logo-dark
logo-dark

Home

Blog

Benarkah Usus Berkaitan dengan Cara Kerja Otak?

Blog

Benarkah Usus Berkaitan dengan Cara Kerja Otak?

July 15, 2022 by Agnes Octaviani

Share

blog-image

 

Kamu pasti pernah merasa mual, mulas, sakit perut, atau rasa ketidaknyamanan lainnya yang muncul saat kamu sedang merasa gugup, cemas, atau takut, kan?

Atau saat kamu merasa senang, berbunga-bunga, bahkan jatuh cinta, terasa ada sensasi menggelitik seperti banyak kupu-kupu di perut alias 
butterfly effect?

Sensasi-sensasi ini adalah contoh kecil bagaimana otak dan perut kita memiliki koneksi yang saling berhubungan dan saling memengaruhi. Koneksi ini disebut sebagai 
gut-brain axis.
 

Bagaimana Cara Kerja Gut-Brain Connection?

cara kerja gut brain connection


Ternyata, otak dan perut kita memiliki hubungan erat yang tidak dapat dipisahkan. Kedua organ ini merupakan organ-organ vital yang menentukan kualitas hidup manusia dan perlu dijaga kesehatannya. 

Gut-brain axis adalah koneksi fisik dan kimia yang terjadi antara sistem pencernaan dengan otak di dalam tubuh melalui sistem saraf. Inilah cara kerja gut-brain connection.
 

1. Neuron


Dalam otak dan sistem saraf pusat kamu, terdapat ratusan miliar sel yang disebut dengan Neuron. Sel ini berperan untuk mengirim perintah ke seluruh tubuh. Sedangkan di sistem pencernaan, ditemukan sekitar 500 juta neuron yang terkoneksi dengan otak kamu melalui sistem saraf.

Salah satu saraf terbesar yang berperan untuk menghubungkan pencernaan dengan otak adalah saraf vagus. Saraf ini menghubungkan sinyal dari kedua organ, serta yang menyebabkan reaksi di perut ketika otak mengirimkan sinyal stres.

Salah satu 
penelitian pada orang-orang dengan sindrom iritasi usus besar atau pengidap Crohn's disease, ditemukan adanya penurunan fungsi saraf vagus akibat inflamasi dan stres yang terjadi. 

Kesimpulan dari beberapa penelitian terhadap beberapa masalah pencernaan dan saraf vagus ini, yaitu pentingnya peran saraf vagus sebagai penghubung antara otak dengan pencernaan untuk mengelola stres agar tubuh tidak terdampak negatif lebih lanjut.

 

2. Neurotransmitter


Selain lewat sistem saraf, gut-brain connection juga terkoneksi karena zat kimia yang diproduksi otak, disebut juga neurotransmitter, yang fungsinya mengatur perasaan dan emosi. Contoh kerja neurotransmitter yang dapat kamu rasakan adalah serotonin yang berkontribusi memberikan perasaan senang dan membantu mengontrol jam tubuh.

Menariknya, neurotransmitter juga diproduksi oleh sel-sel di perut dan triliunan 
microbiome usus. Faktanya, sebagian besar serotonin diproduksi di perut.

Selain serotonin, perut juga memproduksi neurotransmitter bernama 
gamma-aminobutyric acid (GABA) yang membantu mengontrol perasaan takut dan cemas. Penelitian terhadap hewan menunjukkan pemberian suplemen probiotik membantu meningkatkan produksi GABA dan menurunkan tingkat kecemasan dan gejala mirip depresi lainnya.
 

3. Microbiome Usus


Microbiome usus juga memproduksi zat kimia lainnya yang memengaruhi cara kerja otak. Produksi zat kimia yang disebut short-chain fatty acids (SCFA), merupakan hasil pencernaan serat dari asupan makanan. SCFA ini berdampak pada fungsi otak dalam beberapa cara, misalnya mengatur nafsu makan.

Gut-brain axis juga berkomunikasi melalui sistem kekebalan tubuh atau imun. Sistem pencernaan dan microbiome usus memiliki peranan penting dalam membangun sistem imun dan mengontrol inflamasi dengan mengatur apa saja yang diserap oleh tubuh dan mana yang harus dibuang.

Pengelolaan sistem imun dibutuhkan karena jika aktif terlalu lama, tubuh dapat mengalami inflamasi dan dikaitkan dengan gangguan organ lain, termasuk otak. Beberapa gangguan yang diduga terkait adalah depresi dan Alzheimer.

Gangguan pada otak lainnya seperti depresi berat, dementia, dan schizophrenia, juga ditemukan memiliki kaitan dengan kesehatan usus. Bakteri di usus juga memproduksi sejenis racun yang sifatnya dapat menimbulkan peradangan. Jika dinding usus mengalami kebocoran membran, jumlahnya akan terlalu banyak masuk ke dalam darah dan menyebabkan inflamasi.

 

Kesehatan Pencernaan dan Gut-Brain Axis

kesehatan pencernaan dan gut brain axis


Karena saling memengaruhi, maka masuk akal jika kamu mulai merawat kesehatan pencernaan kamu agar otak semakin sehat. Caranya, kamu bisa mulai meningkatkan konsumsi probiotik dan prebiotik dalam menu makanan sehari-hari.

Probiotik adalah bakteri hidup yang memberikan manfaat kesehatan ketika dikonsumsi. Probiotik yang bermanfaat untuk kesehatan otak, biasanya disebut sebagai 
psychobiotic. Meningkatkan konsumsi psychobiotic menunjukkan kemajuan positif pada gejala stres, kecemasan, dan depresi.

Sedangkan prebiotik adalah serat yang dapat difermentasi oleh 
microbiome usus yang juga dapat berdampak pada kesehatan otak. Penelitian menunjukkan mengonsumsi prebiotik selama tiga minggu menurunkan level hormon stres dalam tubuh yang disebut kortisol.

Konsumsi juga jenis makanan yang bermanfaat untuk kesehatan otak dan pencernaan, seperti lemak Omega-3, makanan fermentasi (tempe, oncom, kimchi), makanan tinggi serat, makanan dengan polifenol (bayam, brokoli, apel, mangga), dan makanan dengan tryptophan (telur, tahu, ikan salmon).

Dengan sistem pencernaan yang sehat, ternyata juga dapat menjaga kesehatan seluruh tubuh. Nah, kalau kamu penasaran dengan kesehatan dan komposisi kulit kamu, 
Biome Scan jawabannya! Setelah mendapatkan informasi tentang komposisi microbiome kulit, kamu bisa semakin memahami bagaimana merawat kulit kamu dengan benar dan sehat. Cobain yuk!

Referensi:

 


logo-dark
logo-dark

The most established precision molecular diagnostics company in Indonesia

Find Us

Mon - Fri: 9 a.m. - 6 p.m.

i3L Campus @ Lvl. 3
Jl. Pulomas Barat No.Kav.88, RT.4/RW.9, Kayu Putih, Pulo Gadung,
Jakarta Timur 13210

Contact Us

hello@nusantics.com

+62 (21) 509 194 30

Copyright © 2024 PT Riset Nusantara Genetika, PT Nusantara Butuh Diagnostik. All Rights Reserved.Privacy Policy

logo-dark
logo-dark

© 2024 PT Riset Nusantara Genetika.

Privacy Policy