• Home
  • Blog

share

Pentingnya Microbiome Tanah dan Masa Depan Kita

5 May 2021

Pentingnya Microbiome Tanah dan Masa Depan Kita

Tanpa kamu sadari, tanah adalah tempat tinggal mikroorganisme paling beragam yang tidak terlihat oleh mata telanjang. Diperkirakan ada sekitar 40.000 hingga 50.000 spesies mikroorganisme di setiap gram tanah.

Mikroorganisme di tanah terdiri dari berbagai spesies virus, bakteri, jamur, dan protozoa (
microbiome tanah) yang memiliki peran masing-masing untuk kesuburan tanah. Sebagai manusia, kita bergantung pada tanah yang subur untuk menghasilkan makanan yang berkualitas dan sehat, yang juga akan berpengaruh terhadap kesehatan tubuh.

Microbiome tanah memiliki peran esensial dalam menjaga kesehatan tanah dan mempertahankan fungsi vitalnya di planet ini. Termasuk dekontaminasi tanah melalui proses bioremediasi, pengurai sampah organik, merilis nitrogen dan fosfor, dan menyimpan cadangan karbon dalam tanah yang membantu meregulasi gas rumah kaca.
 

Microbiome Tanah dan Gas Rumah Kaca

microbiome tanah dan gas rumah kaca


Tanpa microbiome tanah, ada banyak ancaman yang timbul di lingkungan, misalnya kualitas tumbuhan yang biasa dikonsumsi manusia, polusi lingkungan menjadi lebih sulit dipurifikasi, cadangan karbon tidak teregulasi dengan baik, dan naiknya produksi gas-gas rumah kaca (seperti gas metana dan dinitro oksida).

Lebih jauh, 
microbiome tanah juga berhubungan dengan perubahan iklim, isu yang menghantui planet ini.

Bakteri yang terdapat di tanah memiliki kemampuan untuk mendaur ulang karbon yang dikumpulkan oleh tumbuhan yang hidup maupun mati. Tumbuhan adalah penyerap karbon dioksida yang baik, namun 
microbiome tanah yang menentukan apakah karbon tersebut disimpan di bawah tanah atau dirilis kembali ke atmosfer, di mana hal ini berkontribusi terhadap perubahan iklim.

Baca Juga: Peran Mikroorganisme pada Tanah yang Sehat

Karbon tiga kali lebih banyak tersimpan di dalam tanah dibandingkan di atmosfer. Tetapi dengan semakin naiknya suhu atmosfer, diperkirakan respirasi bakteri akan meningkat pula. Dampaknya, level karbon dioksida dan gas metana akan semakin banyak terlepas ke atmosfer dan penyimpanan di dalam tanah berkurang.
 

Microbiome Tanah dan Pangan

microbiome tanah dan pangan


Dengan terancamnya kualitas kesuburan tanah dan microbiome tanah yang memengaruhinya, kualitas pangan manusia juga ikut terancam. Kualitas tumbuhan yang ditanam untuk memenuhi kebutuhan pangan tidak bisa lepas dari kualitas tanah.

Microbiology Society dalam wawancaranya dengan Profesor Matthew Goddard, ahli dari University of Lincoln, mengungkapkan bahwa masih banyak yang belum dipelajari dan diketahui terkait bagaimana microbiome tanah memengaruhi ketahanan, kualitas, dan produksi dari tumbuhan dan peternakan yang berkelanjutan (sustainable).

Masalah juga muncul seiring naiknya permintaan pangan di dunia, namun lahan penanaman semakin menyempit, dan masalah kesuburan tanah juga menjadi perhatian akibat pemakaian berbagai bahan kimia.

Salah satu bahan kimia yang digunakan dalam mengendalikan penyakit tanaman adalah fungisida sintetis. Jamur sebagai bagian dari ekosistem dan 
microbiome tanah, memiliki peran sendiri dalam menutrisi tanaman, namun beberapa jenis jamur juga memiliki sifat parasit dan merugikan tanaman. Untuk mengendalikan jamur yang merusak tanaman, digunakanlah fungisida.

Sayangnya, fungisida sintetis bertindak seperti antibiotik dalam tubuh manusia. Penyakit tumbuhan akibat jamur dapat hilang karena mengeliminasi jamur parasit, namun sekaligus membunuh jamur yang bermanfaat untuk tumbuhan.

Para peneliti berharap dengan mengetahui komposisi 
microbiome tanah yang sehat, ke depannya penggunaan bahan kimia, seperti fungisida sintetis, dapat dikurangi atau tidak diperlukan, mempertimbangkan dampaknya pada komposisi microbiome tanah dan kemungkinan terbentuknya resistensi jamur patogen terhadap fungisida yang digunakan.

Baca Juga: Sustainable Development Goals dan Hubungannya dengan Green Bond
 

Usaha Pelestarian Microbiome Tanah

usaha pelestarian microbiome tanah


Untungnya saat ini usaha pelestarian unsur kesuburan biologi tanah semakin disadari oleh banyak pihak. Munculnya praktik-praktik dan edukasi penanaman organik adalah salah satu bentuk usaha menjaga kesuburan tanah dan microbiome di dalamnya.

Dikutip dari 
Pengembangan Pertanian Organik di Indonesia, konsep dasar pertanian organik adalah produksi tanaman yang menghindari atau sedapat mungkin mencegah penggunaan senyawa kimia sintetik, termasuk pupuk, pestisida, dan zat pengatur tumbuh.

Sistem pertanian organik semaksimal mungkin menggunakan cara dan produk-produk seperti:

  • Pergiliran tanaman
  • Penggunaan sisa-sisa tanaman
  • Pupuk kandang (kotoran ternak)
  • Kacangan
  • Pupuk hijau
  • Limbah organik
  • Pupuk mineral batuan
  • Mengendalikan hama secara hayati dan menggunakan bahan organik

Dengan usaha-usaha menjaga biodiversity dan semakin majunya penemuan komposisi microbiome tanah yang sehat, diharapkan kelak penggunaan probiotik juga dapat membantu meningkatkan kesehatan tanah sebagai sumber kehidupan dan bagian dari ekosistem yang krusial.

Baca Juga: Bagaimana Microbiome Membentuk Dunia Kita

Sama seperti tubuh manusia, bumi pun harus dijaga keberagaman microbiome-nya supaya bisa panjang umur dan menjadi rumah yang nyaman bagi kita dan generasi penerus. Yuk, ikut lestarikan sumber daya yang ada di bumi dengan bersikap tanggung jawab, sadar akan kebutuhan (tidak menggunakan apapun secara berlebih), dan kembali ke bahan-bahan alami.

Berbicara tentang kelestarian alam, Nusantics pun memiliki visi untuk bekerja dan menciptakan produk-produk yang 
sustainable living, seperti menggunakan bahan-bahan alami dan bukan bahan berbahaya. Nusantics pun aktif melakukan microbiome research mulai dari tubuh (skin), sampai ke microbiome udara dan tanah.

Long live the soil, long live the planet earth!

Referensi:

Writer: Agnes Octaviani

Editor: Serenata Kedang