logo-dark
logo-dark

Home

Blog

Microbiome Kulit: Teman atau Musuh?

Blog

Microbiome Kulit: Teman atau Musuh?

July 22, 2022 by Agnes Octaviani

Share

blog-image

Mendengar kata bakteri, virus, dan jamur, kamu mungkin akan bergidik dan ingin buru-buru menyingkirkan mereka. 

Lekat dekat anggapan pembawa penyakit, mikroorganisme seakan menjadi musuh manusia yang semakin terobsesi hidup higienis. Padahal, tidak semua mikroorganisme membawa penyakit, bahkan sebetulnya kesehatan manusia bergantung pada mereka.

Salah satu masalah kesehatan yang mungkin akrab dengan kamu sehari-hari adalah masalah kulit. 

Mulai dari jerawat, kulit kering dan pecah-pecah, ketombe, eksim, hingga masalah berat seperti psoriasis dan lain-lain. 

Kini sudah saatnya kamu berkenalan dengan penyebab dan mungkin juga solusi dari masalah kulit kamu, 
microbiome kulit.
 

Apa Itu Microbiome Kulit?


Seiring kemajuan ilmu sains di bidang kesehatan, kini telah diketahui bahwa mikroorganisme yang berada di sekeliling kita tidak melulu menjadi sumber penyakit, tetapi memiliki peran dalam kesehatan dan kesejahteraan makhluk hidup dan ekosistem. 

Kumpulan mikroorganisme yang berada di sekitar kita umumnya terdiri dari bakteri, virus, jamur, dan archaea. Mereka ini dapat disebut sebagai 
microbiome.

Sebagai organ terluar dan terbesar manusia, kulit menjadi tempat tinggal jutaan 
microbiome yang terdiri dari berbagai jenis dan spesies. 

Diperkirakan pada setiap satu sentimeter persegi terdapat satu juta bakteri dengan 100 spesies berbeda, di luar jutaan bahkan milyaran jamur, virus, dan serangga berukuran mikro.


Baca Juga: Pengaruh Pembersih Wajah terhadap Microbiome Kulit

Jangan parno dulu, karena microbiome kulit ini hidup bersimbiosis dan bekerja dengan organ dan sel manusia untuk menjaga tubuh kita tetap sehat secara keseluruhan. 

Faktanya, kolonisasi bakteri sejak dini di awal kehidupan merupakan waktu krusial untuk melatih dan membangun sistem kekebalan tubuh, yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari infeksi dan perubahan lingkungan, misalnya polusi dan sinar ultraviolet.


Microbiome yang bersifat komensal atau "teman" ini dalam kondisi tertentu dapat menjadi "musuh" yang menimbulkan masalah kulit, misalnya saja Staphylococcus epidermidis (S. epidermidis). 

Mengutip artikel dalam
 Southern Marin Dermatology, kondisi kulit seperti kulit berminyak, dapat menimbulkan interaksi antar microbiome yang dapat memicu masalah kulit seperti jerawat. 

S. epidermidis merupakan salah satu anggota 
microbiome yang paling umum ditemukan di kulit yang sehat. 

Mereka bekerja dengan merilis zat antimikroba yang membantu mengontrol dan menekan serangan patogen, yaitu mikroorganisme yang dapat menimbulkan masalah kesehatan. 

Namun S. epidermidis yang merupakan teman kita, dapat menjadi salah satu penyebab jerawat. 

Dalam kondisi yang mendukung, bakteri 
Propionibacterium Acnes (P. Acnes) dapat merilis zat toksin yang ketika berinteraksi dengan S. epidermidis, menimbulkan inflamasi dan menyebabkan jerawat.

Dalam
 penelitian terhadap S. epidermidis, koloni bakteri ini di kulit berperan sebagai bagian dari pelindung terhadap patogen, sehingga membantu menekan jumlah mikroorganisme patogen. 

Tetapi ketika komposisi jumlahnya terganggu, misalnya menjadi lebih banyak, S. epidermidis dapat berubah sifatnya menjadi patogen.

Dalam kasus atopic dermatitis (eczema atau eksim), ditemukan bahwa jenis bakteri yang berkoloni di sekitar area luka adalah S. aureus atau S. epidermidis. 

Keduanya merupakan anggota 
microbiome di kulit yang sehat. Namun, dalam penelitian ini masih belum diketahui berapa tepatnya jumlah S. epidermidis yang "baik" dan kapan mereka akan menyebabkan masalah, sehingga membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Lalu seperti apa komposisi 
microbiome yang sehat? 

Jawabannya, tidak ada komposisi 
microbiome yang sempurna, sebab komposisi ini pada setiap individu sungguh unik. 

Komposisi ini dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti iklim lingkungan tempat tinggal, polusi, jumlah ruang hijau di area tempat tinggal, konsumsi makanan sehari-hari (diet), obat-obatan yang sedang digunakan, dan lain-lain. 

Tetapi aspek yang penting untuk diperhatikan adalah keanekaragaman spesies 
microbiome. Ketika populasi microbiome kamu kurang beranekaragam, kamu lebih rentan mengalami inflamasi atau peradangan. 

Prinsip yang sama juga berlaku untuk komposisi 
microbiome usus.
 

Microbiome Kulit Adalah Teman!


S. epidermidis hanyalah salah satu dari banyaknya spesies yang mendiami kulit kamu. 

Sekarang terbayang 
kan, betapa banyaknya spesies yang bekerja sama melindungi kamu tanpa henti dari patogen sumber masalah? 

Berikut adalah beberapa peran 
microbiome kulit di tubuh kamu dikutip dari Mind Body Green:
 

1. Berkomunikasi dengan Sistem Kekebalan Tubuh


Sebelumnya para ilmuwan mengira bahwa microbiome hanya tinggal di area permukaan kulit saja dan lapisan kulit dalam manusia adalah steril, tetapi ternyata ini tidak benar. 

Di 
tahun 2013 para ilmuwan menemukan bahwa microbiome ternyata masih ada hingga ke lapisan lemak di bawah kulit. 

Masih diperlukan banyak penelitian terkait hal ini, namun para peneliti sementara ini berpendapat bahwa komunikasi antara sistem kekebalan tubuh dan 
microbiome terjadi di lapisan ini.
 

2. Melindungi dari Infeksi


Microbiome kulit melindungi kamu dari infeksi dengan cara yang sama dengan microbiome usus, yaitu dengan menyingkirkan patogen dan mencegahnya berkembang biak lebih lanjut. 

Microbiome kulit juga diketahui lebih cocok dengan tingkat keasaman kulit manusia (pH 5.0), yang cenderung agak asam dan tidak mendukung pertumbuhan patogen.
 

3. Mengontrol Inflamasi


Komunikasi antara microbiome dan sistem kekebalan tubuh secara rutin meredam inflamasi. 

Ketika jumlah komposisi 
microbiome melebihi ambang batas, sistem imun akan merilis zat antimikroba untuk mengurangi jumlah mereka agar kembali ke level yang seimbang. 

Demikian juga dengan 
microbiome kulit, mereka dapat menghambat pelepasan senyawa inflamasi dari sistem kekebalan tubuh agar tidak berlebihan dan menimbulkan masalah.
 

4. Melindungi dari Lingkungan Luar


Microbiome juga berperan penting dalam proses penyembuhan luka, membatasi paparan alergen, meminimalisir kerusakan oksidatif, dan menjaga kelembapan kulit agar tetap kenyal. 

Selain itu, mereka juga melindungi kulit dari paparan sinar ultraviolet yang dapat merusak kulit.


Baca Juga: Hubungan Eksim dan Microbiome Kulit
 

Apa Pemicu Ketidakseimbangan Microbiome?


Pernah dengar soal "hygiene hypothesis"? Konsep ini lahir dari hasil beberapa penelitian yang memaparkan bahwa kondisi lingkungan yang terlalu bersih berakibat pada lemahnya respons imun individu. 

Hal ini berkaitan erat dengan 
microbiome dan miskonsepsi yang sudah ada bertahun-tahun, yaitu mikroorganisme pasti menyebabkan penyakit.

Menggunakan 
hand sanitizer dan sabun antiseptik memang penting untuk kebersihan dan mencegah kamu terkena penyakit, misalnya di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang. 

Tetapi produk-produk ini tak hanya menyingkirkan mikroba patogen, namun juga 
microbiome kulit kamu. 

Kebiasaan ini tak hanya berkontribusi terhadap disbiosis (ketidakseimbangan), tetapi juga potensi resistensi antibiotik.

Akibat dari disbiosis ini adalah timbulnya berbagai masalah kesehatan kulit, misalnya:

  • Eczema (eksim)
  • Alergi
  • Psoriasis
  • Dermatitis kontak
  • Jerawat
  • Luka lambat sembuh
  • Ketombe
  • Infeksi jamur
  • Rosacea
  • Penuaan dini

 

Perawatan untuk Skin Microbiome


Setelah memahami bagaimana komposisi microbiome kulit perlu dijaga keseimbangannya agar kulit kamu selalu sehat, kini kamu perlu mengetahui bagaimana merawat para makhluk yang tidak terlihat mata ini agar tetap seimbang. 

Yang pasti, tidaklah cukup hanya dengan rajin mandi dan menggunakan produk 
skincare yang kurang tepat.

Kamu perlu memperhatikan beberapa kombinasi yang membuat 
microbiome di tubuh kamu, termasuk kulit, tetap dalam kondisi yang seimbang dan membuat kamu senantiasa sehat, antara lain:

1. 
Prebiotik, yaitu makanan bagi microbiome dan mendukung pertumbuhan koloni.

2. 
Probiotik, biasanya berupa suplemen atau makanan yang ditelan, berisi bakteri hidup yang bermanfaat dan diharapkan mampu berkoloni dalam microbiome usus.

3. 
Posbiotik, yaitu produk hasil pelepasan proses microbiome yang menjadi nutrisi untuk kulit.

4. 
Skincare ramah microbiome, produk-produk dengan berbagai komposisi yang mendukung skin-barrier dan kesehatan kulit secara keseluruhan, serta tidak mengganggu keseimbangan microbiome secara berlebihan.

Baca Juga: Skin Microbiome dan Jerawat

Hingga saat ini masih belum ada cara untuk menyimpan bakteri hidup di dalam skincare yang digunakan secara topikal (langsung ke kulit), sebab biasanya bahan-bahan lain di dalam produk akan membunuh probiotik dan tidak akan berkoloni di kulit. 

Selain itu, masih ada perjalanan panjang bagi para peneliti untuk memahami secara penuh dan mengaplikasikan pengetahuan tentang 
microbiome kulit ini.

Jadi jika kamu saat ini memiliki kondisi masalah kulit yang tidak kunjung membaik walaupun sudah mencoba berbagai 
skincare, bisa jadi microbiome kamu mengalami disbiosis dan perawatannya tidak tepat. 

Daripada menebak-nebak, kamu bisa langsung memahami kondisi 
microbiome kulit kamu dengan Biome Scan. Hanya dengan swab kulit saja, kamu akan menerima laporan dan analisa kulit kamu secara lengkap.

Yuk, beri perhatian 
microbiome kamu dari luar dan dalam dengan lebih baik lagi!

Referensi:

  • Bradford, Alina. “What Is the Hygiene Hypothesis?” Livescience.Com, 17 Mar. 2016, www.livescience.com/54078-hygiene-hypothesis.html.
  • Brown, Morgan M., and Alexander R. Horswill. “Staphylococcus Epidermidis—Skin Friend or Foe?” PLOS Pathogens, edited by Kimberly A. Kline, vol. 16, no. 11, 2020, p. e1009026. Crossref, https://doi.org/10.1371/journal.ppat.1009026.
  • Fitzgerald, Kara. “Everything You’ve Wanted To Know About The Skin Microbiome.” Mindbodygreen, 10 Nov. 2021, www.mindbodygreen.com/0-23996/your-skin-microbiome-why-its-essential-for-a-healthy-glow.html.
  • Maya. “Skin Bacteria: Friend or Foe? Part Two.” Southern Marin Dermatology, 23 Aug. 2021, southernmarinderm.com/skin-bacteria-friend-or-foe-part-two.
  • Maya, and Shala Fardin. “Skin Bacteria: Friend or Foe? Part One.” Southern Marin Dermatology, 22 July 2021, southernmarinderm.com/skin-bacteria-friend-or-foe-part-one.
  • Nakatsuji, Teruaki et al. “The microbiome extends to subepidermal compartments of normal skin.” Nature communications vol. 4 (2013): 1431. doi:10.1038/ncomms2441

logo-dark
logo-dark

The most established precision molecular diagnostics company in Indonesia

Find Us

Mon - Fri: 9 a.m. - 6 p.m.

i3L Campus @ Lvl. 3
Jl. Pulomas Barat No.Kav.88, RT.4/RW.9, Kayu Putih, Pulo Gadung,
Jakarta Timur 13210

Contact Us

hello@nusantics.com

+62 (21) 509 194 30

Copyright © 2024 PT Riset Nusantara Genetika, PT Nusantara Butuh Diagnostik. All Rights Reserved.Privacy Policy

logo-dark
logo-dark

© 2024 PT Riset Nusantara Genetika.

Privacy Policy