• Home
  • Blog

share

Benarkah Sebagian Besar Tubuh Manusia adalah Microbiome?

25 Nov 2020

Benarkah Sebagian Besar Tubuh Manusia adalah Microbiome?

Umumnya, diketahui tubuh manusia terdiri dari air, otot, tulang, dan organ-organ lainnya. Namun ketika diteliti lebih detail lagi, masih ada sel-sel tubuh yang berperan dalam membangun tubuh manusia.  Namun nyatanya, sel dalam tubuh manusia masih kalah jumlahnya dengan microbiome.

Sel manusia hanya berjumlah sekitar 43% dari total sel dalam tubuh, sisanya adalah koloni mikroskopik yang biasa disebut sebagai 
microbiomeMicrobiome di tubuh manusia ini terdiri dari berbagai koloni bakteri, jamur, virus, dan mikroorganisme lainnya. Bersama-sama, mereka membantu kinerja tubuh kamu agar dapat selalu sehat dan berjalan normal.

Dalam jurnal penelitian 
Role of the Microbiota in Immunity and Inflammationdijelaskan bahwa mikrobiota memainkan peran yang besar pada induksi, pelatihan, dan fungsi sistem kekebalan tubuh. Sebagai gantinya, sistem imun kamu telah berevolusi untuk mempertahankan hubungan simbiosis antara inang (tubuh manusia) dengan mikroba yang sangat beragam dan terus berkembang. 

Ketika beroperasi secara optimal, sistem imun bersama 
microbiome ini memungkinkan respon protektif terhadap patogen dan pemeliharaan toleransi terhadap antigen yang tidak berbahaya. 

Saat ini dunia medis telah meneliti 
microbiome lebih lanjut untuk memahami kaitan microbiome manusia dengan berbagai penyakit, mulai dari alergi hingga parkinson. Harapan ke depannya, pencegahan dan pengobatan untuk penyakit manusia dapat dilakukan dengan cara yang lebih inovatif.
 

Peran Microbiome dalam Hidup Manusia

peran microbiome dalam tubuh manusia


Definisi dari microbiome manusia adalah seluruh mikroba yang tinggal pada tubuh, sekaligus seluruh gen. Semuanya memiliki kemampuan metabolis untuk mendukung kesehatan kamu. 

Microbiome ini hidup di dalam dan di permukaan tubuh manusia, perannya mendukung kesehatan tubuh dengan cara membantu pencernaan serta memberikan mekanisme proteksi pada tubuh.

Microbiome mengekstraksi vitamin dan nutrisi yang kamu butuhkan untuk hidup di dalam pencernaan, mengajarkan sistem imun bagaimana membedakan mikroorganisme yang berbahaya, memproduksi zat anti peradangan untuk tubuh, bahkan memproduksi zat kimia yang dapat melawan patogen.

Microbiome merupakan bagian dari evolusi manusia, ikut beradaptasi dengan lingkungan, makanan, dan gaya hidup. Ketika keseimbangan mereka terganggu, hal inilah yang dapat memicu penyakit pada kamu.

Terjadinya ketidakseimbangan atau disbiosis dalam ekosistem 
microbiome manusia dapat mengganggu sistem imun, lho. Para ilmuwan menduga salah satu pemicunya adalah kemajuan dunia medis yang membuat manusia menerima antibiotik terlalu banyak, produk-produk kebersihan yang berlebihan, hingga meningkatnya jumlah bayi yang lahir dengan prosedur Caesar.
 

Menjaga Keseimbangan dan Keragaman Microbiome

menjaga keseimbangan dan microbiome


Agar keseimbangan dan keragaman microbiome di tubuh tidak terganggu, poin utamanya ialah kamu harus menerapkan gaya hidup sehat. 

Pertama, mulailah menyadari apa yang kamu makan. Makanan tidak sehat seperti 
fast food, seringkali mengandung garam, gula, lemak jenuh, dan minyak yang berlebihan.

Memilih makanan yang memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral harian dapat mendukung kesehatan tubuh secara keseluruhan. Selain itu, mengonsumsi serat prebiotik dan makanan probiotik lainnya juga sangat baik untuk ekosistem 
microbiome di usus. Selengkapnya tentang prebiotik dan probiotik dapat dibaca di sini.

Mengelola stres juga perlu dilakukan karena kesehatan mental dan otak memengaruhi kinerja organ-organ, termasuk ekosistem 
microbiome dalam tubuh. Hal ini disebabkan oleh reaksi tubuh manusia yang mengeluarkan hormon-hormon seperti kortisol, adrenalin, dan epinefrin ketika sedang merasa stres, cemas, dan takut. 

Hormon-hormon tersebut akan mengalihkan beberapa fungsi kekebalan tubuh dan 
microbiome yang seharusnya melawan patogen. Akhirnya, kekebalan tubuh turun dan timbul beberapa macam masalah kesehatan. Salah satu dampak yang biasanya muncul adalah timbulnya jerawat. Mau tahu lebih banyak tentang hubungan stres dengan jerawat? Baca selengkapnya di sini, ya.

Kalau kamu punya masalah kulit yang tidak kunjung membaik atau sering kambuh, bisa jadi ini akibat ketidakseimbangan 
microbiome di tubuh kamu. Kamu bisa berkonsultasi dengan Nusantics dan mencoba Biome Scan yang punya teknologi canggih untuk mengetahui komposisi microbiome di wajah kamu dan mendeteksi akar masalahnya. Segera daftarkan diri di sini, yuk.

Referensi:

Writer: Agnes Octaviani

Editor: Serenata Kedang