Blog
Partikel Debu PM 2.5 dan Pengaruhnya bagi Tubuh
May 14, 2024 by Lintang Zahrima Kalsum
Share
Apakah kamu salah satu orang dengan hidung sensitif? Artinya, ketika ada sedikit saja debu yang terbang di sekitar, sudah dipastikan tubuh kamu akan terganggu dan bereaksi, biasanya dengan bersin-bersin tak henti.
Sebenarnya, apa sih debu itu? Seberapa besar ukuran debu? Lalu, apa pengaruh debu bagi tubuh?
Debu adalah partikel padat yang berasal dari atmosfer bumi, bisa jadi dari loess (endapan sendimen) yang disebarkan melalui angin, letusan gunung berapi, pencemaran, dan lain sebagainya.
Debu berukuran sangat kecil dengan diameter kurang dari 500 mikrometer. Namun, rupanya debu ada juga yang berukuran PM 2.5 dan ini bisa dibilang jauh lebih berbahaya, lho. Kok bisa?
PM (particulate matter) 2.5 sama dengan 2.5 mikron atau bahkan jauh lebih kecil lagi dari itu karena PM diartikan sebagai kurang dari. Ambil contoh penampang rambut manusia saja masih memiliki ukuran 50 mikron. Bayangkan betapa kecilnya 2.5 mikron itu.
Penelitian terus berlanjut dan menghasilkan hipotesis partikel kasar dan halus yang menunjukkan partikel kasar (PM 2.5-10) memiliki kapasitas toksikologi setara dengan partikel halus yaitu (PM 0.1-2.5). Jadi, baik partikel kasar maupun halus sama bahayanya. Bahkan, semakin kecil semakin mungkin masuk ke organ vital tubuh.
Baca Juga: Rumah Kamu juga Punya Microbiome, Seperti Apa Bentuknya?
Fakta mencengangkan dari debu PM 2.5 adalah karena saking kecil ukurannya, bukan hanya akan menyebabkan iritasi mata dan hidung, tetapi bukan tidak mungkin debu itu bisa menembus paru-paru melalui rongga pernapasan manusia.
Tak hanya manusia juga lho, partikel debu halus memberikan efek oksidatif dan kekebalan juga berpengaruh terhadap model in vitro pada hewan.
Penelitian Wolters Kluwer menyebutkan partikel debu PM 10 sangat dikaitkan dengan morbiditas dan mortalitas pernapasan dan kardiovaskular sehingga tidak ada perhatian terhadap penelitian untuk preventif terhadap debu dengan partikel lebih kecil dan dirasa aman-aman saja untuk partikel kasar antara PM 2.5 - 10.
Di sisi lain, partikel debu PM 2.5 sudah menyerang Barcelona dan menyebabkan kematian. Debu PM 2.5 yang masuk ke Barcelona ini tertiup angin dari Gurun Sahara.
Partikel kasar dan halus telah diuji dan mampu menginduksi efek toksik yaitu tingkat merusaknya suatu zat jika dipaparkan terhadap organisme berdasarkan penelitian Toxicology and Applied Pharmacology. Akan lebih parah lagi efeknya jika yang menghirup debu ini adalah lanjut usia dengan penyakit kronis.
European Respiratory Journal menyebut partikel debu kasar dapat menyebabkan penyakit paru obstruktif kronik, asma dan gangguan pernapasan lain yang efeknya masih jangka pendek. Berbeda dengan partikel debu halus yang mungkin akan memberikan jangka panjang dengan efek lebih kronis yang dapat menyebabkan respons buruk bagi paru-paru dan memicu rawat inap.
Dilaporkan oleh Sandström dan Forsberg bahwa partikel debu kasar lebih mungkin untuk disimpan di saluran bronkial sehingga dapat memengaruhi kondisi pernapasan. Penyakit yang mungkin timbul akibat partikel debu kasar adalah asma, penyakit paru obstruktif kronik, dan pneumonia juga infeksi saluran napas lainnya. Sedangkan partikel debu halus tampaknya lebih mungkin mencapai saluran alveoli dan menyebabkan kejadian kardiovaskular.
Baca Juga: Yakin Udara Sekitarmu Sudah Bebas Virus? Cek dengan Nusantics Covid Air Scan!
Daerah perkotaan harus mendapat rencana penanganan serius terhadap masalah polusi udara yang merupakan salah satu penyebab gangguan pernafasan pada manusia. Akhir-akhir ini isu polusi udara semakin mengkhawatirkan dan belum ada penanganan serius dari pemerintah Indonesia.
Polusi udara itu menghasilkan debu dengan berbagai partikel dari mulai yang kasar sampai yang terhalus yang sangat mudah masuk ke pernapasan manusia hingga organ vital manusia.
Sesuai dengan penelitian di Taylor and Francis bahwa daerah perkotaan dengan lalu lintas cenderung padat telah dikaitkan dengan berbagai efek kesehatan yang negatif. Penelitian ini juga mendapat hasil uji kepada tikus dari hasil pengujiannya bahwa lalu lintas yang semakin padat maka akan menghasilkan partikel debu yang semakin berbahaya dan beracun.
Baca Juga: Dampak Udara Indoor yang Sehat dan Bersih terhadap Kesehatan Tubuh
Efek racun dari debu didapat dari keausan rem kendaraan (tembaga dan barium), keausan ban kendaraan (seng), dan asap kayu (kalium). Tak hanya debu di area perkotaan, penelitian berjudul Desert Dust menyatakan pernyataan dari hasil penelitiannya di Gurun Sahara debu di Gurun Sahara (bukan wilayah perkotaan padat) juga menunjukan kandungan logam yang terkait dengan induksi stres oksidatif seperti besi, tembaga, dan seng.
Apapun jenis debunya, kasar maupun halus. Bahkan berasal dari polusi udara atau bukan saja dasarnya sudah berbahaya bagi pernapasan manusia apalagi debu yang berasal dari pembakaran kimia kendaraan dan polutan pabrik.
Hati-hati untuk kamu yang tinggal di kota dengan lalu lintas padat atau tinggal di wilayah industri. Gunakan masker kemanapun kamu pergi dan senantiasa cuci tangan sebelum makan dan menyentuh wajah, ya.
Masih tertarik baca artikel menarik lainnya? Yuk, mampir ke Nusantics Blog!
Referensi:
Fresh Articles
The most established precision molecular diagnostics company in Indonesia
Find Us
Mon - Fri: 9 a.m. - 6 p.m.
i3L Campus @ Lvl. 3
Jl. Pulomas Barat No.Kav.88, RT.4/RW.9, Kayu Putih, Pulo Gadung,
Jakarta Timur 13210
Contact Us
hello@nusantics.com
+62 (21) 509 194 30
Copyright © 2024 PT Riset Nusantara Genetika, PT Nusantara Butuh Diagnostik. All Rights Reserved.Privacy Policy
© 2024 PT Riset Nusantara Genetika.
Privacy Policy