Blog
Bakteri Usus dan Otak Saling Berhubungan, Apakah Kita Dikendalikan Microbiome?
May 14, 2024 by Agnes Octaviani
Share
Tubuh manusia adalah sebuah sistem yang sangat kompleks dan tidak ada habisnya untuk diteliti. Setiap bagian dari organ dan sel di tubuh kamu terhubung satu sama lain dengan berbagai cara.
Salah satu koneksi organ yang sedang menarik perhatian para ilmuwan saat ini adalah hubungan antara bakteri usus dan otak. Interaksi antara otak dengan usus (gut-brain axis) telah diteliti selama beberapa tahun dan ternyata lebih kompleks dari yang diperkirakan sebelumnya.
Tahukah kamu bahwa sebagai bagian dari organ pencernaan, usus juga berperan dalam melawan mikroorganisme patogen, seperti bakteri, virus, jamur, atau parasit lainnya? Hebatnya lagi, usus juga membedakan mana bakteri dan mikroorganisme lain yang “sehat” dan menjaga mereka tetap hidup dan tinggal.
Diperkirakan pada setiap gram dalam isi usus manusia, terdapat 1 triliun bakteri yang sebagian besarnya tinggal di usus besar, dengan total kira-kira sebanyak 40 triliun bakteri yang tinggal di usus. Jika dibandingkan dengan jumlah sel yang “hanya” sekitar 30 triliun, jelas bakteri lebih banyak jumlahnya di tubuh kamu.
Dilansir dari situs web Medical News Today, pada umumnya terdapat 30 hingga 40 spesies bakteri dalam usus, namun secara total mungkin saja mencapai 1000 spesies bakteri berbeda yang biasanya dirujuk sebagai microbiome. Microbiome tidak hanya menerima manfaat dari kehangatan dan nutrisi di tubuh manusia, tetapi juga memberikan manfaat.
Microbiome dapat diartikan sebagai sebuah komunitas yang beragam yang hidup dalam sebuah ekosistem dan terdiri dari bakteri, virus, archaea, dan jamur. Inang (tubuh manusia) memberikan microbiome material mentah dan tempat tinggal, dan sebagai gantinya microbiome melindungi dan ikut menjaga kesehatan inangnya.
Baca Juga: 14 Gaya Hidup yang Bisa Mengganggu Microbiome
Tergantung pada spesiesnya, microbiome memiliki peran dalam berbagai proses yang terjadi di tubuh kamu, misalnya memproses serat agar bisa diserap dan digunakan, memetabolisme beberapa jenis zat, berperan dalam sintesis vitamin B dan K, dan lain-lain.
Di sisi lain, para peneliti juga menemukan bahwa komposisi dan keseimbangan microbiome usus yang terganggu dapat menjadi faktor penting dalam berbagai kondisi peradangan dan kondisi autoimun.
Tak hanya mencerna, microbiome usus ternyata juga dapat memoderasi atau berperan dalam mengendalikan otak dan perilaku kamu. Salah satu contoh paling mudah adalah dengan memberikan sinyal ke otak ketika perut sudah kosong sehingga kamu bisa merasa lapar.
Ketika ada masalah di sistem pencernaan yang mengganggu proses pencernaan makanan dan penyerapan nutrisi, microbiome akan menginformasikan otak. Juga ketika dalam usus terdeteksi serangan patogen, otak juga akan mengetahuinya.
Microbiome usus dan otak berhubungan secara hormonal, immunological (kekebalan tubuh), dan neural (sistem saraf), melalui sistem saraf pusat yang juga mengatur fungsi perut. Secara umum, hubungan antara usus dan otak ini disebut sebagai gut-brain axis.
Walau sekilas terdengar aneh, tapi kamu pasti pernah merasakan beberapa hasil koneksi usus dan otak. Contohnya, ketika kamu merasa stres dan cemas, timbul rasa tidak nyaman pula di perut kamu seperti rasa mulas, mual, atau melilit.
Koneksi ini tentunya menarik perhatian para ilmuwan untuk meneliti lebih dalam apakah otak yang mengendalikan tubuh, atau justru sebaliknya, microbiome selama ini memegang kendali atas otak.
Beberapa penelitian juga telah menemukan tanda-tanda adanya peran microbiome dalam kesehatan mental dan kondisi neurologik (saraf), misalnya autisme, epilepsi, dan depresi. Microbiome diduga dapat berinteraksi dengan sistem saraf dan merilis molekul yang dapat sampai ke otak. Cara-cara microbiome dan otak berinteraksi masih belum dipahami dan diketahui sepenuhnya, sehingga masih terus diteliti lebih dalam.
Walau begitu, ada beberapa teori yang populer tentang bagaimana microbiome usus dapat berinteraksi dengan otak. Beberapa di antaranya tertulis dalam Frontiers:
Berbagai penelitian menunjukkan adanya kemungkinan microbiome memiliki peran lebih banyak dari sekadar memengaruhi otak untuk berpikir, komposisi microbiome juga menunjukkan berdampak pada perilaku yang mirip depresi dan kecemasan. Komposisi microbiome yang tidak seimbang (dysbiosis) juga ditemukan pada anak-anak dengan autisme.
Dengan diketahuinya koneksi antara microbiome usus dan otak, para ilmuwan tentunya menemukan harapan cerah untuk terapi berbagai masalah kesehatan dan kondisi yang berkaitan dengan saraf di masa depan, termasuk terapi autisme.
Dikutip dari Nature, Mauro Costa-Mattioli seorang neurobiologis di Texas, secara tidak sengaja menemukan potensi spesies bakteri yang dapat mengurangi gejala autisme.
Pada percobaan awal ini, ditemukan bahwa masuknya bakteri Lactobacillus reuteri ke dalam komposisi microbiome, ternyata dapat mengurangi gejala-gejala autisme. Menurutnya, tidak seperti genetik, komposisi microbiome dapat diubah dengan suplementasi dan antibiotik sehingga berpotensi menjadi cara terapi baru dan sangat menarik untuk diteliti lebih dalam dan dikembangkan.
Baca Juga: Perlukah Konsumsi Suplemen Probiotik untuk Kesehatan Tubuh?
Medical News Today juga menambahkan hasil penelitian yang bernada positif. Pada studi tahap awal, suplementasi menggunakan bakteri Bifidobacterium dan Lactobacillus menunjukkan efikasi dalam memperbaiki perilaku terkait gangguan psikiatri seperti kecemasan, depresi, autisme, gangguan obsesif kompulsif, dan kemampuan memori.
Penelitian terkait microbiome dan kaitannya dengan kesehatan manusia masih panjang. Di masa depan, para ilmuwan berharap pengobatan yang spesifik menargetkan microbiome dapat terwujud, tidak hanya untuk pengobatan fisik, tetapi juga kondisi psikologis. Bukan tidak mungkin pula microbiome dapat menjadi salah satu alat diagnosis.
Kita sebagai manusia sepertinya perlu takjub bahwa tubuh manusia ternyata sebagiannya dikendalikan oleh organisme bersel satu yang bentuknya tidak terlihat tanpa mikroskop. Rasanya tak salah kalau kita juga ikut menjaga tubuh dengan asupan yang bergizi dan lebih aware dengan berbagai produk yang ramah microbiome.
Masih banyak peran microbiome dalam hidup kamu, lho! Kamu bisa main ke Nusantics Blog untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang dunia microbiome atau mampir ke laman Microbiome Story, yuk.
Referensi:
Fresh Articles
The most established precision molecular diagnostics company in Indonesia
Find Us
Mon - Fri: 9 a.m. - 6 p.m.
i3L Campus @ Lvl. 3
Jl. Pulomas Barat No.Kav.88, RT.4/RW.9, Kayu Putih, Pulo Gadung,
Jakarta Timur 13210
Contact Us
hello@nusantics.com
+62 (21) 509 194 30
Copyright © 2024 PT Riset Nusantara Genetika, PT Nusantara Butuh Diagnostik. All Rights Reserved.Privacy Policy
© 2024 PT Riset Nusantara Genetika.
Privacy Policy