Blog
Seperti Apa Perubahan Laut di Masa Depan?
January 04, 2022 by Ria Theresia Situmorang
Share
Laut adalah bagian penting dari bumi yang bisa mengatur iklim dan skala waktu suatu daerah. Pada dasarnya, ekosistem laut sangat dipengaruhi oleh pemanasan global. Sementara, pemanasan global menyebabkan perubahan bagi kesehatan global, cuaca ekstrem, kualitas pangan, dan masih banyak lagi.
Nah, sebelum kejadian buruk tersebut benar-benar terjadi, pertanda sebenarnya sudah diberikan laut terlebih dahulu. Cara kita untuk memperlambat hal buruk tersebut adalah dengan merawat laut secara keseluruhan. Memangnya bagaimana perubahan laut di masa depan?
Hingga saat ini, laut masih berwarna biru karena sifat air yang menyerap dan menyebarkan warna. Di sisi lain, laut juga memantulkan warna langit yang memiliki cahaya biru. Lantas, bagaimana warna laut di masa depan?
Di masa depan, laut diprediksi tidak memiliki warna yang sama seperti saat ini. Bukan lagi berwarna biru, tetapi diprediksi akan tampak berwarna lebih hijau.
Laut akan terlihat berwarna hijau karena kombinasi antara interaksi sinar matahari dengan molekul di dalam air dan dengan apa pun yang ada di bawah permukaannya. Penyebab utama dari perubahan ini adalah pemanasan global yang terjadi secara signifikan karena ekosistem planet bumi.
Penelitian di jurnal Nature Communications juga menyatakan, perubahan warna laut salah satunya dipengaruhi pertumbuhan mikroorganisme yang hidup di laut. Air di laut juga diperkirakan akan mengandung lebih banyak fitoplankton, organisme mikroskopis yang dapat menggunakan klorofil untuk menangkap hampir seluruh warna biru dari spektrum warna yang dihasilkan matahari.
Fitoplankton ini dengan sendirinya bisa melakukan fotosintesis untuk menghasilkan energi kimiawi yang dibutuhkan untuk bertahan hidup. Saat laut memiliki jumlah fitoplankton lebih banyak, warna airnya akan cenderung berubah jadi hijau. Namun, di sisi lain pertumbuhan fitoplankton juga akan sangat bergantung pada cahaya matahari, karbondioksida, dan nutrisi di sekitarnya.
Baca Juga: Benarkah Cahaya Matahari Meningkatkan Bakteri Baik di Usus dan Vitamin D?
Tahukah kamu cara mengukur permukaan air laut? Ternyata, cara mengukur ketinggian lokal permukaan laut ialah dengan referensi datum tertentu terhadap posisi surut. Ternyata, permukaan muka air laut ini ternyata bisa berubah secara global disebabkan oleh pemanasan global.
Pemanasan global ini menyebabkan volume air laut berubah atau volume cekungan samudera dan panas yang memuai. Faktor ini adalah faktor alamiah. Ada pula faktor nonalamiah yakni aktivitas manusia seperti eksploitasi air tanah berlebihan.
Penelitian Kominz yang dipublikasikan di jurnal ilmiah Reference Module in Earth Systems and Environmental Sciences menyatakan, selama lebih dari 200 juta tahun yang lalu, pergerakan lempeng tektonik merupakan pendorong utama perubahan muka air laut yang terjadi dalam jangka yang lama (> 50 tahun).
Tak hanya itu, muka air laut yang berubah secara global juga terjadi karena berubahnya volume cekungan samudera, yang erat kaitannya dengan pergerakan lempeng tektonik di masa lalu. Misalnya seperti supercontinent breakup atau pemecahan superkontinen dan supercontinent formation atau pembentukan superkontinen.
Selain itu, perubahan volume air laut disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya adalah fluktuasi permukaan laut global (global eustasy) yang terjadi ketika adanya peningkatan suhu bumi yang menyebabkan lapisan es dan gletser di kutub mencair.
Baca Juga: Dampak Sampah Plastik Terhadap Microbiome di Air
Model iklim baru setelah pemanasan global menunjukkan bahwa hampir setengah lautan di dunia terkena dampak perubahan iklim. Sirkulasi lautan terganggu karena secara statistik, pemanasan global akan mempengaruhi kepadatan lautan akibat kombinasi panas dan garam yang sama-sama besar.
Sebagai rincian, panas dan garam dari permukaan laut ‘diangkut’ relatif lambat ke bagian dalam lautan. Ini berarti ada banyak bagian paling dalam di lautan mengalami keterlambatan perubahan akibat ulah manusia. Duh! Meski begitu, beberapa area yang lebih dalam bersirkulasi lebih cepat dan dengan demikian merespons emisi lebih cepat.
Penelitian dari Nature Climate Change juga menunjukkan bahwa kebanyakan perubahan dalam interior laut disebabkan oleh manusia dan akan terus berlanjut, sekaligus juga dengan emisi CO2 yang meningkat.
Data spesifik tentang laut dalam memang masih sulit didapat. Tapi menurut perkiraan yang didasarkan pada pengukuran terbaru dan melibatkan hampir selusin model iklim, perubahan iklim telah berdampak pada setengah (20-55 persen) Atlantik, Pasifik, dan Samudera Hindia. Angka ini kemungkinan akan meningkat dalam beberapa tahun ke depan.
Baca Juga: Mengenal Soil Microbiome dan Pengaruhnya pada Perubahan Iklim
Nah, salah satu cara kita untuk menghindar atau setidaknya memperlambat perubahan yang akan terjadi pada laut di masa depan, sebaiknya kita mulai memperhatikan kebiasaan untuk memilih produk dengan bahan alami dan mengurangi penggunaan produk kimiawi.
Salah satunya dengan menggunakan produk dengan bahan alami untuk perawatan kulit yang ramah microbiome, nih. Untuk menjaga microbiome kulit wajah seimbang komposisinya, kamu bisa mencoba rangkaian skincare ramah microbiome dan lingkungan seperti Biome Beauty dari Nusantics.Biome Beauty terbuat dari bahan-bahan alami, tidak menggunakan bahan yang berpotensi berbahaya bagi kulit sehingga aman untuk microbiome kulit wajahmu. Cek info selengkapnya di sini, ya.
Referensi:
Fresh Articles
The most established precision molecular diagnostics company in Indonesia
Find Us
Mon - Fri: 9 a.m. - 6 p.m.
i3L Campus @ Lvl. 3
Jl. Pulomas Barat No.Kav.88, RT.4/RW.9, Kayu Putih, Pulo Gadung,
Jakarta Timur 13210
Contact Us
hello@nusantics.com
+62 (21) 509 194 30
Copyright © 2024 PT Riset Nusantara Genetika, PT Nusantara Butuh Diagnostik. All Rights Reserved.Privacy Policy
© 2024 PT Riset Nusantara Genetika.
Privacy Policy