Blog
Santan, Makanan Sehat atau Tidak?
April 06, 2021 by Ria Theresia Situmorang
Share
Menjalankan pola hidup sehat menjadi salah satu pilihan masyarakat saat ini untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit komplikasi di masa mendatang.
Salah satu opsi yang diambil untuk mewujudkannya adalah dengan menjaga pola makan seperti dengan tidak mengonsumsi makanan tertentu, misalnya santan kelapa yang disinyalir sebagai pemicu beberapa penyakit serius seperti kolesterol tinggi dan jantung.
Namun, benarkah demikian? Apakah makanan bersantan memang tidak baik untuk Kesehatan?
Berbeda dari air kelapa yang diambil dari cairan buah kelapa, santan pada dasarnya dibuat dari daging buah kelapa yang berwarna putih. Santan kelapa sendiri bisa berbentuk cair atau kental.
Dikutip dari Medical News Today, saat membuat santan kental biasanya produsen akan memarut daging kelapa tua lalu meremasnya dengan kain katun tipis untuk diekstrak cairannya. Sehingga, santan kental akan menghasilkan lebih banyak lemak dari buah kelapa dibandingkan dengan santan cair.
Sementara itu, santan cair berasal dari sisa daging kelapa di dalam kain katun tipis. Santan cair umumnya dibuat dengan cara mencampurnya dengan air hangat lalu menyaringnya dengan kain katun tipis untuk kedua kalinya sehingga cairan yang dihasilkan jauh lebih encer.
Baca Juga: 10 Alasan Kamu Wajib Konsumsi Sayur dan Buah
Indonesia termasuk salah satu produsen utama kelapa di dunia. Di negara kita ini, kelapa tidak hanya diolah sebagai minyak kelapa dan buahnya untuk dikonsumsi. Tetapi, lebih jauh lagi, kelapa di Indonesia digunakan sebagai salah satu bahan pelengkap masakan atau minuman, yaitu santan.
Dikutip dari jurnal Indonesian Food and Nutrition Progress yang diterbitkan di Jurnal Universitas Gadjah Mada, masyarakat Indonesia adalah konsumen santan moderat dengan konsumsi per kapita mencapai 6,5 hingga 8,2 kilogram.
Santan kelapa menjadi bumbu masakan yang penting karena karakteristiknya yang khas sehingga sering digunakan sebagai pelengkap sajian makanan seperti hidangan sayur, ayam, daging, seafood hingga nasi uduk.
Komponen utama santan adalah minyak kelapa dengan bobot 38%. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lemak jenuh pada buah kelapa sebenarnya tidak memberikan efek buruk bagi mereka yang mengonsumsinya, karena kandungan dari minyak kelapa adalah medium chain fatty acids (MCFA) bernama asam laurat yang merupakan asam lemak level menengah yang umum ditemukan di dalam air susu ibu (ASI).
Asam laurat sendiri memiliki fungsi yang cukup menguntungkan bagi tubuh manusia, seperti antivirus, antibakteri, dan antiprotozoa, monogliserida yang digunakan oleh tubuh untuk menghancurkan virus yang dilapisi lipid seperti cytomegalovirus (CMV), HIV, herpes, dan influenza.
Dikutip dari chriskresser.com, pendiri The Kresser Institute yang merupakan Lembaga praktisi kesehatan terkemuka di California, Amerika Serikat, daging kelapa memiliki berbagai khasiat nutrisi dan lemak yang bermanfaat termasuk vitamin B, vitamin C dan E sebagai antioksidan serta mineral dan serat.
Lebih jauh, riset membuktikan bahwa santan memiliki tiga manfaat utama diantaranya adalah sebagai berikut;
Perlu diketahui bahwa kelapa mengandung 92% lemak jenuh. Pada tahun 2017, American Heart Association menekankan bahwa lemak jenuh tidak menyebabkan penyakit jantung. Terlepas dari mitos yang disebarkan beberapa orang mengenai efek buruk santan, sampai saat ini dapat dibuktikan bahwa konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh tidak berisiko menimbulkan penyakit kardiovaskular. Bahkan kebalikannya, kelapa memiliki banyak manfaat kesehatan untuk jantung.
Kelapa mengandung asam laurat yang dipercaya dapat meningkatkan sistem imun di dalam tubuh. Temuan dari Natural Medicine Journal dalam jurnal berjudul Treatment of Dermal Infections With Topical Coconut Oil, menunjukkan bahwa asam laurat memiliki sifat antimikroba dan antiinflamasi.
Asam laurat juga secara efektif menghambat pertumbuhan staphylococcus aureus, streptococcus pneumoniae, dan mycobacterium tuberculosis. Asam jenis ini juga memicu apoptosis, kematian sel pada sel kanker payudara dan endometrium dengan merangsang protein reseptor tertentu yang mengatur pertumbuhan sel.
Baca Juga: Alergi Makanan Ternyata Berhubungan dengan Microbiome, Lho!
Santan mengandung trigliserida level moderat atau medium-chain triglycerides (MCT), yang sering dikaitkan dengan upaya penurunan berat badan. Kandungan tersebut bekerja dengan merangsang energi melalui proses yang disebut termogenesis, atau produksi panas sehingga dapat memperkecil ukuran pinggang.
Studi pada tahun 2018 menunjukkan bahwa MCT meningkatkan sensitivitas insulin yang bertugas untuk memecah glukosa dan mengontrol kadar gula darah sehingga sangat efektif untuk usaha menurunkan berat badan.
Lalu apakah dengan demikian berarti santan cukup baik untuk dikonsumsi? Eits, ternyata konsumsi santan juga ada batasnya, lho. Risiko berikut bisa mengintai kalau-kalau terlalu banyak mengkonsumsi santan.
Meski santan dijelaskan memiliki banyak manfaat, namun beberapa kandungan dalam santan berpotensi menimbulkan masalah. Dikutip dari penelitian yang dilakukan Nutrition Reviews dan American Heart Association, berikut adalah masalah yang ditimbulkan oleh santan seperti:
Beberapa produk santan mengandung kalori dan lemak yang tinggi sehingga dapat menyebabkan penambahan berat badan. Santan kemasan juga umumnya mengandung karbohidrat yang dapat difermentasi sehingga dapat menyebabkan masalah pencernaan, seperti diare, sembelit, dan masalah bagi mereka dengan riwayat penyakit iritasi usus besar.
Penderita alergi kacang sebenarnya bisa mengonsumsi produk kelapa, tak terkecuali santan tanpa masalah. Namun, beberapa protein dalam santan mirip dengan kacang sehingga reaksi alergi minim mungkin saja dapat terjadi.
Orang dengan alergi kelapa sebenarnya sangat jarang ditemui. Namun, mereka yang alergi kelapa sebaiknya tidak mengonsumsi santan karena dapat menyebabkan sakit perut, mual, muntah, diare, gatal atau iritasi pada mulut, tenggorokan, mata, atau kulit anafilaksis hingga reaksi parah yang mengancam nyawa.
Santan merupakan salah satu bahan utama yang digunakan dalam masakan tradisional di Indonesia seperti ayam gulai, nasi uduk, kari, hingga serabi. Belum lagi, santan bagi orang Indonesia merupakan pelengkap dari minuman tradisional yang hampir disukai seluruh masyarakat Indonesia, yakni cendol.
Sebenarnya, saat dikonsumsi sebagai bagian dari diet tradisional, asupan kelapa dalam budaya tradisional ini tidak terkait dengan peningkatan risiko penyakit jantung. Namun, hanya jika pola makanan tradisional ini diubah dengan menambahkan bahan-bahan pengawet dan perasa yang lebih modern, barulah peningkatan risiko penyakit jantung bisa muncul.
Jadi, dibandingkan mempermasalahkan boleh atau tidaknya konsumsi santan, mengetahui sumber didapatkannya santan sendiri jauh lebih penting karena berbagai macam produk santan menyajikan kandungan lemak dan kalori yang berbeda.
Baca Juga: Apa Itu Sindrom Leaky Gut atau Usus Bocor?
Secara umum, akan lebih baik untuk mengonsumsi produk santan kemasan dengan bahan-bahan tambahan yang lebih sedikit. Dengan demikian, yang perlu diperhatikan adalah kandungan gula, pengawet, pewarna, perasa hingga BPA dalam produk santan yang akan dikonsumsi, ya.
Pada prinsipnya, mengonsumsi makanan sehat yang bervariasi dan seimbang sangatlah dibutuhkan. Sehingga, dianjurkan untuk tidak mengonsumsi terlalu banyak makanan bersantan. Selain memilih menu diet makanan, diperlukan juga pola hidup sehat yang seimbang seperti menjalankan olahraga yang teratur, konsumsi air yang cukup, mengelola stres dengan baik dan sebagainya.
Kamu masih mau baca artikel menarik tentang info kesehatan, microbiome, dan imun tubuh? Temukan lebih banyak dan lengkap hanya di Nusantics Blog!
Referensi:
Fresh Articles
The most established precision molecular diagnostics company in Indonesia
Find Us
Mon - Fri: 9 a.m. - 6 p.m.
i3L Campus @ Lvl. 3
Jl. Pulomas Barat No.Kav.88, RT.4/RW.9, Kayu Putih, Pulo Gadung,
Jakarta Timur 13210
Contact Us
hello@nusantics.com
+62 (21) 509 194 30
Copyright © 2024 PT Riset Nusantara Genetika, PT Nusantara Butuh Diagnostik. All Rights Reserved.Privacy Policy
© 2024 PT Riset Nusantara Genetika.
Privacy Policy