadap Kesehatan Tubuh
May 14, 2024 by Agnes Octaviani
Share
Tahukah kamu bahwa selama ini manusia dan mikroorganisme hidup berdampingan?
Yes, kamu tidak salah baca. Bakteri, jamur, virus, dan makhluk “tidak kelihatan” lainnya memang ada di sekitar kita, bahkan hidup di tubuh kita. Namun, jangan buru-buru berpikir bahwa mereka selalu membawa penyakit. Sebaliknya, keberadaan mereka justru dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan kesehatan makhluk hidup.
Begitupun dengan udara yang kamu hirup, baik di dalam maupun luar ruangan, mikroorganisme hadir sebagai bagian dari ekosistem. Kumpulan mikroorganisme yang menjadi bagian sebuah ekosistem bisa disebut sebagai microbiome.
Pandemi COVID-19 yang melanda dunia saat ini membuat banyak pihak semakin sadar akan pentingnya ventilasi yang baik dan udara yang sehat. Kini, semakin banyak yang lebih memilih beraktivitas di luar ruangan dan memilih ruangan publik dengan ventilasi baik. Untuk lebih memahami mengapa udara sehat dan bersih dalam ruangan berpengaruh pada kesehatan tubuh, yuk sedikit mengetahui tentang indoor microbiome!
Dilansir dari US Environmental Protection Agency, indoor microbiome atau microbiome dalam ruangan adalah sebuah komunitas kompleks yang terdiri dari berbagai mikroorganisme (bakteri, jamur, virus, dan organisme sel satu lainnya) yang ditemukan dalam sebuah ruangan, ini termasuk mikroorganisme yang hidup maupun yang sudah mati.
Microbiome ruangan juga mencakup benda tidak hidup seperti fragmen (potongan) mikroorganisme atau material dan kimia yang diproduksi oleh mikroorganisme.
Microbiome ruangan dapat masuk, keluar, dan bergerak dalam ruangan. Sebagian besar microbiome ruangan berasal dari penghuninya, yaitu manusia, hewan, hama, udara, air, dan area yang terdapat pertumbuhan mikroba.
Microbiome yang menempel di sebuah permukaan dapat kembali melayang di udara bersama debu akibat angin, atau terbawa oleh makhluk hidup dalam ruangan (manusia dan hewan) saat beraktivitas.
Baca Juga: Rumah Kamu juga Punya Microbiome, Seperti Apa Bentuknya?
Beberapa kondisi dan fitur sebuah bangunan juga dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan microbiome dan pergerakannya dalam ruangan, misalnya:
Bagaimana microbiome bergerak juga dapat dipengaruhi faktor lain seperti pemuaian udara, ventilasi, AC, jendela dan pintu yang terbuka, kipas angin, dan lain-lain.
Lalu, seperti apa komposisi microbiome ruangan yang bisa dikatakan normal?
Jawabannya, belum ada tolok ukur yang pasti dan “normal”. Setiap bangunan unik dan komposisi microbiome-nya bergantung pada penghuni dan perilakunya, tipe bangunan, desain, pemeliharaannya, material (termasuk furnitur), lokasi, hingga iklim setempat. Namun, penelitian saat ini masih mencari cara untuk memodifikasi microbiome ruangan agar dapat memberikan manfaat kesehatan untuk manusia.
Microbiome ruangan juga dapat memengaruhi kesehatan kamu. Setiap saat kamu akan terpapar microbiome, tetapi efeknya bisa saja netral, merugikan, atau bermanfaat tergantung pada tubuh kamu sendiri, jenis mikroba, dan variabel lainnya.
Sebagai contoh, beberapa jenis zat yang diproduksi microbiome tertentu diketahui memiliki hubungan dengan alergi atau asma, namun paparan beberapa jenis zat ini di awal kehidupan juga menunjukkan dapat melindungi dari asma dan mengi di kemudian hari.
Mengutip wawancara dengan ilmuwan Jack Gilbert untuk The Washington Post, sebelum menginjak usia 2 tahun, microbiome manusia selalu berubah dan belum stabil komposisinya. Hasil penelitian menunjukkan paparan microbiome yang beragam di masa kecil dapat berdampak pada perkembangan kesehatan fisik dan mental selama kehidupannya.
Membuat anak-anak hanya berada di dalam ruangan hanya akan membuatnya terpapar bakteri manusia terus-menerus. Peneliti menyarankan agar manusia mendapatkan paparan microbiome yang lebih beragam, salah satu caranya adalah dengan memelihara hewan seperti anjing (atau kucing).
Hewan peliharaan adalah pembawa ragam microbiome yang ideal untuk sebuah rumah. Mereka bergerak kesana kemari, juga membawa microbiome dari luar ruangan.
Baca Juga: Benarkah Hewan Peliharaan Bisa Membuat Microbiome Lebih Beragam?
Bagaimana pastinya koneksi langsung atau tidak langsung microbiome ruangan dengan manusia masih belum diketahui seluruhnya. Saat ini penelitian terkait microbiome dalam ruangan dan kesehatan manusia masih terus dilanjutkan demi memahami lebih jauh interaksi antar microbiome, lingkungan dalam ruangan, dan kesehatan manusia.
Salah satu penelitian dengan topik microbiome di udara dan potensi dampaknya pada kesehatan manusia, termasuk infeksi COVID-19, dimuat dalam Journal of Environment and Public Health (2020). Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa polusi udara membawa ancaman serius bagi kesehatan manusia.
Paparan particulate matter (PM) atau partikel polusi, serta gas berbahaya berkontribusi pada penyakit pernapasan dan kardiovaskular (jantung), termasuk alergi dan penyakit paru obstruktif. Polusi udara juga dapat dihubungkan dengan kanker dan memperpendek harapan hidup. Lebih jauh, paparan PM yang masuk ke tubuh menyebabkan perubahan yang merugikan pada microbiome usus.
Hasil studi saat ini menunjukkan microbiome patogen, khususnya bakteri, umumnya jarang dan tidak bertahan hidup lama di udara untuk menginfeksi manusia yang sehat. Tetapi lain halnya dengan jamur, spora yang terbang di udara dapat memicu atau memperburuk alergi dan asma.
Pada kasus pandemi seperti saat ini, penelitian tahun 2020 ini juga menemukan adanya hubungan antara polusi udara dengan tingkat keparahan infeksi COVID-19 yang lebih buruk. Diduga faktor ini berkontribusi terhadap tingginya angka infeksi yang lebih parah di beberapa kota atau negara.
Kelembapan udara juga dapat menjadi faktor yang memengaruhi kesehatan manusia. Luke Leung dalam wawancaranya dengan Bloomberg, menyebutkan kelembapan udara mendukung sistem kekebalan tubuh manusia agar berfungsi secara lebih optimal.
Selain itu, udara yang memiliki kandungan air lebih tinggi juga dapat menyebabkan partikel microbiome, seperti virus, agar jatuh ke lantai dan mati lebih cepat. Menurut beberapa kalkulasi, virus di udara yang kering dapat hidup 6 kali lebih lama seperti pada ruangan yang kadar kelembapan udaranya relatif di angka 40%.
Mengutip sebuah artikel Bloomberg, ventilasi yang baik diperlukan untuk membawa oksigen segar dan mengurangi konsentrasi karbon dioksida. Pada sebagian besar gedung-gedung yang tertutup dan menggunakan AC, ada potensi zat karsinogen (pemicu sel kanker), zat kimia pengganggu hormon (endocrine disruptors), polusi dari luar ruangan, dan lain-lain terperangkap karena kurang optimalnya sistem ventilasi udara.
Walaupun tidak ada standar microbiome ruangan yang normal, sebagian microbiome berpotensi dapat berdampak negatif pada manusia yang berbeda. Secara umum ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar lingkungan dan udara dalam ruangan tetap sehat:
Baca Juga: Pengaruh Jendela Terhadap Komposisi Microbiome di Rumah
Dunia microbiome mungkin adalah hal baru untuk kamu, tapi tidak bagi tim Nusantics. Nusantics juga punya teknologi untuk mendeteksi virus COVID-19 dalam ruangan, lho! Layanan yang disebut Covid Air Scan ini mengambil sampel dengan metode yang mudah dan memberikan hasil yang cepat dan akurat dari laboratorium setelah 1-3 hari.
Masih tertarik dengan topik microbiome lainnya? Main ke Nusantics Blog, ya!
Referensi:
Fresh Articles
The most established precision molecular diagnostics company in Indonesia
Find Us
Mon - Fri: 9 a.m. - 6 p.m.
i3L Campus @ Lvl. 3
Jl. Pulomas Barat No.Kav.88, RT.4/RW.9, Kayu Putih, Pulo Gadung,
Jakarta Timur 13210
Contact Us
hello@nusantics.com
+62 (21) 509 194 30
Copyright © 2024 PT Riset Nusantara Genetika, PT Nusantara Butuh Diagnostik. All Rights Reserved.Privacy Policy
© 2024 PT Riset Nusantara Genetika.
Privacy Policy