• Home
  • Blog

share

Dampak Sampah Plastik Terhadap Microbiome di Air

24 May 2021

Dampak Sampah Plastik Terhadap Microbiome di Air

Produksi plastik sejak tahun 1950-an telah banyak mempermudah kehidupan manusia sehari-hari. Sayangnya, dampak negatif sampah plastik semakin banyak dilaporkan saat ini, terutama terhadap lingkungan.

Plastik didesain sebagai bahan yang murah dan bertahan lama, sangat lama bahkan dapat mencapai ribuan tahun lamanya. Sampah plastik tidak dapat terurai cepat seperti sampah-sampah organik. 

Secara tidak langsung, konsekuensi sampah plastik lebih jauh akan muncul, misalnya dapat menyebabkan perubahan komposisi 
microbiome di berbagai ekosistem, kemudian memicu terganggunya kesehatan inang organisme (host) atau komunitas microbiome, ketidakseimbangan hormon, dan respon imun.

Ketika sudah tidak terpakai, akhir hidup plastik ada tiga macam, yaitu daur ulang, dibakar, atau dibuang. Tetapi hingga hari ini, pengelolaan sampah plastik belum dapat mengikuti cepatnya perputaran produksi plastik, mengakibatkan kontaminasi lingkungan secara luas.


Baca Juga: Mengenal Soil Microbiome dan Pengaruhnya pada Perubahan Iklim

Environmental Microbiome menyebutkan bahwa secara global, hanya sekitar 10% plastik yang didaur ulang dan 14% dibakar, sedangkan 76% sisanya berada di tempat pembuangan akhir atau masuk ke lingkungan.

Jika proses pengelolaan ini tidak mengalami perubahan dengan tingkat produksi yang meningkat, 
Penelitian di tahun 2020 memprediksi sampah plastik akan mencapai 710 juta ton mencemari ekosistem pada tahun 2040 kelak.
 

Plastik dan Microbiome Air

plastik dan microbiome air


Dampak negatif sampah plastik pada kehidupan di air, khususnya biota laut, lebih sering dihubungkan pada hewan yang menelan atau terjerat plastik, namun hal ini tentunya tidak relevan dengan bakteri dan microbiome yang jauh lebih kecil.

Selain menawarkan permukaan untuk 
microbiome berkoloni, plastik juga mengeluarkan berbagai zat kimia, seperti zat karbon organik larut, yang dapat dimetabolisme oleh beberapa jenis bakteri dan secara keseluruhan bermanfaat. Namun, zat organik lain yang diluluhkan sampah plastik juga dapat berdampak negatif terhadap pertumbuhan berbagai mikrobiome, seperti larva dan algae.

Sebagian besar benda plastik dibuat menggunakan bermacam-macam zat tambahan, seperti 
UV stabilisers, metal, pewarna, plasticizer, dan zat penghambat api. Zat-zat tersebut tidak terikat satu sama lain secara kimia, dapat terurai dari sampah plastik dan berakhir di lingkungan, termasuk air. Isu ini adalah salah satu yang sedang menarik perhatian para ilmuwan dan masih terus diinvestigasi.

Mungkin kamu telah mengetahui bahwa plastik membutuhkan waktu ratusan hingga ribuan tahun lamanya untuk terurai di lingkungan. Tetapi mungkin belum banyak yang mengetahui bahwa limbah pelapukan sampah akibat hujan dan faktor lingkungan lainnya, yang disebut sebagai 
leachate atau lindi, mengandung racun yang masih diteliti lebih jauh oleh para ahli.

Dalam artikel hasil penelitian bertajuk 
How will marine plastic pollution affect bacterial primary producers?diungkapkan bahwa penelitian tentang racun dalam lindi dan dampaknya terhadap microbiome lingkungan, khususnya microbiome di air laut, masih sangat minim dan memerlukan penelitian yang lebih jauh. 

Lindi dari sampah plastik telah diketahui berdampak negatif bagi spesies bakteri 
Prochlorococcus, bakteri yang jumlahnya sangat banyak di perairan. Bakteri ini berperan penting dalam ekosistem karena melakukan fotosintesis dan menghasilkan oksigen dalam jumlah yang masif untuk seluruh dunia. Yang menjadi perhatian, lindi dari plastik menyebabkan Prochlorococcus tidak dapat berkembang, berfotosintesis, dan memproduksi oksigen.

Diduga dengan semakin meningkatnya sampah plastik yang berakhir di lautan, 
Prochlorococcus akan semakin terancam dan cadangan oksigen di bumi semakin menurun.
 

Bagaimana Dampak Plastik Pada Microbiome Usus Manusia?

dampak plastik pada usus manusia


Meningkatnya polusi plastik juga memiliki dampak negatif pada microbiome usus yang kemudian memberikan efek negatif pada kesehatan inangnya. Plastik dapat mengubah komposisi microbiome dengan memengaruhi tingkat dan jangkauan penyebaran microbiome lingkungan.

Sampah plastik yang mudah tenggelam ditemukan menjadi tempat 
microbiome di air untuk berkoloni dan bertransportasi. 

Baca Juga: Bagaimana Microbiome Membentuk Dunia Kita

Ketika plastik ini terbawa arus dan berpindah tempat, koloni microbiome ikut berpindah tempat. Tetapi, kelompok microbiome ini termasuk microalgae beracun, serta patogen potensial bagi manusia dan hewan, yang telah dideteksi dari sampah plastik laut dan air tawar, bersama dengan sekelompok bakteri lain yang resisten antibiotik.

Plastik juga selanjutnya menjadi tempat patogen dan spesies hama yang datang melalui sistem pembuangan air limbah dan air kapal. Koloni 
microbiome plastik mendukung spesies-spesies invasif seperti beberapa jenis cacing dan larva, sehingga memungkinkan pergerakan invasif organisme yang lebih besar ke laut di seluruh dunia.

Selain itu, plastik di lingkungan juga dapat mendukung atau melemahkan kelompok 
microbiome tertentu, serta memiliki peran signifikan dalam penyebaran microbiome dan organisme dari satu habitat ke habitat lainnya. 

Di sisi lain, koloni 
microbiome di plastik juga ternyata dapat memengaruhi keringanan plastik, sehingga memungkinkan plastik lebih mudah terbawa angin atau air dan berpindah tempat.

Dengan mudahnya plastik berpindah tempat di perairan, sangat mudah bagi sampah plastik, lindi, beserta 
microbiome patogen yang menempel bersamanya ikut masuk ke dalam sumber air minum dan air bersih untuk sehari-hari. Bukan tidak mungkin jika microbiome patogen ini lolos dari proses purifikasi dan pada akhirnya dikonsumsi oleh manusia dan hewan, menyebabkan dampak negatif bagi kesehatan lebih jauh.

Baca Juga: Udara yang Kita Hirup Ternyata Mengandung Microbiome, Lho!

Tidak dapat dipungkiri plastik telah menjadi bagian dari hidup manusia yang sangat sulit untuk dipisahkan, namun bukan berarti kamu tidak bisa melakukan apa-apa. Percayalah bahwa usaha-usaha seperti reuse, reduce, and recycle tidaklah sia-sia.

Kamu juga bisa menggunakan berbagai produk yang ramah untuk 
microbiome tubuh dan tidak berbahaya untuk lingkungan dari Nusantics. Yuk, cari tahu lebih banyak di Nusantics Blog!

Referensi:

Writer: Agnes Octaviani

Editor: Serenata Kedang