Blog
Benarkah Microbiome di Usus Memengaruhi Perilaku dan Cara Kerja Otak?
January 26, 2021 by Anita Desyanti
Share
Tuhan menciptakan sistem metabolisme itu super ajaib! Salah satunya microbiome, terdiri dari bakteri, virus, jamur, dan archaea. Mereka adalah sekumpulan makhluk hidup, yang punya peranan penting untuk imunitas manusia.
Selain seputar kesehatan manusia, para peneliti dari Universitas Oxford menemukan korelasi antara microbiome dengan perilaku manusia dan cara kerja otak, lho.
Penelitian menunjukkan bahwa bakteri usus (terutama spesies yang termasuk dalam Lactobacillus dan Bifidobacterium) dapat memengaruhi perilaku sosial, kecemasan, stres, dan perilaku mirip depresi.
Katerina Johnson (seorang Biologist dan peneliti sistem saraf dan microbiome yang hidup di usus dari Universitas Oxford) menerangkan lebih lanjut dalam jurnal Nature Reviews Microbiology:
"Kami tahu ada banyak kemungkinan mekanisme, termasuk komunikasi melalui saraf vagus (saraf utama yang menghubungkan usus dan otak), sistem kekebalan dan perubahan hormonal, serta produksi bahan kimia neuroaktif oleh mikroba usus. Tapi kami masih berpikiran bakteri dalam usus juga memengaruhi perilaku.”
Dilansir dari psychologytoday.com, diketahui microbiome ternyata melepaskan bahan kimia tertentu yang melapisi sistem pencernaan. Bahan kimia yang beredar kemudian mengalir ke aliran darah, dan melewati pembatas darah-otak dan memengaruhi pertumbuhan, fungsi, dan konektivitas sel saraf.
Beberapa bahan kimia ini juga memengaruhi sel yang terlibat dalam sistem kekebalan otak. Selain itu, bahan kimia tertentu yang beredar di usus juga dibuat oleh sel-sel di otak (contohnya termasuk somatostatin dan kolesistokinin) dan bahan kimia usus yang disintesis (integrasi dari dua atau lebih elemen yang ada dan menghasilkan suatu yang baru). Semua hal tadi berujung pada memaksimalkan fungsi otak.
Tak hanya bahan kimia tertentu, pertumbuhan microbiome menimbulkan produk lain untuk metabolisme tubuh, seperti asam lemak rantai pendek yang diketahui memengaruhi fungsi otak. Selain itu, metabolit microbiome juga dapat berinteraksi dengan respons imunitas kamu, lho.
Fungsi berbagai jaringan organ dan sel dalam tubuhmu telah beradaptasi untuk memanfaatkan microbiome terkait. Sebuah hipotesa juga menyatakan bahwa ketiadaan microbiome tertentu dapat mengganggu perkembangan sistem kekebalan.
Para ahli berpendapat, manusia mungkin telah berevolusi untuk bergantung pada microbiome-nya guna mendapatkan fungsi otak yang normal, sehingga perubahan microbiome usus dapat menyebabkan efek pada perilaku.
Katerina Johnson dan Kevin Foster, peneliti dari Universitas Oxford menyarankan bahwa pemahaman tentang evolusi komunikasi usus-otak dapat membantu kita merekayasa ekosistem microbiome, karena berpotensi menimbulkan manfaat bagi kesehatan fisik dan mental seseorang. Komunikasi yang Katerina maksud, erat kaitannya dengan saraf vagus, yang bisa kamu simak di bawah ini, ya.
Metode lain yang digunakan microbiome sistem pencernaan untuk memengaruhi struktur dan fungsi otak adalah dengan melibatkan saraf vagus.
Saraf vagus adalah saraf parasimpatis utama yang merupakan saluran komunikasi antara banyak organ dalam tubuh, termasuk sistem pencernaan dan otak. Saraf ini merupakan jalan raya dua arah, artinya sinyal dikirim dari usus ke otak serta dari otak kembali ke usus.
Bahan kimia yang dilepaskan dari mikroba dan sel yang melapisi usus dapat secara langsung menyebabkan perubahan aktivitas listrik saraf vagus dan daerah otak yang dihubungkan oleh saraf vagus.
Aktivitas saraf vagus diketahui memengaruhi perilaku manusia. Contohnya dalam intervensi pengobatan medis, perangkat listrik yang ditanamkan untuk merangsang saraf ini (stimulator saraf vagus) dapat efektif dalam merawat individu yang menderita depresi berat dan epilepsi yang resisten terhadap pengobatan.
Menakjubkan ya, bagaimana kerja berbagai microbiome di usus memiliki efek substansial para perasaan dan cara kita bertindak?
Kalau kamu mau tahu berbagai info menarik seputar microbiome, kamu bisa kunjungi Nusantics Blog. Lengkap mengulas sejumlah microbiome yang hidup dan berkembang di berbagai organ manusia, termasuk kulit kamu. Tak lupa bagaimana cara menjaganya, apa saja yang sebaiknya kamu konsumsi hingga skincare yang ramah untuk microbiome.
Referensi:
Fresh Articles
The most established precision molecular diagnostics company in Indonesia
Find Us
Mon - Fri: 9 a.m. - 6 p.m.
i3L Campus @ Lvl. 3
Jl. Pulomas Barat No.Kav.88, RT.4/RW.9, Kayu Putih, Pulo Gadung,
Jakarta Timur 13210
Contact Us
hello@nusantics.com
+62 (21) 509 194 30
Copyright © 2024 PT Riset Nusantara Genetika, PT Nusantara Butuh Diagnostik. All Rights Reserved.Privacy Policy
© 2024 PT Riset Nusantara Genetika.
Privacy Policy