share
Penuaan Kulit: Skin Microbiome Bisa Jadi Kuncinya
5 May 2022
Proses penuaan paling terlihat pada kulit. Tanda-tanda penuaan kulit di antaranya kerutan dan bintik-bintik hitam akibat ketidakteraturan pigmen. Ternyata, ada peran microbiome kulit (kumpulan mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan virus yang hidup di permukaan kulit) di baliknya!
Gangguan dermatologis bisa didorong oleh penuaan karena kulit adalah tempat akumulasi penuaan yang umum. Usia (beserta gender dan faktor tubuh manusia lainnya) juga tampak memengaruhi keseimbangan microbiome kulit.
Begitupun sebaliknya, microbiome usus memengaruhi penuaan sel dan gangguan kulit melalui sumbu usus dan kulit (gut-skin axis) serta sekresi metabolit mikroba.
Baca Juga: Mengenal The Gut-Skin Axis
Penuaan kulit secara fisiologis dicirikan dengan berkurangnya keringat dan sebum, sehingga menghasilkan perubahan pada fisiologi permukaan kulit. Misalnya, perubahan komposisi pH dan lipid.
Sehubungan dengan ini dan karena perubahan struktur tambahan, penuaan kulit terlihat melalui munculnya keriput, berkurangnya kekencangan kulit, kulit kering dan mengelupas, serta bintik-bintik hitam.
Sistem imun -- komponen penting untuk menjaga kesehatan dan kondisi kulit -- juga merasakan efek penuaan, lho. Contohnya adalah berkurangnya fungsi imun seiring pertambahan usia.
Semua perubahan fisiologis ini bisa berujung pada perubahan ekologi kulit dan pada akhirnya berdampak pada microbiome kulit. Selain berdampak langsung pada microbiome kulit, hal ini juga bisa berpengaruh pada kondisi kulit dan kesehatan secara menyeluruh.
Sebab, keseimbangan microbiome manusia memainkan peranan penting dalam menjaga dan melindungi fisiologi kulit dan imunitasmu.
Perbedaan Microbiome pada Kulit Tua dibanding Kulit Muda
Menurut penelitian-penelitian yang dirangkum oleh The Secret Life of Skin, ternyata komposisi microbiome kulit dari bayi hingga remaja berubah, lho. Pada microbiome kulit dewasa, perbedaannya berdasarkan lingkungan tempat tinggal.
Studi di Scientific Reports terhadap wanita Jepang menunjukkan bahwa kulit tua memiliki keragaman microbiome yang lebih tinggi dibanding kulit muda.
Ini karena berkurangnya Cutibacterium acnes, yakni salah satu kelompok bakteri paling dominan di kulit. Hal ini memberikan peluang bagi jenis bakteri lain untuk berkembang biak.
Berkurangnya C. acnes diduga berhubungan dengan berkurangnya sekresi sebum pada kulit tua. Hal ini biasanya terlihat pada perempuan karena perubahan hormon selama dan setelah menopause.
Ini karena C. acnes tampak lebih suka mendiami area kulit yang kaya lipid dari sebum. Buktinya, kepadatan C. acnes tampak meningkat beriringan dengan total jumlah lipid.
Meski beberapa jenis C. acnes disebut-sebut sebagai biang kerok munculnya jerawat, C. acnes tetap berperan penting di kulit.
Jenis lain dari C. acnes juga membawa manfaat besar. Misalnya, melalui pengeluaran zat antimikroba dan asam lemak rantai pendek yang memberikan efek antiinflamasi serta dapat memperkuat respons imun.
Nah, berkurangnya C. acnes bisa mengurangi manfaat tersebut untuk kulit serta memunculkan tanda-tanda penuaan kulit. Tingginya kadar C. acnes pada anak-anak muda juga menunjukkan fungsi pelindung dari bakteri ini. Fungsi tersebut melemah seiring pertambahan usia.
Baca Juga: Peran Microbiome dalam Imunitas Kulit
Kalau kadar C. acnes berkurang seiring usia, menurut studi di Journal of Investigative Dermatology, kelimpahan Streptococcus justru bertambah.
Hal ini berkaitan positif dengan meningkatnya delapan ceramide kulit (lipid yang ditemukan di sel kulit). Ini semakin memperkuat anggapan bahwa lipid bisa menjadi sumber makanan potensial bagi bakteri.
Penelitian tadi mengindikasikan bahwa ceramide tertentu bisa memengaruhi kelimpahan Streptococcus. Sebaliknya, Streptococcus kemungkinan juga memengaruhi produksi ceramide dengan meningkatkan kadar ceramide di keratinosit (sel yang paling banyak di epidermis) dan stratum corneum (lapisan terluar epidermis), terutama pada orang-orang tua.
Penelitian-penelitian di atas menunjukkan bahwa kulit muda memiliki microbiome yang kurang beragam dan kurang bervariasi antar individu dibanding pada kulit tua. Alasannya bisa jadi karena banyak faktor.
Bagaimanapun, perbedaan tersebut mungkin disebabkan oleh kurangnya nutrisi pada kulit tua karena menurunnya pembaruan sel kulit, berkurangnya fungsi keringat dan sebum, serta fungsi imun yang lemah karena usia. Hal ini mengakibatkan matinya bakteri dominan dan meningkatnya spesies oportunistik lain.
Memanipulasi Microbiome Kulit untuk Mengendalikan Efek Penuaan
Berdasarkan temuan terkini dan studi lebih lanjut, biotik kulit baru bisa dikembangkan untuk mengurangi kemunculan penyakit kulit yang berhubungan dengan usia serta gangguan kulit seperti jerawat, lho.
Jika kita bicara tentang klinik kecantikan, kemungkinan memanipulasi microbiome kulit manusia untuk mengatasi kondisi kulit bisa membuka peluang baru yang menarik. Misalnya, terapi bakteri kulit dan transplantasi microbiome kulit. Wow!
Beberapa perusahaan sudah mengembangkan teknik manipulasi microbiome kulit yang memungkinkan transplantasi bakteri hidup bermanfaat seperti C. acnes ke kulit pasien dengan kondisi tertentu. Mereka juga mengembangkan formulasi topikal (oles) menggunakan microbiome.
Baca Juga: Apa itu Microbiome Skincare?
Kesimpulan
Dengan meningkatnya data terkait komposisi microbiome kulit dan keragamannya di kelompok usia yang berbeda, microbiome kulit bisa digunakan sebagai indikator baru untuk mengukur usia kulit, terlepas dari usia kronologis (usia yang dihitung dari tanggal lahir sampai tanggal tertentu).
Microbiome kulit juga berpotensi menjadi biomarker (indikator kondisi biologis) untuk menentukan dan memonitor kesehatan kulit.
Menurut studi di jurnal Nutrients, terapi-terapi antipenuaan baru diperbolehkan karena buruknya keamanan obat-obatan yang ada saat ini. Probiotik dan prebiotik bisa jadi alternatif efektif jika kita mempertimbangkan hubungan antara microbiome dan penuaan yang sehat.
Bagaimanapun, diperlukan penelitian lebih lanjut terkait komposisi usus pada orang-orang tua untuk mengembangkan terapi pengatur imunitas (immunomodulatory therapies).
Wah, ternyata menarik sekali ya menambah wawasan tentang skin microbiome. Selain bisa mencegah penuaan, kulit yang sehat juga bisa menambah rasa percaya diri.
Bagi kamu yang masih mau baca informasi menarik lainnya tentang skin microbiome, hubungan microbiome usus dan kesehatan kulit, serta hal-hal lain tentang microbiome lingkungan, yuk baca-baca di Nusantics Blog!
Referensi:
- Boyajian JL, Ghebretatios M, Schaly S, Islam P, Prakash S. Microbiome and Human Aging: Probiotic and Prebiotic Potentials in Longevity, Skin Health and Cellular Senescence. Nutrients. 2021 Dec 18;13(12):4550. doi: 10.3390/nu13124550. PMID: 34960102; PMCID: PMC8705837.
- https://thesecretlifeofskin.com/2021/12/03/skin-microbiome-through-aging-process/
- Shibagaki, N. et al. Aging-related changes in the diversity of women’s skin microbiomes associated with oral bacteria. Sci. Rep. 7, 10567 (2017).
- Brian Howard, Charles C. Bascom, Ping Hu, Robert L. Binder, Gina Fadayel, Tom G. Huggins, Bradley B. Jarrold, Rosemarie Osborne, Heather L. Rocchetta, Dionne Swift, Jay P. Tiesman, Yuli Song, Yu Wang, Kenneth Wehmeyer, Alexa B. Kimball, Robert J. Isfort. Aging-Associated Changes in the Adult Human Skin Microbiome and the Host Factors that Affect Skin Microbiome Composition, Journal of Investigative Dermatology. 2021. ISSN 0022-202X, https://doi.org/10.1016/j.jid.2021.11.029
Writer: Fitria Rahmadianti
Editor: Serenata Kedang