Blog
Doyan Makan Gorengan? Bisa Jadi Karena Microbiome Kamu, Lho!
May 14, 2024 by Panji Kustiawan
Share
Banyak yang meyakini bahwa manusia merupakan spesies terkuat di bumi. Manusia memiliki kecerdasan dan memiliki kekuatan untuk mengendalikan segala sesuatu yang ada di bumi.
Tetapi, apakah kamu tahu bahwa manusia super cerdas ini juga sebenarnya “dikendalikan” oleh organisme kecil yang hidup di dalam atau ada di permukaan tubuhnya? Yup, microbiome!
Microbiome merupakan kumpulan triliunan mikroorganisme yang menghuni tubuh manusia, terdiri dari bakteri, jamur, virus, dan archaea. Microbiome disebut-sebut sebagai penentu fisik dan mental yang sehat.
Kenapa bisa begitu? Karena microbiome pada dasarnya memang bekerja memengaruhi otak, yang nantinya berdampak pula terhadap perilaku manusia itu sendiri. Bahkan, perilaku sesederhana kebiasaan makan saja ternyata bisa dipengaruhi oleh microbiome, lho!
Contohnya, kalau kamu suka makan makanan tertentu, microbiome tubuh kamu bisa “nagih” makanan ini terus menerus, alias membuat kamu craving. “Kalau belum makan itu, kok rasanya belum enak?” Pasti kamu pernah kan mengalami hal ini?
Termasuk kebiasaan kamu makan gorengan, nih! Di bulan puasa ini, makan gorengan saat buka puasa sebelum makan besar, pasti jadi kebiasaan, kan? Kalau belum makan gorengan, rasanya pasti ada yang kurang.
Hmm, tapi apa kebiasaan kamu makan gorengan ini disebabkan oleh microbiome? Yuk, simak ulasan lengkapnya di bawah ini!
Sebagaimana kita tahu, bakteri dapat ditemukan di mana-mana. Mulai dari udara yang dihirup, air yang diminum, makanan yang dikonsumsi, di dalam dan di permukaan tubuh, hal-hal yang digunakan seperti ponsel, laptop, tab, bahkan pakaian dan peralatan yang sudah dicuci, dan lain-lain.
Dilansir dari situs web Biotecnika, manusia memulai “hubungan” dengan bakteri di dalam rahim ibu. Bakteri tak terhitung banyaknya yang ada di dalam rahim ibu, menutupi setiap bagian tubuh kita saat masih bayi.
Baca Juga: Masa Depan Bayi Dipengaruhi Microbiome pada Ibu Hamil? Ini Penjelasannya!
Ibu hamil melepaskan beberapa molekul yang masuk ke otak janin dan ‘menanam’ bayi mereka dengan mikroba ini saat melahirkan. Setelah lahir, gula khusus yang ada di dalam ASI memberi makan dan mendukung bakteri ini.
Selama beberapa tahun pertama kehidupan bayi, baik otak maupun mikroba berkembang pesat. Bakteri-bakteri bawaan dari ibu ini membantu dalam pengembangan sistem kekebalan tubuh bayi dan mengembangkan komunitas microbiome yang sehat di dalam tubuh manusia.
Setelah makanan padat diperkenalkan pada bayi, hal tersebut menjadi faktor penting yang berdampak lebih kuat pada pemeliharaan dan pematangan organisasi mikrobiota usus selanjutnya selama masa hidup.
Jadi, memang sejak lahir bahkan sejak dalam pembentukan di dalam perut pun, hidup kita memang sudah selalu dikelilingi oleh microbiome, ya!
Ada beberapa kategori bakteri di dalam tubuh manusia. Misalnya saja yang ada di mulut dan dapat merusak gigi jika kita tidak membersihkannya setiap hari.
Bakteri lainnya adalah bakteri ramah yang tinggal di usus kita. Dikutip dari Kurzgesagt - In a Nutshell, komunitas microbiome yang ada di usus manusia sangat penting untuk menjaga ekosistem usus serta memainkan peran penting dalam mengumpulkan energi dari makanan dan memproduksi zat gizi mikro.
Microbiome usus melakukan fermentasi substrat yang tidak dapat dicerna, seperti serat makanan yang pada gilirannya mendukung pertumbuhan asam lemak rantai pendek dan gas yang menghasilkan mikroba.
Setiap manusia memiliki microbiome yang khas. Dalam beberapa tahun terakhir, pemahaman tentang pengaruh microbiome usus jauh lebih dalam. Misalnya, pada zaman sekarang ini, microbiome usus sudah lebih dipahami punya kaitan erat dengan kesehatan dan penyakit yang dialami manusia.
Baca Juga: Mengapa Microbiome Kamu dan Orang Lain Bisa Berbeda?
Tak hanya itu, microbiome pun dianggap berperan penting pula terhadap perilaku seseorang. Misalnya, keinginan untuk makanan tertentu, perlindungan sistem kekebalan, pengaturan perilaku atau peran dalam beberapa gangguan seperti depresi, autisme, demensia, dan banyak lainnya, di semua ini, komunitas bakteri tubuh kita memainkan peran yang sangat
penting. Oleh karena itu, microbiome sekarang dianggap sebagai organ vital tubuh manusia.
Terdapat beberapa bukti yang menunjukkan sistem kekebalan manusia dan mikroba berkomunikasi satu sama lain dan menghasilkan respons yang spesifik.
Beberapa peneliti sedang meneliti bagaimana sistem kekebalan tubuh manusia berinteraksi dengan microbiome dan bagaimana hubungan itu dapat berfungsi pada penyakit tertentu.
Misalnya, bakteri tertentu yang ada di lapisan usus mengeluarkan jumlah antibodi yang berlebihan ke dalam usus, yang dapat membantu dalam memahami jenis antibodi yang dibuat, dan bagaimana tubuh mencoba mengatur interaksi antara manusia dan bakteri dari luar.
Nah, ternyata fakta lainnya microbiome bahkan dapat berbicara dengan otak kita, lho! Fenomena ini disebut sebagai gut-brain axis, didukung oleh penelitian tahun 2018 yang menyebutkan bahwa otak dan usus “tersambung” melalui sinyal biokimia di sistem saraf saluran pencernaan, yang disebut sistem saraf enterik dan sistem saraf pusat.
Microbiome tidak hanya berinteraksi tetapi memengaruhi sistem saraf kita atau mungkin juga suasana hati kita. Di usus, beberapa senyawa neuroaktif disintesis yang berdampak besar pada kesehatan mental.
Studi yang dimuat dalam jurnal Frontiers in Neuroscince telah melaporkan produksi DOPAC, metabolit neurotransmitter dopamin pada manusia terkait dengan kualitas hidup mental yang lebih sehat.
Dopamin dan serotonin memiliki peran gabungan di otak dan ketidakseimbangan yang terkait dengannya. Sekitar 90% serotonin yang merupakan pembawa pesan penting untuk sistem kekebalan, diproduksi di usus.
Baca Juga: Benarkah Usus Berkaitan dengan Cara Kerja Otak?
The ultimate question! Jadi, kebiasaan kita makan gorengan dan craving setiap hari ini karena “ulah”-nya microbiome atau bukan, sih?
Microbiome yang awalnya berasal dari ibu kita, berkembang dan berubah tergantung pada apa yang sering kita makan. Misalnya, beberapa bakteri menyukai serat sedangkan beberapa menyukai keju.
Seperti yang dijelaskan Kurzgesagt - In a Nutshell, jika kita makan banyak makanan cepat saji, kita membiakkan bakteri pecinta makanan cepat saji yang mengambil tempat untuk bakteri pemakan nabati dan juga mengirimkan sinyal ke otak untuk makan makanan cepat saji lagi dan lagi.
Jadi, microbiome usus tampaknya memang memainkan peran penting dalam kebiasaan makan seseorang. Namun, berita baiknya, pengaruh microbiome ini sangat bisa diubah!
Caranya, dengan memulai kurangi asupan gorengan dan mulai konsumsi makanan sehat. Apabila asupan gorengan berkurang, digantikan dengan asupan makanan sehat, microbiome usus kamu pun akan beradaptasi, melupakan gorengan, dan akhirnya jadi craving makanan sehat terus menerus.
Intinya, kamu harus mau dulu untuk berubah dan mulai. Kalau kamu sendiri belum berniat untuk menghentikan kebiasaan makan gorengan dan mengganti dengan asupan yang lebih sehat, sampai kapanpun, microbiome kamu juga tidak akan berubah craving-nya.
Keren banget ya, microbiome dan tubuh manusia itu!
Buat kamu yang masih penasaran dan senang dengan artikel bertema microbiome, kesehatan usus, meditasi, atau sistem imun tubuh, yuk mampir ke Nusantics Blog!
Referensi:
Fresh Articles
The most established precision molecular diagnostics company in Indonesia
Find Us
Mon - Fri: 9 a.m. - 6 p.m.
i3L Campus @ Lvl. 3
Jl. Pulomas Barat No.Kav.88, RT.4/RW.9, Kayu Putih, Pulo Gadung,
Jakarta Timur 13210
Contact Us
hello@nusantics.com
+62 (21) 509 194 30
Copyright © 2024 PT Riset Nusantara Genetika, PT Nusantara Butuh Diagnostik. All Rights Reserved.Privacy Policy
© 2024 PT Riset Nusantara Genetika.
Privacy Policy