• Home
  • Blog

share

Uterine Microbiome pada Janin, Apa Itu?

10 Apr 2022

Uterine Microbiome pada Janin, Apa Itu?

Tampaknya, tak ada satupun bagian dari tubuh manusia yang bebas dari mikroorganisme. Begitupun rahim, yang selama beratus tahun dianggap steril, ternyata memiliki susunan mikroorganisme alias microbiome. Yuk, kenali lebih jauh mengenai uterine microbiome pada janin!

Sejak paradigma rahim steril diciptakan oleh Henry Tissier pada tahun 1900, para ilmuwan percaya bahwa manusia berkembang dalam rahim yang benar-benar terisolasi dari bakteri, jamur, dan virus yang membuat kita sakit ketika kita terlahir ke dunia.

Teori ini kebanyakan berdasarkan fakta bahwa sangat sulit menumbuhkan mikroorganisme hidup yang dikumpulkan dari rahim di laboratorium. Jadi, ilmuwan berasumsi bahwa tidak ada mikroba di rahim.

Namun, beberapa laporan di bagian kedua abad ke-20 menunjukkan bahwa kolonisasi bakteri bervariasi antara 0-90%. Peneliti dari
University of Tennessee pun menemukan jamur di usus bayi saat baru dilahirkan. 

Studi tersebut menyebutkan bahwa DNA jamur dan kemungkinan jamur hidup mungkin menyeberangi plasenta dari ibu ke janinnya sebagai bagian normal dari kehamilan. Kini, jelas bahwa rahim memiliki mikroorganisme yang perannya lebih dari sekadar menginfeksi.


Baca Juga: Perbedaan Materi Genetik: RNA dan DNA
 

Microbiome Rahim Beda dengan di Vagina

microbiome rahim beda dengan vagina


Ternyata, menurut artikel di EMJ Reproductive Health, microbiome rahim berbeda dengan microbiome vagina. Diperkirakan, jumlah bakteri di rahim 100-100.000 kali lebih rendah dibanding di microbiome vagina.

Hasil penelitian di jurnal
Nature Communications menunjukkan bahwa, berbeda dengan microbiome vagina dan leher rahim, Lactobacillus tidak mendominasi di microbiome rahim.

Sedangkan, bakteri seperti
Pseudomonas, Acinetobacter, Vagococcus, dan Sphinogobium memiliki bagian yang cukup besar di microbiome rahim. Bakteri tersebut tumbuh di kondisi yang agak basa, berbeda dengan Lactobacillus yang mendominasi lingkungan asam di vagina.
 

Sumber Bakteri di Rahim

sumber bakteri di rahim


Microbiome rahim bisa berasal dari sumber berbeda-beda dan bermigrasi ke rahim melalui beragam cara, di antaranya:

  • Penyebaran melalui darah.
  • Naik dari vagina (misalnya karena pengambilan sel telur dari ovarium dan transfer embrio untuk prosedur bayi tabung atau saat pemasangan IUD).
  • Naik dari leher rahim.
  • Lewat sperma.
  • Hubungan seksual.
  • Penyebaran mundur melalui tuba falopi atau prosedur ginekologis.


Peran Mikroorganisme di Rahim


peran mikroorganisme di rahim

Transmisi mikroba dari ibu ke janin saat hamil kemungkinan berdampak signifikan pada sistem imun, usus, dan otak janin. Hal ini juga bisa memengaruhi peristiwa kolonisasi mikroorganisme pascalahir. 

Meski peran dan mekanisme pasti mikroorganisme di rahim belum diketahui, beberapa studi telah menunjukkan bahwa microbiome kemungkinan bertanggung jawab atas endometrium (lapisan berlendir dalam rahim) yang subur dan mudah menerima implantasi embrio dengan memengaruhi imunitas rahim. 

Berdasarkan pelajaran yang diambil dari microbiome usus, microbiome rahim bisa jadi mengatur sel imun yang terlibat dalam implantasi dan berimplikasi pada morfologi jaringan. Microbiome juga kemungkinan berperan penting melindungi dari infeksi dengan bersaing dengan patogen di rahim.

Baca Juga: Masa Depan Bayi Dipengaruhi Microbiome pada Ibu Hamil? Ini Penjelasannya!
 

Peran Negatif Bakteri di Rahim
 

Sampai saat ini, fokus utama dari studi microbiome rahim adalah konsekuensi negatif dari kehadiran bakteri. Hanya sedikit studi yang menilai microbiome dari rahim yang sehat. Bakteri yang paling melimpah di rahim adalah phyla Firmicutes, Bacteroidetes, Proteobacteria, dan Actinobacteria.

Kehadiran bakteri di rahim dikaitkan dengan kompilasi ginekologis berbeda, di antaranya hasil reproduksi yang buruk, endometriosis, perdarahan menstruasi yang disfungsional, dan kanker. Meski demikian, hubungan sebab-akibat belum jelas terbangun.

Kolonisasi bakteri dengan bakteri yang berkaitan dengan bacterial vaginosis (jenis peradangan vagina akibat bakteri alami vagina yang tumbuh berlebihan sehingga mengganggu keseimbangan) tampak mendorong karsinogenesis melalui perubahan patofisiologis yang disebabkan oleh microbiome

Contohnya, studi di European Journal of Obstetrics, Gynaecology, and Reproductive Biology menganalisis microbiome di beberapa titik di saluran reproduksi perempuan. Peneliti menemukan kehadiran spesies Atopobium vaginae dan Prophyromonas di saluran reproduksi yang memiliki kanker.

Pada wanita dengan endometriosis, komposisi microbiome rahim tampak berbeda dengan rahim perempuan yang sehat. Lactobacillaceae ada di kadar rendah sedangkan spesies Streptococcaceae, Staphylococcaceae, dan Enterobacteriaceae subur.

Baca Juga: 5 Cara Tingkatkan Microbiome Baik untuk Bayi
 

Jamur pada Mekonium Bayi


jamur pada mekonium bayi


Beberapa studi yang dirangkum oleh studi di jurnal Frontiers in Microbiology telah mendeteksi DNA bakteri di sampel mekonium (feses pertama bayi) dan cairan ketuban. 

Ini menunjukkan bahwa microbiome manusia mungkin dimulai dari rahim. Keberadaan DNA dan SCFA (asam lemak rantai pendek) bakteri di rahim berpotensi memengaruhi sistem imun janin yang berkembang.

Salah satu studi tersebut dilakukan oleh tim dari University of Tennessee tadi. Mereka menemukan DNA jamur di hampir semua bayi, bahkan pada mekonium bayi prematur yang lahir pada kehamilan minggu ke-23, bukan minggu ke-40 seperti normalnya.

Peneliti juga melihat peningkatan jumlah dan jenis jamur secara bertahap, tergantung seberapa lama bayi berada di dalam kandungan sebelum lahir. Temuan ini mendukung gagasan bahwa kolonisasi oleh jamur adalah proses alami dan jamur secara perlahan tapi pasti berakumulasi di janin selama kehamilan.

Perbedaan pada bakteri dan jamur di usus bayi prematur dan normal pun sangat konsisten. Salah satu yang mencolok adalah jamur Candida lebih banyak ditemukan pada bayi prematur. 

Secara normal, Candida tidak berbahaya hidup di usus kita. Namun, terkadang jamur tersebut bisa memicu infeksi ragi. Jika masuk ke dalam darah, Candida bisa membuat bayi prematur sakit parah.

Jika pembentukan komunitas jamur di awal kehidupan tidak berjalan seperti biasa, hal ini bisa menyebabkan asma dan potensi obesitas.

Ternyata, kehidupan manusia tidak lepas dari mikroorganisme, bahkan sejak manusia masih berkembang dalam rahim. Bagaimana menurutmu?

Wah, menarik banget kan pengetahuan tentang microbiome ini! Buat kamu yang masih mau baca artikel menarik lainnya tentang microbiome tubuh atau lingkungan, mampir ke Nusantics Blog, ya!

Referensi:

Writer: Fitria Rahmadianti

Editor: Serenata Kedang