Blog
Pengaruh Merokok dan Vaping Terhadap Microbiome Mulut
May 14, 2024 by Ria Theresia Situmorang
Share

Penggunaan vaping sama berbahayanya dengan merokok. Walaupun sebagian orang sering menganggap bahwa vaping lebih sehat daripada merokok, namun dampak yang dihasilkan saja sama.
Menurut Hopkins Medicine, bahaya merokok dan vaping sama-sama dapat mengakibatkan kerusakan pada jantung dan paru-paru.
Selain dampak buruk tersebut, kandungan yang terdapat rokok dan vape juga merusak gusi, serta mengganggu microbiome yang tinggal pada mulut atau oral microbiome.
Padahal, microbiome merupakan mikroba baik yang sangat berguna pada kesehatan tubuh manusia. Jika mulai terusik, dapat menyebabkan potensi gangguan kesehatan bagi tubuh.
Baca Juga: Apa Itu Oral Microbiome dan Seberapa Pentingnya bagi Kesehatan?
Pengaruh Rokok dan Vaping pada Microbiome Mulut

Rokok memiliki kandungan zat beracun yang bersifat karsinogenik, seperti formaldehida, asetaldehida, propylene glycol, glycerine, nikel, timbal, dan lainnya.
Sedangkan menurut buku Public Health Consequences of E-Cigarettes, vape atau rokok elektrik umumnya memiliki kandungan propylene glycol, glycerine, logam, senyawa organik yang mudah menguap (VOC), senyawa fenolik, hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH), alkaloid tembakau, perasa buatan, dan obat-obatan.
Berdasarkan jurnal National Institute on Drug Abuse, pengguna rokok dan vaping di kalangan anak muda berusia 12 tahun atau lebih di Amerika Serikat adalah sebanyak 57,3 juta orang.
Untuk pengguna rokok saja terdapat sebanyak 41,4 juta orang. Masifnya pengguna rokok saat muda, sangat memengaruhi kesehatan jantung, paru-paru, dan kondisi mulut.
Jumlah perokok di Indonesia bertambah 8 juta orang selama 10 tahun terakhir. Hal itu berdasarkan hasil Global Adult Tobacco Survey atau GATS 2021 yang dirilis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Bertambahnya jumlah perokok ini didapat setelah GATS 2021, melakukan perbandingan survei yang sama pada 2011 silam, hasil kerjasama Kementerian Kesehatan RI, Organisasi Kesehatan Dunia WHO dan Center for Disease Control and Prevention (CDC).
Survei dilakukan dengan mewawancarai sebanyak 8.305 orang di 2011, dibandingkan dengan wawancara terhadap 9.156 orang di 2021.
Hasilnya pada 2021, total 70,3 juta orang dewasa Indonesia merupakan perokok atau pengguna tembakau, dengan rincian 65,5 persen perokok adalah lelaki dan 3,3 persen perokok perempuan dewasa.
Pengguna rokok saat usia muda sangat rentan terkena mengalami kerusakan pada mulut. Sebab dalam mulut terdapat microbiome.
Mikroba ini selalu memberikan respon terhadap apa yang masuk ke dalam mulut, termasuk juga asap rokok dan vape.
Tugas microbiome dalam mulut adalah untuk membantu mencerna makanan, mengatur sistem imun, dan memberikan perlindungan dari bakteri patogen.
Baca Juga: Pengaruh Microbiome di Mulut dengan Kesehatan Usus
Berdasarkan jurnal BMC mengenai microbiome, bahwa masuknya racun yang terdapat pada asap rokok dapat mengganggu ekologi microbiome mulut.
Paparan asap tersebut dapat memberikan efek antibiotik dan kekurangan oksigen. Hal ini kemudian memunculkan trauma atau ketidakseimbangan dalam ekologi dalam mulut.
Dampak Ketidakseimbangan Oral Microbiome

Gangguan ini akhirnya menyebabkan tingkat bakteri baik pada mulut berkurang, dan mulut dikuasai oleh bakteri jahat atau mikroorganisme patogen.
Dikutip dari Healthline, perubahan komposisi microbiome mulut akan menyebabkan peningkatan risiko peradangan, penyakit gusi, kerusakan gigi, dan infeksi.
Hasil penelitian dari New York University College of Dentistry telah menunjukkan bahwa dari 100 perokok, vaping dan bukan perokok, tingkat terkena penyakit dan infeksi gusi pada perokok dan vaping yang jauh lebih tinggi 50% daripada yang tidak merokok.
Merokok dapat menyebabkan beberapa bakteri jahat mudah untuk mengikatkan diri ke jaringan epitel. Efek dari mengikatkan diri ke jaringan epitel adalah mudahnya kolonisasi bakteri pada membran mukosa orofaring dan menghentikan penghancuran bakteri.
Percepatan kolonisasi terjadi karena lingkungan mulut yang mendukung. Microbiome bisa hidup pada lingkungan yang lembap.
Sehingga jika terpapar asap rokok atau vape, mulut menjadi kering dan mengurangi pencucian dan buffer saliva terhadap bakteri dan kotoran yang dihasilkan.
Alhasil, koloni mikroorganisme patogen di mulut menjadi meningkat.
Dalam Clinical and Experimental Dental Research dijelaskan bahwa penyakit yang paling sering menyerang perokok dan vaping adalah penyakit periodontitis.
Penyakit ini terjadi karena terjadinya infeksi pada gusi yang merusak gigi, jaringan lunak, dan tulang penyangga gigi, sehingga menyebabkan gigi tanggal. Bahkan dalam kondisi ekstrimnya dapat memunculkan abses dan nanah pada gigi.
Baca Juga: Makanan yang Harus Kamu Konsumsi & Hindari untuk Kesehatan Microbiome Mulut
Jumlah microbiome yang tidak seimbang pada mulut, dapat berpengaruh pada kesehatan tubuh. Contohnya, microbiome berperan dalam mempercepat perubahan asam nitrat menjadi nitrit. Nitrit berperan dalam menurunkan tekanan darah dan merangsang produksi lending pada lambung.
Sehingga bila proses katalis tidak terjadi, maka efek domino akan terjadi pada seluruh tubuh.
Mulut merupakan pintu utama masuknya makanan. Sehingga jika mulut terdapat bakteri jahat dan bisa menyebar ke seluruh tubuh dengan menempel pada makanan.
Beberapa bakteri yang berpengaruh pada kondisi mulut perokok adalah staphylococcus aureus, klebsiella pneumoniae dan proteus sp.
Staphylococcus aureus biasanya terdapat pada di hidung manusia. Jika terbawa ke area mulut melalui asap rokok, maka dapat menimbulkan nyeri, bengkak hingga nanah.
Klebsiella pneumoniae dapat menyebabkan infeksi pada pernapasan. Bakteri ini biasanya ada pada mulut manusia dan jumlahnya tidak kurang dari 5% dari microbiome.
Jika jumlahnya sudah melebihi microbiome, maka orang dapat terserang infeksi pernapasan dan penyakit paru-paru lainnya. Bakteri proteus sp dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan manusia.
Jika kondisi mulut dibiarkan dipenuhi bakteri patogen, maka kemungkinan untuk terkena penyakit kanker akan semakin tinggi.
Selain itu, terganggunya microbiome juga dapat menyerang kondisi kesehatan ibu hamil dan menyebabkan komplikasi pada kandungan sehingga terjadi kelahiran prematur, berat badan bayi lahir rendah, keguguran, dan cacat tubuh.
Jika kondisi mulut sudah kembali seperti semua (lembap) dan tidak mendapatkan paparan asap dan nikotin, maka akan terjadi perubahan komposisi mikroba.
Orang yang berhenti merokok akan mengembalikan kolonisasi microbiome dan mencegah berkembangnya bakteri patogen.
Kondisi mulut yang ideal bagi microbiome akan mempercepat proses pengembalian kolonisasinya.
Bagi sebagian orang, merokok dan vaping memang dipercaya bisa mengurangi tingkat stres. Namun, apakah akibat jangka panjangnya sebanding dengan efek sementaranya?
Jika kamu bisa mengurangi tingkat stres dengan cara lain, kenapa tidak mencoba cara lain?
Misalnya dengan berolahraga, menonton film, mendengarkan musik, atau camping?
Tidak hanya mengganggu keseimbangan microbiome, rokok dan vape pun bisa menimbulkan masalah kesehatan lainnya, bukan sekarang tapi di usia senja kamu nanti.
Yuk, semangat coba hidup sehat mulai sekarang!
Masih tertarik baca artikel menarik lainnya? Yuk, mampir ke Nusantics Blog!
Referensi:
- https://www.healthline.com/health-news/vaping-may-change-mouths-microbiome-leading-to-infection-and-inflammation
- https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-prevention/5-truths-you-need-to-know-about-vaping
- https://www.nature.com/articles/sj.bdj.2016.865
- National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine; Health and Medicine Division; Board on Population Health and Public Health Practice; Committee on the Review of the Health Effects of Electronic Nicotine Delivery Systems; Eaton DL, Kwan LY, Stratton K, editors. Public Health Consequences of E-Cigarettes. Washington (DC): National Academies Press (US); 2018 Jan 23. 5, Toxicology of E-Cigarette Constituents. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507184/
- Suzuki N, Nakano Y, Yoneda M, Hirofuji T, Hanioka T. The effects of cigarette smoking on the salivary and tongue microbiome. Clin Exp Dent Res. 2022;8(1):449-456. doi:10.1002/cre2.489
- Yu G, Phillips S, Gail MH, et al. The effect of cigarette smoking on the oral and nasal microbiota. Microbiome. 2017;5(1):3. Published 2017 Jan 17. doi:10.1186/s40168-016-0226-6
- NIDA. 2021, August 3. Introduction. Retrieved from https://nida.nih.gov/publications/research-reports/tobacco-nicotine-e-cigarettes/introduction on 2022, June 1
- https://www.nyu.edu/about/news-publications/news/2020/february/vaping-changes-oral-microbiome.html
Fresh Articles
Menu
Find Us
Mon - Fri: 9 a.m. - 6 p.m.
i3L Campus @ Lvl. 3
Jl. Pulomas Barat No.Kav.88, RT.4/RW.9, Kayu Putih, Pulo Gadung,
Jakarta Timur 13210
Contact Us
hello@nusantics.com
+62 (21) 509 194 30
Copyright © 2025 PT Riset Nusantara Genetika, PT Nusantara Butuh Diagnostik. All Rights Reserved.Privacy Policy
© 2025 PT Riset Nusantara Genetika.
Privacy Policy