• Home
  • Blog

share

Terobosan Baru Tes COVID-19 Akurat dan Tanpa Sakit: BioSaliva

6 Jul 2021

Terobosan Baru Tes COVID-19 Akurat dan Tanpa Sakit: BioSaliva

Duh, colok lagi, colok lagi! Setiap kamu harus tes PCR, apakah ini yang terlintas di benakmu? Lelah dengan hidung dan tenggorokan yang dicolok-colok? Tenang, enggak hanya kamu saja, kok! Mungkin semua yang harus menjalani swab test punya pemikiran yang sama.

Di zaman pandemi seperti sekarang, tes COVID-19 jadi salah satu tes kesehatan yang paling dicari. Masalahnya, yang akurasinya tinggi menyakitkan, sedangkan yang nyaman dan murah diragukan akurasinya. Lantas, adakah tes COVID-19 yang tidak menyakitkan tapi tetap bisa diandalkan?


Well, we hear you! Nusantics mendengar keluh kesah kalian dan dengan bangga mempersembahkan produk terbaru test kit COVID-19, nih.

Hasil riset Nusantics menunjukkan bahwa 79,5% responden memahami bahwa tes PCR merupakan 
gold standard untuk mendeteksi virus SARS-CoV-2. Meski demikian, 44% orang mengaku enggan melakukan tes usap (swab) karena merasa tidak nyaman dan sakit, sedangkan 5% peserta studi merasa bahwa tes PCR mahal.

Sebelum mencari tahu apakah ada tes COVID-19 yang nyaman dan memiliki akurasi tinggi, kita kenali lebih dulu perbedaan alat uji COVID-19 yang ada di pasaran Indonesia saat ini:

 

Perbandingan Akurasi Alat Uji COVID-19


 

1. RT-PCR (akurasi di atas 90%)


Ada dua macam RT-PCR, yakni yang meneliti gen cangkang dan yang meneliti gen inti virus.

Jika virus diibaratkan buah rambutan, beda varian, beda pula kulitnya. Ada juga buah yang mirip rambutan walaupun bukan rambutan, misalnya leci.

Mutasi menyebabkan virus punya berbagai varian dengan kulit pembungkus yang sedikit berbeda satu sama lain. Sementara itu, bagian inti virus akan jarang sekali terjadi mutasi karena perlu mencetak jenis virus yang sama. 

Dengan analogi rambutan tadi, meski tampilan luar rambutan bisa bermacam-macam, tapi isinya tetap rambutan dengan rasa khas rambutan.

Nah, perbedaan cangkang pada varian virus yang bermutasi inilah yang membuat RT-PCR yang hanya meneliti gen cangkang, 
tidak mendeteksi varian baru India dan Prancis. Varian baru lainnya juga tidak terjamin bisa terdeteksi. Berbeda dengan RT-PCR yang meneliti gen inti virus karena lebih tahan mutasi dan anti salah deteksi varian. 
 

2. Rapid test antigen (akurasi 40-70%)


Antigen juga dilakukan dengan tes usap tapi memberikan hasil yang lebih cepat dibanding RT-PCR dan dengan harga yang lebih terjangkau. Namun, antigen bukan standar emas uji COVID-19. Selain itu, tes ini tidak bisa mendeteksi orang tanpa gejala (OTG), tidak mendeteksi mutasi, dan hanya akurat pada waktu tertentu.
 

3. GeNose (akurasi kurang dari 40%)


GeNose adalah tes COVID-19 yang paling nyaman karena hidung tidak perlu dicolok-colok seperti pada antigen dan RT-PCR. Cukup hembuskan napas ke kantong udara yang disediakan, hasil bisa keluar dengan cepat dan sangat terjangkau.

Sayang, akurasinya diragukan karena bau mulut pun bisa terdeteksi positif. Selain itu, GeNose tidak bisa mengetahui seseorang sedang sakit atau tidak, apa lagi mendeteksi mutasi virus COVID-19.

Berita paling baru, bahkan Bali sudah 
meniadakan tes GeNose bagi wisatawan yang travel dengan pesawat ke sana.
 

BioSaliva


Setelah menggagas mBioCoV-19 (PCR swab lokal pertama di Indonesia), Nusantics bekerja sama dengan Biofarma kini meluncurkan BioSaliva, tes RT-PCR COVID-19 dengan metode kumur. Jadi, BioSaliva memiliki kelebihan, seperti:

  • Pengambilan sampel mudah dan nyaman tapi tetap mengikuti gold standard PCR
  • Pengambilan sampel dapat dilakukan sendiri
  • Dapat dilakukan di tempat yang bukan fasilitas kesehatan
  • Harga lebih ekonomis
  • Dapat bertahan di suhu ruang hingga 30 hari
  • Lebih cepat dan masif serta mudah didistribusikan

Berbeda dengan alat uji COVID-19 lain yang juga menggunakan tes air liur (saliva test kit), BioSaliva menggunakan metode pengambilan sampel dengan berkumur, bukan meludah. Selain itu, keunggulan BioSaliva dibanding saliva test kit lainnya (disebut anonim sebagai kit A dan B) adalah:
  • 100% tahan mutasi dan antimisdeteksi virus karena mendeteksi gen inti virus. Jika digunakan bersama mBioCoV-19, mampu mendeteksi mutasi virus varian Alpha, Beta, Gamma, Delta, Kappa, Eta, dan Epsilon. Sementara itu, kit A dan kit B tidak tahan mutasi.
  • Memiliki izin edar (AKD 10302120673), sedangkan alat tes liur lain tidak.
  • Lama running PCR 1 jam, sedangkan saliva test kit lain 1,5 dan 2 jam.
  • Dapat mendeteksi CT value di bawah 40 dengan nilai CT di bawah 35 dinyatakan positif, 35-40 positif lemah, dan di atas 40 negatif. Menurut beberapa jurnal, virus dari sampel yang memiliki CT value lebih dari 34 tidak menimbulkan infeksi. Positif di CT 35 jauh berbeda dengan positif di CT 25, lho, dari sisi jumlah virus dan potensi infeksinya. Sementara itu, kit A hanya dapat mendeteksi CT value 20-36 dengan nilai negatif di atas 30, sedangkankit B dapat mendeteksi CT di bawah 25 tapi nilai negatifnya belum tervalidasi.
  • Tidak memerlukan perlakuan khusus dan siap diadaptasi ke SOP lab yang sudah ada, sedangkan alat uji lain perlu.
  • Sistemnya terbuka seperti kit B, sedangkan kit A tertutup.
  • Paling sensitif dengan 5 copies/reaction dan 45 cycle dibanding kit A 10 copies/uL dan 40 cycle, sedangkan kit B belum tervalidasi.
  • Riset uji klinis selama lebih dari tujuh bulan. Ada 400 lebih sampel uji dari pasien rawat inap dan rawat jalan di Indonesia. Jadi, pengujian tidak sekadar menggunakan data dari luar negeri. Berbeda dengan kit A yang hanya melakukan riset selama 1 bulan terhadap 50 pasien dan kit B yang diuji ke 100 lebih pasien.


Potensi BioSaliva untuk Bisnis




BioSaliva yang dikombinasikan dengan mBioCoV-19 memiliki sensitivitas 100% untuk CT di bawah 20. Artinya, alat uji ini cocok untuk penduduk usia muda aktif yang memiliki potensi OTG (orang tanpa gejala).

Menggunakan BioSaliva dan mBioCoV-19 di laboratorium juga bisa menjadi nilai lebih bagi masyarakat yang semakin kritis. Karena distributor Biofarma melakukan edukasi tentang nilai CT, permintaan terhadap alat uji dengan sensitivitas tinggi seperti BioSaliva meningkat.

Selain itu, apa lagi keuntungan yang bisa kamu dapatkan jika memakai BioSaliva untuk bisnismu?
  • Akurat
  • Nyaman: anti drama dan tanpa sakit
  • Efisien: jumlah testing lebih banyak dan cepat tanpa harus menambah tenaga kesehatan dan alat
  • Aman: melindungi dari risiko tertular
  • Praktis: anti repot dan tanpa kerumunan

PCR test menggunakan air liur cocok dengan model bisnis “jemput bola” seperti tes COVID-19 di sekolah dan pabrik.

Bagi pengguna, BioSaliva cocok untuk kamu yang ingin melakukan cek PCR rutin karena mobilitas tinggi, cek reguler demi keamanan, atau baru melakukan kontak erat dengan penyintas COVID-19 dalam dua minggu terakhir. Jadi, tidak perlu takut dicolok-colok dan merasa sakit serta tidak perlu mengorbankan akurasi demi kenyamanan! BioSaliva juga bisa diantarkan ke rumah dalam bentuk PUMU (PCR Kumur) Take Home Kit yang dapat dipesan di sini.

Kamu juga bisa ikuti lebih lanjut tentang BioSaliva lewat Instagram Nusantics, nih. Atau, bisa cek tutorial penggunaan BioSaliva di postingan Youtube Nusantics ini. 

Sebagai perusahaan genomics technology yang peduli dengan masa depan berkelanjutan, Nusantics terus mengembangkan pengetahuan dan berkontribusi di bidang riset dan teknologi microbiome. Selain mBioCov-19 dan BioSaliva, Nusantics pun banyak melakukan penelitian-penelitian untuk masyarakat di bidang microbiome, seperti Covid Air-Testing, yang sudah dilakukan bersama Cinema XXI bulan Maret silam. Kunjungi situs webnya di sini untuk informasi lebih lanjut. 

Referensi:

Writer: Fitria Rahmadianti

Editor: Serenata Kedang