• Home
  • Blog

share

Seperti Apa Microbiome dalam Air yang Kita Minum?

27 Apr 2021

Seperti Apa Microbiome dalam Air yang Kita Minum?

Sebagai sumber kehidupan dan sebagian besar komposisi tubuh, air yang kamu konsumsi sehari-hari haruslah layak konsumsi dan baik untuk diserap tubuh. Tetapi tahukah kamu dalam air minum yang kamu konsumsi juga terdapat microbiome?

Microbiome merujuk pada berbagai mikroorganisme yang tidak terlihat mata telanjang, melainkan lewat bantuan alat seperti mikroskop, misalnya bakteri, virus, jamur, protozoa, dan lain sebagainya.

Tidak seperti anggapan umum,
microbiome tidaklah selalu menimbulkan penyakit. Faktanya, di tubuh manusia tinggal triliunan microbiome yang berperan besar dalam membantu membangun sistem kekebalan tubuh, mengurai makanan, dan tugas-tugas lainnya, sehingga kamu tetap sehat.

Namun,
microbiome yang menyebabkan penyakit, atau bisa disebut sebagai patogen, terdapat di sekeliling kamu, termasuk dalam air yang kamu minum.
 

Microbiome Patogen dalam Air Minum

microbiome di air minum


Seiring kemajuan zaman, akses langsung ke mata air semakin tidak memungkinkan, terutama bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan. Lalu muncul produk air minum kemasan yang memungkinkan masyarakat dapat minum air yang sudah disaring dan dikelola sehingga bebas patogen, namun tetap mempertahankan kandungan mineral alami yang dibutuhkan tubuh.

Mikroorganisme patogen yang mampu menginfeksi manusia masih ada di lingkungan modern, namun dalam jumlah yang rendah dan lebih terkontrol, meskipun kadang-kadang masih dapat menimbulkan penyakit pada manusia yang sehat.

Baca Juga: 
Hubungan Meditasi dengan Microbiome dan Kesehatan Tubuh

Microbiome patogen ini dapat masuk ke tubuh melalui air minum yang terkontaminasi, makanan, kontak langsung dengan orang atau hewan yang sakit, atau terhirup dari udara.

Untuk mengontrol
microbiome patogen di saluran air, salah satu cara pemerintah atau perusahaan air bersih menggunakan desinfektan dengan bahan kimia (misalnya klorin), agar air lebih aman digunakan, misalnya untuk mandi, menggosok gigi, atau mencuci.

Berdasarkan
fact sheet yang dirilis Division of Environmental and Occupational Health Services New Jersey, Amerika Serikat, berbagai microbiome patogen yang mampu menginfeksi manusia bisa ditemukan di air, misalnya Shigella, E. Coli, Vibrio, Salmonella, Rotavirus, dan protozoa.

Beberapa gejala umum akibat infeksi air minum yang terkontaminasi adalah mual, muntah, diare, dan kram perut. Bagi orang dewasa dengan kekebalan tubuh yang normal dan sehat, gejala-gejala ini tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendiri tanpa waktu yang lama.

Namun, gejala-gejala tersebut bisa lebih parah pada anak bayi atau balita, lansia, dan orang-orang yang punya sistem imun yang lemah.

 

Microbiome dalam Air Minum di Indonesia

microbiome di air minum indonesia


Merujuk hasil wawancara dengan Perusahaan Daerah Air Minum Tirtawening, Bandung, dijelaskan bahwa pada dasarnya air bersih di penampungan (reservoir) pusat telah steril dan layak konsumsi. Namun, pengaliran air bersih lewat pipa ke rumah penduduk berpotensi membawa bakteri di tengah jalan.

Letak pipa air yang berada di tanah berpotensi retak atau bocor, sehingga bakteri dari luar dapat mengontaminasi air tersebut. Sehingga, dianjurkan untuk merebus air setidaknya 1 menit untuk membunuh
microbiome patogen yang tak kasat mata agar aman dikonsumsi.

Baca Juga: 
5 Pertanyaan Seputar Earthing dan Penjelasannya

Dari hasil penelitian berjudul Detection of Microorganisms in Tap Water in Indonesia and Thailand yang dilakukan terhadap air keran di Jakarta dan Surabaya yang dirilis di tahun 2011 lalu, ditemukan 4 mikroorganisme yang terdiri dari 2 spesies protozoa dan 2 spesies bakteri (coliform dan E.coli).

Hasil penelitian tersebut juga menyimpulkan bahwa konsentrasi residu klorin lebih rendah daripada air di daerah lain yang lebih steril dari mikroorganisme, namun air juga terlihat lebih keruh.

Artikel dari
Scientific American menuliskan adanya hubungan antara klorin dalam air minum dengan meningkatnya kasus kanker payudara, rektal, dan kandung kemih. Dilaporkan klorin dapat berinteraksi dengan zat organik yang dapat memicu perkembangan radikal bebas yang menjadi salah satu faktor meningkatnya kanker.

Walaupun hampir tidak mungkin menghilangkan klorin dalam air yang kamu gunakan setiap hari, artikel tersebut menyarankan untuk memasang filter karbon aktif yang dapat menyerap klorin dalam air.

 

Lalu Bagaimana dengan Air di Sumbernya, yaitu Mata Air Alami?

microbiome di mata air alami


Hal ini mungkin dapat dijawab oleh salah satu penelitian di Bali oleh Bali Medika Jurnal tahun 2018 terkait mata air yang digunakan penduduk setempat sebagai air minum tanpa pengolahan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan air tersebut layak minum dari segi parameter kimia, artinya kandungan kimia yang terdapat dalam air masih dalam batas aman dan tidak berbahaya.

Namun dari segi mikrobiologi, air minum yang tidak diproses ini ternyata terdapat bakteri
Fecal coli yang tidak memenuhi standar kualitas air minum. Diduga bakteri ini bisa sampai ke mata air karena belum adanya pengelolaan kotoran penduduk dan hewan ternak setempat yang baik.

Baca Juga: 
Minimalist Skincare Routine yang Patut Dicoba

Sedangkan air minum dalam kemasan yang dipasarkan dan dikenal baik oleh masyarakat, biasanya mengambil air dari mata air tanah dalam, lalu melewati beberapa proses penyaringan dan purifikasi, sehingga hampir dapat dipastikan air minum dalam kemasan telah bebas microbiome patogen.

Jika kamu memutuskan untuk menggunakan air bersih dari keran untuk konsumsi, pastikan mendidihkan airnya terlebih dahulu untuk membunuh
microbiome patogen yang berpotensi menyebabkan penyakit, ya.

Masih tertarik dengan topik dunia
microbiome? Kamu bisa mampir ke Nusantics Blog untuk mendapatkan berbagai informasi menarik seputar microbiome di sekitar kita.

Referensi:

Writer: Agnes Octaviani

Editor: Serenata Kedang