• Home
  • Blog

share

Kondisi Pembelajaran Tatap Muka di 5 Negara

9 Oct 2021

Kondisi Pembelajaran Tatap Muka di 5 Negara

Pandemi COVID-19 memaksa pembelajaran jarak jauh (PJJ) diterapkan agar pendidikan tetap berlanjut. Bagaimanapun, metode ini tidak bisa menggantikan pembelajaran tatap muka (PTM) untuk seterusnya karena banyak faktor.

Akses terhadap teknologi dan kualitas kurikulum tidak merata sampai ke semua daerah sehingga sebagian anak tertinggal dalam pendidikan. Selain itu, penutupan sekolah di berbagai negara membuat anak kehilangan jatah makanan dari sekolah dan vaksinasi rutin, mengalami isolasi sosial dan peningkatan kecemasan, serta terekspos kekerasan. Angka pekerja anak dan pernikahan usia dini pun meningkat.

Bukan hanya itu, banyak orang tua juga tidak dapat menyeimbangkan antara mencari nafkah dengan mengurus anak dan memenuhi kebutuhan belajarnya. Sebagian orang tua juga kehilangan pekerjaan akibat pandemi, sehingga keluarganya semakin terjerumus dalam jurang kemiskinan. Hal ini menciptakan krisis ekonomi yang lebih dalam.

Karena itu, World Bank, United Nations Children’s Fund, dan UNESCO mendorong pemerintah di semua negara untuk membuka kembali sekolah sebelum akhir 2021. Sebab, kerugian yang dialami akibat PJJ dianggap melebihi risiko COVID-19. Pihak yang paling terdampak adalah orang-orang miskin dan termarginalisasi.

“Belum pernah anak-anak tak bersekolah hingga selama ini (bahkan melebihi penutupan sekolah karena badai topan, banjir, dan konflik),” kata Robert Jenkins, Direktur Pendidikan Global UNICEF kepada
Washington Post.

Pengalaman menunjukkan bahwa sekolah bukanlah sumber transmisi utama. Selain itu, tingkat keparahan COVID-19 pada anak-anak juga rendah. Inilah alasan PTM perlu dilaksanakan kembali, tentu dilengkapi dengan penerapan protokol kesehatan.

“Sekolah harus jadi tempat terakhir yang ditutup dan jadi tempat pertama yang dibuka kembali,” ujar Direktur Eksekutif UNICEF
Henrietta Fore

Di berbagai negara, pemerintah mengambil strategi berbeda dalam pembukaan kembali sekolah di tengah pandemi, tergantung dari angka kasus COVID-19, kondisi sistem pelayanan kesehatan, serta pertimbangan politik di negara tersebut.


Baca Juga: Rumah Anakku Pastikan Udara Bebas COVID-19 dengan Nusantics AirScan
 

Jepang

jepang


Beberapa sekolah sudah buka kembali sejak Agustus 2020. Liburan musim panas di sana berlangsung lebih singkat dari biasanya demi menggantikan kelas yang ditiadakan karena pandemi. Menurut The Associated Press, di sebuah SD di Tokyo, anak-anak menggunakan masker dan melakukan upacara di kelas alih-alih di gimnasium sekolah untuk menjaga jarak.
 

Prancis

prancis


Meski ada peningkatan tajam terhadap angka infeksi COVID-19 di beberapa minggu terakhir, para siswa di Prancis tetap kembali ke sekolah pada September tahun lalu. Pemerintah ingin menjembatani ketidaksetaraan bagi anak-anak yang diperparah oleh lockdown dan agar para orang tua bisa kembali bekerja.

Semua guru serta murid SMP dan SMA harus memakai masker sepanjang hari, koridor sekolah dibuat satu arah, dan acara kumpul-kumpul dibatasi. Kantin akan dibuka kembali untuk membantu anak-anak yang bergantung pada makanan yang disubsidi negara. Bahkan, pemerintah wilayah Paris memberikan
laptop secara gratis kalau-kalau siswa kembali mengalami lockdown.
 

Jerman

jerman


Sebagian besar siswa di Jerman sudah kembali ke sekolah. Aturan memakai masker berbeda-beda di berbagai daerah. Di Berlin, anak-anak bisa melepas masker di kelas, sedangkan di wilayah lain siswa harus selalu menggunakan masker.

Meski masih ada kasus baru karena kumpul keluarga dan bepergian saat libur musim panas, pemerintah memutuskan untuk tidak menutup sekolah kembali, melainkan mengkarantina siswa atau kelas yang terpapar COVID-19 saja. Sebab, menurut pemerintah Jerman, memastikan sekolah tetap buka lebih penting dibanding mengoperasikan kembali stadion olahraga atau mengizinkan konser digelar.


Baca Juga: Seberapa Mudah Virus COVID-19 Menyebar di Udara?
 

Inggris

inggris


Pemerintah Inggris mulai membuka kembali sekolah pada September 2020 dan mengancam mendenda orang tua yang tidak memperbolehkan anaknya bersekolah. Beberapa aturan yang diterapkan adalah penyediaan tempat mencuci tangan serta jam masuk sekolah dan jam makan siang yang dibedakan. Namun, masker tidak diharuskan. Selain itu, beberapa sekolah menengah atas mengombinasikan kelas tatap muka dan online.
 

Spanyol

spanyol


Di tengah kasus infeksi baru, meningkatnya kecemasan dari orang tua, dan kritik dari persatuan guru, pemerintah Spanyol tetap membuka sekolah untuk mengaktifkan kembali ekonomi di negara dengan angka kemiskinan anak yang relatif tinggi ini.

Sekitar 11.000 guru tambahan dipekerjakan dan kelas-kelas nonpermanen digelar di halaman sekolah untuk menciptakan ruang. Selain itu, dibuat “
bubble” atau kelompok siswa yang diperbolehkan untuk saling berbaur tapi tidak dengan orang di luar kelompoknya.

Di Madrid, semua siswa di bawah usia 12 tahun diperbolehkan belajar di kelas, sedangkan siswa yang lebih besar menjalani pembelajaran campur antara
online dan kelas tatap muka.

Indonesia sendiri sudah melaksanakan PTM terbatas di wilayah PPKM level 1-3 sejak akhir Agustus lalu. Bagaimana dengan sekolah anak-anak atau keponakan kamu? Apakah kamu setuju jika anak kembali bersekolah fisik atau lebih tenang jika ia belajar di rumah hingga situasi benar-benar aman?

Apapun regulasinya, hal paling penting yang harus ditekankan ialah menjaga imun tubuh agar tetap kuat. Sebab, tak hanya dari PTM saja, virus dan bakteri patogen lain pun bisa didapat di mana saja.

Jaga asupan anak agar tetap bernutrisi, imbangi dengan air putih dan istirahat yang cukup, juga seimbangkan aktivitas di dalam dan luar rumah.

Sebagai perusahaan bioteknologi yang mendukung teknologi dan inovasi di bidang
microbiome, Nusantics turut mendukung sekolah-sekolah menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan aman. Berdasarkan bukti-bukti yang ada, keamanan lingkungan sekolah bisa dipastikan dengan memonitor sirkulasi udara dan pengecekan PCR secara berkala.

Bagi kamu yang masih belum yakin apakah kondisi sekolahmu sudah aman atau belum, kamu bisa mengecek kualitas udara dan
microbiome-nya lewat Nusantics Air Scan, nih. Untuk informasi lebih lanjut dapat dilihat di sini, ya.

Referensi:

Writer: Fitria Rahmadianti

Editor: Serenata Kedang