• Home
  • Blog

share

Hubungan Paparan Sinar Matahari dengan Microbiome Kita

10 Nov 2021

Hubungan Paparan Sinar Matahari dengan Microbiome Kita

Apakah kamu termasuk salah satu yang mengadaptasi kebiasaan baru selama pandemi? Berkat imbauan banyak pihak dari tenaga kesehatan, salah satu kebiasaan positif yang sebelumnya tidak terlalu menjadi perhatian banyak orang adalah berjemur di pagi hari untuk mendapatkan vitamin D secara alami dan gratis. 

Vitamin D diyakini sebagai salah satu vitamin yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dalam memerangi virus dan penyakit lain.

Lalu, adakah dampak dari paparan sinar matahari terhadap 
microbiome manusia? Nah, penelitian di Kanada yang dipublikasikan dalam Frontiers in Microbiology menemukan adanya hubungan antara sinar matahari dengan komposisi microbiome usus kamu. 

Secara tidak langsung, hal ini juga bisa menjawab bagaimana berjemur dapat meningkatkan daya tahan tubuh kamu 
melalui keragaman microbiome.

Baca Juga: Pukul Berapa Waktu Berjemur yang Paling Baik?

Microbiome adalah kumpulan berbagai jenis dan spesies mikroorganisme (jamur, virus, bakteri, archaea) yang hidup dalam sebuah ekosistem. Dalam tubuh manusia, jumlah microbiome lebih banyak daripada jumlah sel, sebagian besarnya tinggal di usus manusia. 

Peran dan manfaat 
microbiome hingga saat ini masih diteliti oleh para ilmuwan, namun telah diketahui keberadaan mereka yang tidak terlihat ini memang memengaruhi berbagai fungsi organ dan kesehatan manusia secara keseluruhan.
 

Sinar Ultraviolet B Memengaruhi Keragaman Microbiome usus

sinar uvb dan microbiome


Saat ini telah diketahui kurangnya paparan sinar matahari dapat mengakibatkan kekurangan kadar vitamin D dalam tubuh, ditambah kekurangan ragam komposisi microbiome usu, efek yang ditimbulkan untuk kesehatan salah satunya adalah sindrom iritasi usus besar. Tubuh manusia dapat mengolah sinar matahari yang didapat dari kulit dan mengubahnya menjadi vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh.

Ilmuwan di Kanada melakukan uji coba pada beberapa sukarelawan untuk menerima paparan sinar ultraviolet B (UVB) tiga kali dalam seminggu. Karena dilakukan saat musim dingin, para sukarelawan kekurangan paparan sinar matahari alami, sebagian di antaranya juga diketahui mengonsumsi suplemen vitamin D. 


Baca Juga: Benarkah Cahaya Matahari Meningkatkan Bakteri Baik di Usus dan Vitamin D?

Setelah seminggu, setiap partisipan menunjukkan peningkatan kadar vitamin D dalam tubuhnya dan ditemukan komposisi microbiome usus mereka lebih beragam. Para peneliti mengatakan, orang yang sehat cenderung memiliki keragaman komposisi microbiome, artinya terdapat lebih banyak jenis bakteri, virus, atau jamur yang berkoloni di tubuh.

Hasil penelitian ini tentu dapat menjadi kabar baik bagi para pengidap sindrom iritasi usus besar, sebab para pengidapnya diketahui memiliki masalah penyerapan nutrisi di sistem pencernaan mereka. 

Dengan meningkatkan keragaman 
microbiome usus melalui paparan sinar matahari dan kadar vitamin D, kemungkinan dapat meringankan hingga mengatasi gejala-gejala yang timbul akibat sindrom ini.

Walau terlihat sangat menjanjikan, para peneliti berpendapat penelitian ini perlu dilakukan dalam skala yang lebih luas dengan profil partisipan yang lebih beragam dari segi fisik untuk mengetahui secara pasti bagaimana hubungan paparan sinar UV dan potensinya dalam meningkatkan keragaman 
microbiome usus.

Penelitian ini menggunakan lampu sinar UVB yang tidak menyebabkan kulit terbakar serta dikontrol dan diawasi oleh para peneliti, sehingga belum dapat dipastikan seberapa lama kamu perlu menghabiskan waktu berjemur untuk dapat memproduksi vitamin D yang cukup. 

Produksi vitamin D dari sinar matahari yang alami bergantung pada berbagai faktor, misalnya tipe kulit dan tingkat radiasi sinar UV di lingkungan masing-masing. Kamu juga perlu ingat untuk membatasi waktu paparan sinar UV ke kulit kamu agar tidak terlalu lama, apalagi tanpa perlindungan 
sunscreen.

Komposisi 
microbiome kulit kamu saat ini adalah hasil dari kebiasaan paparan sinar matahari selama seumur hidup kamu. Ketika kebiasaan kamu tiba-tiba berubah dengan meningkatkan lamanya paparan sinar UV, microbiome kulit kamu juga akan ikut berubah. Pergeseran komposisi inilah yang dapat memicu berbagai masalah kulit.

Sinar UV 
diketahui dapat memicu produksi zat antimikroba, sehingga berdampak pada sistem kekebalan tubuh dan akhirnya menekan respon sel imun. Hal ini kemungkinan dapat memicu karsinogenesis kulit serta mendukung berbagai infeksi patogen dan beberapa kondisi kulit lainnya.
 

Meningkatkan Keragaman Microbiome

meningkatkan keragaman microbiome


Setelah mengetahui pentingnya paparan sinar matahari untuk kesehatan kamu, tentu akan menambah alasan mengapa kamu perlu beraktivitas di luar ruangan. Tak hanya sinar matahari, tetapi microbiome yang hadir di udara serta lingkungan sekitar juga ikut berperan dalam meningkatkan keragaman microbiome tubuh kamu.

Apapun kegiatan luar ruangan favorit kamu, seperti berkebun, olahraga, naik gunung, bermain di pantai, dan lain sebagainya, kamu akan mendapatkan manfaat dari 
microbiome lingkungan yang alami. 

Baca Juga: Benarkah Pepohonan di Sekitar Kita Membuat Kita Tetap Sehat?

Tetapi juga perlu diingat bahwa microbiome lingkungan sekitar juga terpengaruh oleh berbagai faktor lain, misalnya banyaknya penggunaan desinfektan. Ditemukan juga bahwa keragaman microbiome di perkotaan lebih sedikit daripada di pedesaan yang lebih banyak terlibat dengan lingkungan alami.

Kamu juga dapat meningkatkan keragaman 
microbiome usus kamu melalui kebiasaan makan kamu sehari-hari. Usahakan untuk memasukkan menu makanan prebiotik dan probiotik ke dalam diet kamu sehari-hari. 

Makanan prebiotik secara umum adalah makanan berserat yang menjadi makanan untuk 
microbiome kamu, misalnya sayuran dan buah-buahan. Sedangkan probiotik adalah makanan yang mengandung bakteri bermanfaat dan berpotensi menambah jumlah dan jenis koloni microbiome di tubuh kamu. Probiotik bisa didapat dari makanan-makanan yang difermentasi, misalnya tempe, kimchi, miso, atau yoghurt.

Nah, Nusantics juga bisa membantu kamu mengetahui komposisi 
microbiome kulit kamu di layanan Biome Scan. Dengan mengenal kulit kamu lebih dalam lagi, kamu dapat mengetahui bagaimana cara merawat kulit kamu dengan lebih akurat, sehingga tak perlu lagi menebak-nebak mana bahan skincare yang cocok untuk kamu.

Referensi:

Writer: Agnes Octaviani

Editor: Serenata Kedang