Blog
Petridish Art, Menggambar dengan Mikroba
January 28, 2022 by Fitria Rahmadianti
Share

Cawan petri adalah wadah bundar yang terbuat dari plastik atau kaca yang biasanya digunakan di laboratorium untuk membiakkan sel. Namun, kali ini cawan petri justru dijadikan wadah karya seni yang terbuat dari mikroba. Unik!
Karya seni yang tercipta dari kultur mikroorganisme dengan pola tertentu disebut petridish art, microbial art, atau germ art. “Kanvas”nya berupa agar-agar. Karena itu, petridish art juga disebut agar art.
“Cat” nya berupa mikroba, yakni bakteri, ragi, jamur, atau terkadang protista. Mikroorganisme tersebut dipilih berdasarkan warna alaminya atau hasil rekayasa genetika. Nah, setelah masa inkubasi dianggap cukup, kultur mikroba lalu disegel dengan epoksi atau akrilik agar hasil seninya terjaga.
Petridish art pertama kali diciptakan oleh Alexander Fleming, penemu antibiotik penisilin, pada tahun 1928. Sepanjang kariernya, lukisan Fleming di cawan petri makin berwarna-warni karena ia semakin banyak tahu akan spesies mikroba.
Namun, seni ilmiah ini baru mendapatkan perhatian dari para peneliti pada 2015 melalui ASM Agar Art Contest yang digelar oleh American Society of Microbiology (ASM).
Baca Juga: Makanan Masak vs Makanan Mentah, Lebih Baik yang Mana?
Cara Membuat Petridish Art

Dulu, mikroorganisme dibiakkan di makanan padat. Sekarang, agar-agar digunakan untuk eksperimen supaya peneliti dapat melihat mikroba berkembang di zat yang semipadat dan transparan ini melalui mikroskop.
Untuk membuat petridish art, agar-agar bubuk dicampur dengan air steril dan dituangkan ke cawan petri. Setelah dibiarkan mengeras selama sehari, mikroorganisme seperti jamur atau bakteri diletakkan sesuai pola yang diinginkan di agar-agar tersebut. Cawan petri kemudian disimpan di inkubator. Bakteri tadi dibiarkan memakan agar-agar dan menggandakan diri menjadi pola berwarna.
Baca Juga: Mengenal Planetary Boundaries, Batasan yang Harus Dijaga Manusia, Agar Bumi Tetap Lestari
Jenis Warna yang Dihasilkan Mikroorganisme

Berikut beberapa jenis bakteri, ragi (jamur), dan protista yang bisa menghasilkan warna alami untuk membuat petridish art:
- Bacillus subtilis (krem ke cokelat)
- Chromobacterium violaceum (violet)
- Micrococcus luteus (kuning)
- Micrococcus roseus (merah muda)
- Aureobasidium pullulans (hitam)
- Candida albicans (putih kekuningan)
- Epicoccum nigrum (kuning, oranye, merah, cokelat, dan hitam)
- Euglena gracilis (hijau)
Petridish Art Tidak Bisa Dibuat Sembarangan

Balaram Khamari, juara dua kategori tradisional ASM Agar Art Contest 2020 melalui karyanya yang berjudul “Microbial Peacock”, membutuhkan empat percobaan selama dua minggu demi mendapatkan perkembangan yang tepat dari organisme yang beragam.
“Saya menggunakan Escherichia Coli (E.coli) untuk tubuh merak sambil menyusun E.coli dan Staphylococcus aureus (dua patogen manusia yang paling sering ditemukan) secara bergantian untuk bulu ekor merak. Koloni kecil di sekitar kepala merak dan bola matanya memakai Enterococcus faecalis, bakteri usus yang menghasilkan koloni-koloni kecil dan unik,” jelas Balaram.
Bagaimanapun, ilmuwan penghasil karya seni harus berhati-hati karena terkadang mereka menggunakan patogen manusia untuk desainnya. S.aureus, misalnya, bisa menyebabkan pneumonia dan infeksi tulang. Untuk menghindari kecelakaan di laboratorium, seniman agar-agar sering bekerja dengan mikroba di lingkungan yang terkontrol.
Mereka juga harus menunggu berhari-hari untuk melihat apakah pertumbuhan mikroba yang mereka mulai berubah menjadi gambar yang diinginkan. “Agar art memakan waktu dan hasilnya tidak selalu seperti yang diharapkan,” kata Balaram.
Baca Juga: Sains Mikrobioma dalam Tradisi Rempah Nusantara
Petridish Art Menyatukan Sains dan Seni

Balaram mengaku bahwa petridish art memungkinkan ia mengejar kecintaannya akan seni kreatif sekaligus kekagumannya terhadap sains dalam satu tempat. Agar Art Contest memang dibuat sebagai wadah ilmuwan dan seniman menunjukkan kreativitasnya sembari terus memperkenalkan mikrobiologi ke khalayak luas.
Tahun lalu, ada 300 karya dari 323 peserta yang terletak di 31 negara. Ada tiga kategori yang diperlombakan, yakni Tradisional Profesional untuk partisipan yang membuat karyanya di laboratorium formal, Tradisional Nonprofesional untuk peserta yang bekerja di fasilitas informal, serta Terbuka. Ada juga kategori Anak-anak untuk mereka yang di bawah 12 tahun. Semua karya dinilai oleh hampir 90 juri.
Petridish Art yang Unik

Sumber foto: scienceinschool.org
Frederik Hammes, seorang ahli mikrobiologi dari Swiss, kadang menambahkan bubuk arang ke agar-agar untuk menghasilkan latar belakang hitam. Ia juga membuat agar art 3D yang menonjol ke atas cawan petri layaknya patung.
Hammes menyarankan agar seniman petridish mengoleksi sampel mikroorganisme dari sumber-sumber berbeda untuk menemukan organisme yang spektakuler. “Saya selalu mengisolasi bakteri artistik dari telapak kaki saya,” kata Hammes.
Mungkin berikutnya para seniman bisa mengambil bakteri dari kamar mandi dan dari tombol lift yang sering disentuh orang. Wah… jadi seperti apa, ya, hasilnya?
Yuk, cari tahu informasi dan artikel menarik lainnya tentang microbiome di Nusantics Blog!
Referensi:
Fresh Articles
Menu
Temui Kami
Senin - Jumat: 9 a.m. - 6 p.m.
i3L Campus @ Lvl. 3
Jl. Pulomas Barat No.Kav.88, RT.4/RW.9, Kayu Putih, Pulo Gadung,
Jakarta Timur 13210
Contact Us
hello@nusantics.com
+62 (21) 509 194 30
Copyright © 2025 PT Riset Nusantara Genetika, PT Nusantara Butuh Diagnostik. All Rights Reserved.Kebijakan Privasi
© 2025 PT Riset Nusantara Genetika.
Kebijakan Privasi