Blog
Perlukah Melakukan PCR Setelah Isolasi Mandiri?
May 14, 2024 by Fitria Rahmadianti
Share
PCR memang masih menjadi standar emas untuk pengujian virus COVID-19. Penting untuk melakukannya jika kamu mengalami gejala atau berkontak erat dengan penderita COVID-19. Namun, kalau kamu sudah terkonfirmasi positif COVID-19 dan sudah melakukan isolasi mandiri, melakukan tes PCR ulang tidak diperlukan lagi.
Mengapa?
Pada awal kemunculan COVID-19 di Wuhan, Tiongkok, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan rekomendasi untuk memastikan apakah penderita COVID-19 sudah bebas dari virus dan boleh lepas dari isolasi.
Aturan yang keluar pada 12 Januari 2020 tersebut menyatakan, pasien harus sembuh secara klinis (bebas gejala) dan sudah mendapat dua kali hasil RT-PCR negatif dengan sampel yang diambil berurutan dengan jarak minimal 24 jam. Rekomendasi tersebut berdasarkan pengetahuan saat itu dan pengalaman dengan virus corona serupa, termasuk SARS dan MERS.
Namun, aturan tersebut diperbarui pada 27 Mei 2020 oleh WHO sendiri. Ini berdasarkan temuan bahwa beberapa pasien yang gejalanya sudah hilang masih mendapatkan hasil positif di PCR selama berminggu-minggu, bahkan hingga tiga bulan.
Padahal, pasien tersebut kemungkinan tidak lagi menularkan virus. Hal ini terjadi karena PCR dapat mendeteksi virus yang masih aktif maupun sudah mati.
Berikut kriteria baru selesai isolasi COVID-19 menurut WHO:
Baca Juga: Terobosan Baru Tes COVID-19 Akurat dan Tanpa Sakit: BioSaliva
RNA virus SARS-CoV-2 terdeteksi di pasien pada 1-3 hari sebelum gejala muncul. Jumlah virus di saluran pernapasan atas memuncak di minggu pertama infeksi, diikuti dengan penurunan secara bertahap seiring waktu. Di saluran pernapasan bawah dan feses, jumlah virus tampak memuncak di minggu kedua penyakit.
Biasanya 5-10 hari setelah infeksi, orang yang terinfeksi mulai memproduksi antibodi penetral secara bertahap. Mengikatnya antibodi penetral ke virus diharapkan dapat mengurangi risiko transmisi virus. Menurut studi di JAMA Internal Medicine, perkiraan risiko penularan paling tinggi di sekitar gejala muncul dan di lima hari pertama penyakit.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) juga mengeluarkan rekomendasi serupa dengan WHO. Data yang ada mengindikasikan bahwa kasus COVID-19 ringan hingga sedang, menular hingga tak lebih dari 10 hari setelah gejala muncul.
Untuk kasus berat dan kritis, virus menular hingga 20 hari. Pada orang dengan gangguan imunitas seperti HIV, virus juga bisa tetap hidup sampai lebih dari 10 hari.
Bukti yang dikumpulkan WHO menunjukkan bahwa kelangkaan virus yang bisa dikultur di sampel yang berasal dari saluran pernapasan setelah sembilan hari pasca muncul gejala -- terutama pada pasien dengan penyakit ringan -- biasanya dilengkapi dengan meningkatnya kadar antibodi penetral dan redanya gejala.
Bagaimana jika kamu masih mengalami batuk ringan atau perubahan penciuman setelah isolasi mandiri selama 10 hari? Menurut situs HSE, tidak apa-apa jika kamu berhenti isolasi. Sebab, gejala ringan tersebut bisa berlangsung berminggu-minggu setelah infeksi hilang.
Baca Juga: Pukul Berapa Waktu Berjemur yang Paling Baik?
Setelah berkonsultasi dengan jaringan pakar global dan negara-negara anggota, WHO menerima masukan. Dengan persediaan laboratorium, perlengkapan, dan tenaga medis yang terbatas di daerah dengan penularan tinggi, terutama di luar rumah sakit, menerapkan rekomendasi awal (dua hasil PCR negatif minimal jarak 24 jam) sangatlah sulit.
Beberapa tantangan yang dihadapi adalah:
Fresh Articles
The most established precision molecular diagnostics company in Indonesia
Find Us
Mon - Fri: 9 a.m. - 6 p.m.
i3L Campus @ Lvl. 3
Jl. Pulomas Barat No.Kav.88, RT.4/RW.9, Kayu Putih, Pulo Gadung,
Jakarta Timur 13210
Contact Us
hello@nusantics.com
+62 (21) 509 194 30
Copyright © 2024 PT Riset Nusantara Genetika, PT Nusantara Butuh Diagnostik. All Rights Reserved.Privacy Policy
© 2024 PT Riset Nusantara Genetika.
Privacy Policy