share

Mengenal The Gut-Skin Axis

22 Apr 2022

Mengenal The Gut-Skin Axis

Tubuh manusia adalah rumah bagi triliunan microbiome, yang terdiri dari bakteri, virus, jamur, dan mikroorganisme lainnya. Microbiome dapat ditemukan di sekujur tubuh, luar dan dalam. 

Jumlah
microbiome paling banyak ditemukan di usus manusia. Hebatnya lagi, makhluk-makhluk kecil tak kasat mata ini ternyata punya peran sangat penting untuk kesehatan manusia.

Misalnya saja,
gut-skin axis, atau koneksi antara kulit dengan sistem pencernaan, ternyata memiliki peran krusial dalam sistem kekebalan dan sistem neuroendokrin, yaitu sistem saraf yang bertugas memproduksi hormon.

Mengetahui bagaimana
microbiome usus berkomunikasi dengan microbiome kulit, dapat membantu para ilmuwan untuk mengatasi berbagai masalah kulit yang muncul dengan lebih efisien.
 

Mengenal Gut-Skin Axis

gut skin axis


Microbiome merupakan regulator kunci untuk sistem imun, sebab mereka menjaga proses homeostasis (menjaga kestabilan kinerja tubuh) dengan cara berkomunikasi dua arah dengan sel dan organ tubuh.  

Hal ini dapat menjelaskan mengapa biasanya masalah pencernaan dan masalah kulit terjadi bersamaan. 

Tak heran jika disbiosis yang terjadi di
microbiome kulit dan/atau usus diasosiasikan dengan perubahan respon imun, sehingga memicu berbagai masalah kulit seperti atopic dermatitis, psoriasis, jerawat, ketombe, hingga kanker kulit.

Baca Juga: Apa Itu Sindrom Leaky Gut atau Usus Bocor?

Hipotesis utama yang saat ini digunakan para ilmuwan adalah kesehatan usus yang dipengaruhi oleh faktor diet sehari-hari, melakukan mediasi melalui microbiome usus dan sistem imun, menyebabkan efek sistemik, termasuk kesehatan kulit. 

Dalam proses ini, kekuatan dinding usus (
intestinal barrier) memiliki peran penting, sehingga dinding membran usus yang rusak atau bocor diduga memicu berbagai dampak yang masih diperdebatkan.

Berbagai hasil penelitian juga telah menunjukkan bahwa
microbiome usus dapat secara langsung memengaruhi kulit. Misalnya ketika barrier atau dinding usus kamu sedang "bocor", microbiome usus dan metabolitnya dapat masuk langsung ke aliran darah, menumpuk di kulit, lalu mengganggu keseimbangan microbiome kulit. 

Microbiome usus sebagian besarnya terdiri dari jenis bakteri, namun hadir pula sejumlah jenis virus. Tetapi saat ini masih sangat sedikit bukti yang menunjukkan bagaimana virus memengaruhi kulit dan kesehatan usus, tidak seperti bakteri yang menunjukkan banyak hasil penelitian.

Salah satu
penelitian yang membuktikan hubungan ini adalah potensi hubungan antara kondisi kulit rosacea dengan Helicobacter pylori, bakteri patogen yang biasanya menginfeksi sistem pencernaan. 

Penelitian tersebut menunjukkan terdapat jumlah infeksi
H. pylori yang signifikan lebih tinggi pada penderita rosacea dibandingkan dengan mereka yang tidak. Kondisi kulit para pasien kemudian secara signifikan membaik setelah bakteri tersebut dikendalikan atau dihilangkan.

Baca Juga: Waspada, Ini 5 Masalah Kulit Akibat Microbiome Tidak Seimbang!

Microbiome usus dan hubungannya dengan berbagai organ tubuh menjadi hal yang menarik untuk diinvestigasi. Mereka menjadi harapan baru, menyeimbangkan microbiome di tubuh diharapkan dapat menjadi jawaban berbagai masalah kesehatan yang sulit diatasi saat ini. 

Beberapa hasil penelitian yang terlihat menjanjikan adalah efek pemberian
prebiotik dan probiotik.
 

Prebiotik dan Probiotik Mendukung Kesehatan Microbiome

prebiotik dan probiotik


Prebiotik dan probiotik yang ditargetkan untuk microbiome usus menampilkan dampak positif pada penelitian terhadap hewan dan manusia. 

Hasil dari suplementasi yang terlihat misalnya rambut yang lebih tebal dan mengkilap, serta potensinya dalam mencegah dan mengendalikan jerawat, eczema, dan psoriasis.


Penelitian lainnya yang menunjukkan bahwa kulit dan usus saling berhubungan adalah kasus atopic dermatitis atau sering dikenal sebagai eczema dan eksim. 

Seperti yang sudah disebutkan,
microbiome memiliki peran penting dalam sistem kekebalan tubuh melalui berbagai cara. 

Pada penderita eczema, diduga kuat akibat kurangnya keanekaragaman
microbiome di masa kecil menyebabkan kurang matangnya kekebalan tubuh bawaan dan adaptif yang kemudian memicu inflamasi kronis. 

Ditemukan pula bahwa bayi-bayi yang menderita eczema memiliki jumlah
bifidobacterium dan bacteroides yang lebih sedikit.

Baca Juga: Eczema dan Skin Microbiome

Dengan diketahuinya hubungan erat antara usus dan kulit ini, tentu memunculkan beberapa ide untuk mulai mengatasi masalah kulit melalui perbaikan keseimbangan microbiome, baik dari kulit maupun usus. 

Berbagai produsen produk perawatan kulit kini berinovasi menambahkan kandungan prebiotik atau probiotik untuk beberapa jenis produk pemakaian luar. 

Memang hal ini pun didukung bukti penelitian, seperti bagaimana
probiotik dapat menekan bakteri P. acnes penyebab jerawat.

Sedangkan untuk menyeimbangkan
microbiome usus, probiotik dapat dikonsumsi secara oral, baik dalam bentuk suplemen probiotik ataupun makanan fermentasi. 

Makanan fermentasi mengandung banyak probiotik, misalnya tempe, miso, kimchi, kombucha, dan yogurt.

Selain probiotik, kamu juga tak boleh lupa dengan prebiotik atau serat. Singkatnya, prebiotik merupakan makanan untuk
microbiome di usus kamu. 

Dengan mendapatkan asupan yang cukup,
microbiome usus dapat berkembang baik dan meningkatkan keanekaragamannya. Microbiome yang semakin beranekaragam diasosiasikan dengan sistem imun yang lebih baik.

Masih banyak hal yang belum diketahui secara pasti dalam
gut-skin axis. Tetapi rasanya tidak ada ruginya merawat microbiome di tubuh kamu, yang berarti juga merawat kesehatan tubuh kamu secara keseluruhan.

Kamu juga dapat menjaga bahkan meningkatkan keanekaragaman
microbiome kamu dengan produk-produk Biome Beauty dari Nusantics. Sebagai perusahaan bioteknologi, produk-produk ini sudah diformulasikan agar ramah microbiome sekaligus ramah lingkungan. Yuk, rawat tubuh kamu dari luar dan dalam!

Referensi:

  • Gravina, AG, et al. “Helicobacter Pylori Infection but Not Small Intestinal Bacterial Overgrowth May Play a Pathogenic Role in Rosacea.” United European Gastroenterology Journal, vol. 3, no. 1, 2015, pp. 17–24. Crossref, https://doi.org/10.1177/2050640614559262.
  • Kim, Jung, and Hei Kim. “Microbiome of the Skin and Gut in Atopic Dermatitis (AD): Understanding the Pathophysiology and Finding Novel Management Strategies.” Journal of Clinical Medicine, vol. 8, no. 4, 2019, p. 444. Crossref, https://doi.org/10.3390/jcm8040444.
  • Pessemier, Britta de, et al. “Gut–Skin Axis: Current Knowledge of the Interrelationship between Microbial Dysbiosis and Skin Conditions.” Microorganisms, vol. 9, no. 2, 2021, p. 353. Crossref, https://doi.org/10.3390/microorganisms9020353.
  • Rodriguez, Erica. “The Gut-Skin Axis.” The Secret Life Of Skin, 23 Sept. 2019, thesecretlifeofskin.com/2019/09/23/gut-skin-axis.
  • Salem, Iman, et al. “The Gut Microbiome as a Major Regulator of the Gut-Skin Axis.” Frontiers in Microbiology, vol. 9, 2018. Crossref, https://doi.org/10.3389/fmicb.2018.01459.

Writer: Agnes Octaviani

Editor: Serenata Kedang