logo-dark
logo-dark

Home

Blog

Deteksi Varian Omicron dengan PCR SGTF, Apa Itu?

Blog

Deteksi Varian Omicron dengan PCR SGTF, Apa Itu?

August 26, 2022 by Agnes Octaviani

Share

blog-image

 

Sejak dideteksi pertama kali di Afrika Selatan, varian Omicron menyebar begitu cepat dan diklasifikasikan sebagai variant of concern oleh WHO pada 26 November 2021. Untuk memitigasi penyebaran lebih lanjut, Omicron perlu dideteksi lebih cepat agar langkah-langkah pencegahan penyebaran seperti isolasi mandiri dapat dilakukan.

Untuk mengidentifikasi varian virus COVID-19, perlu dilakukan proses 
whole genome sequencing. Masalahnya, tidak semua tempat memiliki fasilitas ini. Kemudian para ilmuwan menyadari ciri khas Omicron yang tidak memiliki gen Spike (S-gene) dan hal ini dimanfaatkan untuk mendeteksi varian lebih cepat, yaitu metode S-gene Target Failure (SGTF).
 

Mengenal PCR S-Gene Target Failure (SGTF)

mengenal pcr sgtf


Mengutip epidemiolog Dicky Budiman untuk Kompas, PCR memang masih menjadi tes yang paling akurat untuk mendiagnosis COVID-19. Diperkirakan sekitar 90 persen ketika seseorang melakukan tes PCR dan hasilnya positif, kemungkinan besar orang tersebut memang terpapar varian Omicron yang saat ini sudah mendominasi sebagian besar kasus.

Tes PCR untuk mendeteksi virus COVID-19 mengevaluasi keberadaan gen virus seperti Spike (S), N, dan ORF1ab. Pada varian Omicron, gen Spike (S) ini tidak ditemukan, inilah yang disebut S-Gene Target Failure. Tingkat deteksi Omicron lebih cepat dibandingkan dengan strain varian virus lainnya, menunjukkan bahwa Omicron mampu berkembang lebih cepat.

Setelah seseorang menjalani tes PCR-SGTF dan menunjukkan hasil positif, hasil sampel ini akan dikirim untuk menjalani proses 
whole genome sequencing (WGS) atau sekuens genomik penuh untuk dikonfirmasi.

Karena saat ini Omicron sudah mendominasi sebagian besar kasus, Menteri Kesehatan 
Budi Sadikin menyatakan bahwa deteksi Omicron tak lagi perlu melalui proses WGS. WGS hanya akan digunakan untuk memantau dan memetakan pola persebaran varian saja.

Metode PCR-SGTF ini digunakan karena dianggap sebagai cara yang jauh lebih cepat untuk mendiagnosis seseorang terinfeksi Covid-19 varian Omicron. Tujuan utamanya adalah agar dapat segera mengambil tindakan isolasi mandiri dan mencegah penyebaran virus yang lebih luas karena kecepatan varian ini dalam menginfeksi manusia.

Kompas juga memberitakan program pemerintah terkait ketentuan pemeriksaan PCR-SGTF untuk meningkatkan deteksi varian Omicron yang merebak. Ketentuan ini dipublikasikan dalam Surat Edaran Kemenkes Nomor SR.01.06/II/592/2022 tentang Deteksi Kasus Varian Virus SARS-CoV-2 sebagai berikut:

  1. Seluruh spesimen kasus konfirmasi COVID-19 dilakukan pemeriksaan PCR SGTF.
  2. Koordinator pemeriksaan SGTF yang ditunjuk adalah Laboratorium Pembina Provinsi serta berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi setempat.
  3. Sampel dikirimkan ke laboratorium pemeriksa PCR SGTF sesuai daftar.
  4. Pencatatan dan pelaporan hasil tes SGTF melalui aplikasi New All Record (NAR) TC-19.
  5. Kemenkes akan mengirimkan reagen SGTF ke setiap provinsi berdasarkan perhitungan kasus konfirmasi Covid-19 yang telah dilaporkan melalui aplikasi NAR TC-19 dan akan diperbarui tiap bulan.

Berdasarkan Journal of Medical Virology, gejala infeksi varian Omicron yang paling sering dilaporkan, antara lain:
  • Hidung tersumbat
  • Batuk
  • Sakit kepala
  • Sakit tenggorokan

Hanya sebagian kecil yang melaporkan kesulitan bernapas dan tak ada gejala. Dalam jurnal ini juga disebutkan dari 12 kasus reinfeksi dengan Omicron, semuanya tidak mengalami gejala dan telah menerima dua kali vaksinasi.

Gejala Omicron yang secara umum lebih ringan dan mirip dengan flu biasa membuat banyak orang lengah dan tidak sadar menyebarkan virus COVID-19. Padahal, varian Omicron tetap dapat menimbulkan gejala sedang hingga berat yang membutuhkan perawatan rumah sakit pada kelompok yang belum divaksinasi, terutama anak-anak.

Tetap jalankan protokol kesehatan dan melakukan 
vaksinasi booster jika sudah saatnya. Jika kamu merasa mengalami gejala, tak perlu ragu untuk melakukan tes COVID-19 dan mengisolasi diri.

Masih takut dan trauma untuk tes usap (
swab) nasofaring? Kamu bisa coba inovasi terbaru Nusantics, PCR Kumur (PUMU). Seperti namanya, tes ini menggunakan metode pengambilan sampel hanya dengan dikumur saja. PUMU juga bisa kamu pesan dari rumah alias take home kit, lho. Jadi, kamu bisa tes sendiri di rumah tanpa ribet! Ketahui lebih lanjut di sini!

Referensi:
  • Dewi, Retia Kartika. “Mengenal STGF, Cara Yang Digunakan Untuk Mendeteksi Varian Omicron” KOMPAS.Com, 2 Feb. 2022, www.kompas.com/tren/read/2022/02/02/175938465/mengenal-stgf-cara-yang-digunakan-untuk-mendeteksi-varian-omicron.
  • Gunawan, Indra. “Deteksi Omicron Tidak Lagi Pakai WGS, Ini Keunggulan PCR-SGTF” [Jakarta]. Bisnis.com, 24 Jan. 2022, kabar24.bisnis.com/read/20220124/15/1492546/deteksi-omicron-tidak-lagi-pakai-wgs-ini-keunggulan-pcr-sgtf
  • Li, Anthony, et al. “Omicron and S‐gene Target Failure Cases in the Highest COVID‐19 Case Rate Region in Canada—December 2021.” Journal of Medical Virology, vol. 94, no. 5, 2022, pp. 1784–86. Crossref, doi.org/10.1002/jmv.27562.
  • Schering, Steve. “CDC Study: Pediatric COVID-Related Hospitalizations Rose during Omicron Surge.” American Academy of Pediatrics, 15 Feb. 2022, publications.aap.org/aapnews/news/19569.

logo-dark
logo-dark

The most established precision molecular diagnostics company in Indonesia

Find Us

Mon - Fri: 9 a.m. - 6 p.m.

i3L Campus @ Lvl. 3
Jl. Pulomas Barat No.Kav.88, RT.4/RW.9, Kayu Putih, Pulo Gadung,
Jakarta Timur 13210

Contact Us

hello@nusantics.com

+62 (21) 509 194 30

Copyright © 2025 PT Riset Nusantara Genetika, PT Nusantara Butuh Diagnostik. All Rights Reserved.Privacy Policy

logo-dark
logo-dark

© 2025 PT Riset Nusantara Genetika.

Privacy Policy