• Home
  • Blog

share

Bisakah Microbiome di Tubuh Berubah Seiring Waktu?

25 May 2021

Bisakah Microbiome di Tubuh Berubah Seiring Waktu?

Usus yang sehat ditempati oleh banyak sekali spesies mikroorganisme yang secara kolektif disebut microbiome. Organisme tersebut menyediakan beragam zat gizi yang penting untuk tubuhmu.

Nah, karena kamu tergantung pada bakteri usus, perubahan di 
microbiome bisa berefek positif atau negatif terhadap kesehatan dan kualitas hidupmu. Lingkungan bakteri usus tergantung pada banyak faktor, di antaranya gen, kebiasaan makan, dan pilihan gaya hidup.

Seiring pertambahan usia, mikroorganisme sehat di tubuhmu secara bertahap bertukar tempat dengan bakteri penyebab penyakit. Penuaan memiliki efek fisiologis terhadap tubuh maupun 
microbiome-mu. Begitupun sebaliknya, interaksi antara tubuh dan microbiome-mu juga bisa berdampak pada penuaan sebagai satu kesatuan.
 

Faktor yang Memengaruhi Microbiome saat Anak-Anak dan Dewasa

faktor yang memengaruhi microbiome


Microbiome dan imunitas orang dewasa dibangun di bawah pengaruh banyak faktor di awal kehidupan. Makanan, higienitas, saudara kandung, hewan peliharaan, alergi, penyakit, dan antibiotik adalah beberapa faktor menonjol yang memengaruhi microbiome di masa anak-anak.

Baca Juga: Masa Depan Bayi Dipengaruhi Microbiome pada Ibu Hamil? Ini Penjelasannya!

Namun, bakteri usus tak pernah statis. Beberapa faktor gaya hidup terus memengaruhi microbiome usus setelah pubertas. Selama masa dewasa, ekosistem microbiome usus beradaptasi dan merespons hal-hal yang terjadi pada tubuhmu.

Komposisi 
microbiome ususmu dipengaruhi oleh pola makan, obat-obatan, dan aktivitas fisik. Perubahan terhadap faktor-faktor tersebut bisa mengakibatkan disbiosis atau perubahan microbiome usus yang bisa menyebabkan penyakit atau setidaknya berkontribusi terhadap itu.
 

Keragaman Microbiome di Masa Tua

keragaman microbiome di hari tua


Menua adalah proses yang sudah ditetapkan secara genetis dan diatur secara lingkungan. Hal ini melibatkan perubahan dalam dinamika proses biologis, lingkungan, perilaku, dan sosial. Nah, penurunan keragaman microbiome yang terjadi dengan bertambahnya umur bisa jadi konsekuensi beberapa perubahan gaya hidup.

Saat seseorang mencapai usia 60 tahun, 
microbiome ususnya tidak lagi sama. Bakteri di dalamnya menjadi kurang beragam. Mikroorganisme bermanfaat seperti Lactobacillus dan Bifidobacterium mengalami kemunduran.

Justru ada peningkatan populasi 
enterobacteria. Bakteri ini disebut oportunis karena bisa menyebabkan infeksi ketika ada peluang. Misalnya, ketika keseimbangan bakteri di usus terganggu oleh antibiotik.
 

Diet, Olahraga, Penyakit, dan Obat-obatan Memengaruhi Kesehatan

yang memengaruhi microbiome usus


Disbiosis usus berkaitan dengan meningkatnya risiko beberapa penyakit kronis. Sulit diketahui apakah microbiome yang tidak seimbang adalah penyebab atau konsekuensi dari penyakit. Namun, perubahan di microbiome usus berhubungan dengan penyakit terkait usia.

Penyakit Alzheimer adalah penyebab paling umum gangguan kognitif pada lansia. Beberapa studi menunjukkan bahwa suplemen probiotik bisa membantu memperbaiki fungsi kognitif, pembelajaran, dan memori pada pasien penyakit tersebut. Hal ini mengisyaratkan peran 
microbiome di dalamnya.

Pola dan sifat disbiosis ditemukan pada pasien dengan banyak kondisi serupa, seperti penyakit jantung dan Parkinson’s. Meski belum ada penyebab pasti yang teridentifikasi, peneliti percaya bahwa faktor gaya hidup memainkan peranan penting.

Contohnya, lansia cenderung mengonsumsi jenis makanan yang kurang beragam yang sering disebut sebagai makanan putih yang kurang serat. Penuaan juga berkaitan dengan berkurangnya mobilitas. Kedua faktor ini bisa memengaruhi keragaman bakteri usus serta kemampuannya dalam mendukung dan mempromosikan kesehatan seluruh tubuh. Agar lebih jelas, mari kita bahas satu per satu.

 

1. Diet Membentuk Bakteri Usus


Bakteri usus mendapat energi dari makanan, terutama serat makanan tertentu yang disebut prebiotik, yang dikenal mendorong keragaman dan mikroorganisme menguntungkan.

Seiring pertambahan usia, sendimu menua, tulang kehilangan kepadatan, otot melemah, dan pergerakan menjadi semakin sulit. Gigi juga banyak yang tanggal dan mungkin perlu digantikan dengan gigi palsu. Belum lagi berkurangnya nafsu makan dan menurunnya persepsi rasa serta berkurangnya efisiensi sistem pencernaan yang mengurangi penyerapan zat gizi esensial.


Baca Juga: Pentingkah Sayur Saat Sedang Diet?

Semua faktor ini bisa memengaruhi apa yang kamu makan. Roti dan nasi putih, kentang, serta makanan putih lain jadi terasa lebih enak dan mudah dikunyah. Menurut penelitian berjudul The Gut Microbiome, Aging, and Longevity: A Systematic Review, perubahan-perubahan ini bisa mengurangi keragaman bakteri baik di microbiome dan pada gilirannya memengaruhi kesehatanmu.
 

2. Berkurangnya Mobilitas dan Rawat Inap Menurunkan Keragaman Microbiome


Salah satu konsekuensi yang tidak menyenangkan dari penuaan adalah berkurangnya kemampuan fisik, sedangkan aktivitas fisik tampak meningkatkan keragaman di microbiome usus.

Ketika peneliti menganalisis 
microbiome peserta studi, hasil menunjukkan bahwa penghuni fasilitas perawatan (care resident) dalam jangka panjang memiliki keragaman microbiome lebih rendah dibanding mereka yang tinggal di hunian yang berbaur dengan komunitas (community residence). Kurangnya keragaman microbiome tersebut berhubungan dengan meningkatnya kerapuhan (frailty), inflamasi kronis, dan berkurangnya keragaman diet.

Orang yang rutin melakukan olahraga 
cardio dan latihan kekuatan memiliki lebih banyak bakteri baik yang bisa memproduksi vitamin dan asam lemak rantai pendek berguna seperti butirat.
 

3. Melemahnya Imunitas Seiring Penuaan


Penuaan membuat sistem imun melemah secara bertahap karena jumlah dan efisiensi sel imun menurun. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan antara aktivitas proinflamasi dan antiinflamasi sehingga mengakibatkan inflamasi sistemik tingkat rendah.

Karena itulah lansia lebih berisiko terkena komplikasi serius dari infeksi biasa seperti flu. Mereka juga mengalami peningkatan kecenderungan penyakit kronis dan kelumpuhan, di antaranya penyakit kardiovaskular, penurunan kognitif, penyakit metabolik, kerapuhan, dan kematian.

Kerentanan terhadap infeksi juga ditambah dengan meningkatnya frekuensi kondisi autoimun. Sistem imun yang melemah tidak berfungsi dengan baik sehingga menyebabkan sel imun menyerang jaringan sehat.

Keragaman bakteri usus yang rendah bisa memengaruhi lapisan usus. Lapisan usus tertutupi lapisan mukus dan sel-selnya mengeluarkan senyawa antimikroba untuk menghalangi bakteri penyebab penyakit masuk ke tubuh lewat jalan ini. Nah, bakteri baik berperan penting dalam mempertahankan integritasnya, mengatur sistem imun, dan menghalangi patogen atau metabolitnya agar tidak masuk ke tubuh.

 

4. Penyakit dan Obat-obatan Memengaruhi Microbiome


Karena sistem imun melemah saat kamu menua, kamu jadi sering keluar-masuk rumah sakit dan mengalami berbagai masalah dan penyakit kronis. Hal ini membuat lansia berisiko tinggi terkena infeksi. Untuk mengatasinya, kamu diberikan obat. Sayangnya, obat-obatan tersebut bisa berinteraksi dengan microbiome usus.

Pereda nyeri, antidepresan, dan obat untuk mengatur lemak darah dan diabetes bisa mengubah kelimpahan relatif dari bakteri usus yang berbeda-beda. Lansia cenderung diresepkan obat-obat seperti itu karena kondisi-kondisi tersebut seringkali muncul karena usia.

Penggunaan antibiotik juga dapat memperburuk berkurangnya keragaman 
microbiome akibat usia karena antibiotik tidak hanya membunuh bakteri tidak baik. Akibatnya, ekosistem jadi tidak seimbang.
 

Pentingnya Gaya Hidup Sehat dan Aktif

pentingnya gaya hidup aktif


Penelitian menunjukkan bahwa hidup sehat dan aktif serta mengonsumsi makanan utuh dan berolahraga adalah kunci keseimbangan microbiome. Gaya hidup ini bisa membantu mencegah penyakit kronis sehingga mengurangi konsumsi obat-obatan dan rawat inap di rumah sakit yang bisa mempercepat penurunan kondisi akibat usia.

Bakteri usus menyenangi banyak buah, sayur, gandum utuh, polong-polongan, serta lemak sehat seperti minyak zaitun. Penelitian yang dikutip 
Atlas Blog menunjukkan bahwa orang-orang yang dietnya sebagian besar terdiri dari makanan kaya serat seperti diet Mediterania memiliki keragaman microbiome yang lebih tinggi dan kesehatan yang lebih baik secara umum.

Sebaliknya, mereka yang mengonsumsi diet ala Barat dengan banyak daging olahan dan daging merah, gorengan, produk olahan susu tinggi lemak, kentang, serta minuman manis tidak dapat menjaga kesehatan lingkungan usus mereka.

Taat menjalani diet Mediterania berarti risiko lemah di usia senja menjadi lebih rendah. Sementara itu, mereka yang memilih diet ala Barat memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular, depresi, dan osteoporosis.


Baca Juga: Mau Stress-Free? Jaga Kesehatan Usus dengan Rajin Olahraga!

Menjaga diet seimbang pada usia tua bisa jadi faktor utama umur panjang. Pola makan yang kaya mikronutrien dan rendah lemak jenuh telah teridentifikasi sebagai faktor penting di negara-negara dengan harapan hidup tertinggi.

Makanan yang mengandung pati tahan cerna (
resistant starch), contohnya, cenderung mendorong produksi asam lemak rantai pendek dan mengurangi inflamasi usus. Vitamin B1 dan K2 yang berasal dari makanan fermentasi, daging rendah lemak, dan gandum utuh, penting untuk imunitas tubuh, mendorong kesehatan tulang, dan mengurangi risiko penyakit jantung.

Terbukti, kan, bahwa gaya hidup sehat baik untuk semua umur? Yuk, biasakan mulai sekarang demi tetap sehat di usia senja kelak!

Jika kamu masih mau pelajari lebih lanjut tentang apa itu 
microbiome, yuk mampir ke halaman Microbiome Story di sini. Baca informasi menarik lain terkait kesehatan usus, microbiome, atau keragaman lingkungan hanya di Nusantics Blog!

Referensi:

Writer: Fitria Rahmadianti

Editor: Serenata Kedang