share

Adakah Microbiome di Otak?

18 Sep 2021

Adakah Microbiome di Otak?

Otak adalah salah satu organ paling penting bagi manusia. Bisa dibilang otak adalah pusat kendali seluruh tubuh, karena dapat menerima dan memproses sinyal, serta memberikan perintah ke seluruh organ dan bagian tubuh.

Otak selama ini dianggap sebagai salah satu organ yang steril dari kontaminasi mikroorganisme karena dilindungi oleh 
blood-brain barrier (sawar darah otak), yaitu semacam jembatan dengan penghalang fisik antara jalur sirkulasi darah dan otak. 

Darah yang berkeliling ke sekujur tubuh membawa berbagai zat, seperti oksigen dan nutrisi penting, tetapi racun dan mikroorganisme patogen juga bisa ikut terbawa, sehingga 
blood-brain barrier berperan melindungi otak sebagai organ vital agar tidak terkontaminasi dan mengalami inflamasi.

Penemuan bakteri di jaringan otak oleh para peneliti di 
University of Alabama tahun 2018 tentu mengejutkan dan menjadi perbincangan di dunia penelitian mikrobiologi. Sebab, ketika ditemukan bakteri di otak, hal ini biasanya merupakan sebuah berita buruk, misalnya pada kasus encephalitis (pembengkakan otak) dan penyakit meningitis, keduanya merupakan peradangan yang terjadi di otak akibat kontaminasi mikroba.

Menariknya, jenis bakteri yang ditemukan oleh peneliti tersebut adalah bagian dari 
microbiome usus, topik yang sedang hangat diteliti di dunia mikrobiologi. Penelitian terkait gut-brain axis saat ini masih terus berlangsung dan tentu saja menimbulkan pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut.

Kemajuan teknologi dalam bidang biologi semakin memungkinkan para ilmuwan untuk meneliti mikroorganisme yang hidup bersama dengan manusia, yang biasanya disebut sebagai 
microbiomeMicrobiome, dapat terdiri dari bakteri, virus, jamur, atau lainnya, hidup di tubuh manusia dan kemudian mulai diketahui dapat memengaruhi kinerja fisik, sistem kekebalan tubuh, perilaku, dan kesehatan secara keseluruhan.
 

Microbiome Otak

microbiome otak


Dalam studi “Is There a Brain Microbiome?”microbiome otak merujuk pada sekumpulan mikroba yang bertahan, tetapi belum tentu aktif bereplikasi, yang hidup pada otak. Yang membedakannya dengan mikroba patogen penyebab gangguan dan penyakit adalah jenis mikroba tertentu yang secara aktif terus berlipat ganda dan menimbulkan inflamasi. 

Jumlah 
microbiome otak jauh lebih sedikit daripada microbiome usus, juga perlu dijaga keseimbangannya melalui blood-brain barrier. Dalam salah satu publikasi hasil laboratorium, University of Colorado menemukan bahwa setiap area otak yang berbeda ditinggali oleh jenis bakteri yang berbeda pula. Saat ini, penelitian masih dilanjutkan untuk mengetahui apakah jenis bakteri yang ditemukan tersebut bukanlah akibat kontaminasi, melainkan benar-benar penghuni di area tersebut.

Baca Juga: 5 Bakteri dengan Manfaat Unik dalam Usus

Bagaimana pastinya microbiome usus bisa sampai ke otak dan menjadi microbiome otak masih menjadi misteri yang terus dipelajari. Rosalinda Roberts, seorang neuroanatomist dari University of Alabama, dalam wawancaranya dengan Nautilus memberikan spekulasinya.

Beliau menduga 
microbiome usus mungkin saja ikut bersama dengan darah melalui blood-brain barrier lalu sampai ke otak. Di beberapa bagian otak, terdapat area yang tidak terlalu rapat yang disebut chemo-sensitive trigger zone di batang otak. 

Di lokasi ini, terdapat banyak lubang pada 
blood-brain barrier yang biasanya rapat, alasannya adalah memberikan sinyal pada otak jika kamu memakan sesuatu yang beracun dan otak dapat memerintahkan kamu untuk muntah.

Rosalinda Roberts lebih lanjut juga menyatakan keinginannya meneliti area lain yang serupa pada otak (banyak lubang pada 
barrier) untuk mengetahui apakah banyak microbiome yang tinggal di sana dan jenisnya.

Pada saat ini, penelitian belum dapat memberikan konfirmasi apakah kehadiran 
microbiome di otak adalah akibat kontaminasi atau bukan. Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa para microbiome ini terdistribusi secara khusus di area tertentu dan bukan di sembarang tempat.
 

Penelitian Terus Berlanjut


penelitian microbiome otak

Penemuan microbiome di otak ini tentu membuka banyak diskusi dan pertanyaan baru, karena artinya ada mekanisme dan cara kerja antar organ yang belum diketahui secara detail. 

Mengingat peran 
microbiome yang berkaitan erat dengan sistem kekebalan tubuh dan memengaruhi kesehatan secara keseluruhan, microbiome otak mungkin saja menjawab berbagai pertanyaan terkait gut-brain axis yang sebelumnya menjadi misteri.

Penelitian terkait 
microbiome memang sangat menarik dan masih terus dilanjutkan di berbagai belahan dunia saat ini. Mungkin saja, microbiome dapat menjadi solusi terapi di masa depan untuk penyakit yang rumit seperti autisme, schizophrenia, dan lain sebagainya.

Baca Juga: Psikobiotik dan Hubungannya dengan Kesehatan Mental

Mengingat pentingnya keseimbangan microbiome dalam tubuh kamu yang memengaruhi kesehatan secara keseluruhan, yuk rawat tubuh kamu dari luar dan dalam yang lebih mendukung keseimbangan dan keragaman microbiome! Jalani gaya hidup sehat, konsumsi makanan yang kaya serat dan probiotik, serta berolahraga teratur tidak akan membuat kamu rugi, deh!

Kamu juga bisa cari tahu 
lho microbiome jenis apa yang menghuni kulit wajahmu, yakni dengan Biome Scan. Jika sudah tahu kulitmu didominasi microbiome apa (bakteri atau jamur), kamu jadi lebih mudah menentukan produk kecantikan yang tepat. Selain itu, Biome Scan juga akan menganalisis kulit wajahmu, mulai dari tingkat pH, sebum, glosiness, dan banyak lagi. Daftar di sini, ya.

Ingin tahu lebih banyak mengenai 
microbiome dan perannya dalam hidup kamu? Jangan lewatkan postingan-postingan menarik Nusantics Blog, ya! 

Referensi:

Writer: Agnes Octaviani

Editor: Serenata Kedang