Blog
Bagaimana Bakteri Membentuk Planet Bumi
September 09, 2022 by Tami Kira
Share
Sampai saat ini, Bumi merupakan satu-satunya planet yang memiliki kehidupan di dalamnya. New Scientist menyebutkan, pada awal Bumi terbentuk, tidak ada tanaman, hewan, dan manusia, melainkan hanya ada sungai, hamparan bebatuan, dan lautan.
Walaupun masih diselimuti dengan berbagai macam pertanyaan tentang awal mulanya, manusia akhirnya memulai kehidupan dan berevolusi seiring zaman dengan mempelajari satu hal yang pasti, penghuni pertama di planet Bumi adalah bakteri.
Dilansir dari artikel berjudul “The Origins of Life on Earth”, Cyanobacteria menjadi “penduduk” pertama di Bumi. Fosil bakteri yang juga sering disebut dengan alga biru-hijau ini ditemukan di bebatuan di bagian barat Australia sekitar 3.5 miliar tahun yang lalu.
Meskipun disebut sebagai alga biru-hijau, nyatanya Cyanobacteria adalah bakteri tulen yang bersifat prokariotik, yaitu hanya memiliki satu sel saja, tanpa organel dan inti sel. Karena diselimuti oleh oksigen dan metana yang tinggi, tidak ada satupun makhluk hidup yang dapat bertahan di Bumi, kecuali mikroba.
Melansir Natural History, bukti yang menunjukkan keberadaan mikroba ini miliaran tahun yang lalu tersebut adalah “stromatolites”, sejenis tikar lengket yang berasal dari mikroba itu sendiri untuk membentuk lapisan sedimen yang mengeras sehingga bisa ditemukan sebagai fosil.
Selain menjadi penghuni pertama planet Bumi, fotosintesis pertama juga dilakukan oleh Cyanobacteria yang menggunakan perpaduan oksigen dan sinar matahari untuk menghasilkan oksigen. Peristiwa inilah yang menjadi cikal bakal naiknya kadar oksigen di permukaan Bumi.
Baca Juga: Space Microbiome dan Keberhasilan Misi Luar Angkasa Para Astronot
Dilansir dari artikel yang berjudul “Evolution of Bacteria”, bakteri yang diduga muncul sejak awal zaman prakambrium (bagian paling awal dari sejarah Bumi) ini memiliki waktu berlimpah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya saat itu agar bisa bertahan hidup.
Bakteri yang awalnya bersifat prokariotik (makhluk hidup yang tidak memiliki membran inti sel), perlahan melakukan mutasi yang menjadikannya eukariotik (memiliki inti sel/ nukleus).
Dikutip dari artikel Natural History, keadaan bakteri mulai berubah ketika mikroba “hidup” di dalam mikroba lain dan berperan sebagai organel. Kini, dikenal dengan nama mitokondria, bertugas memproses makanan menjadi energi.
Pada saat itulah bakteri akhirnya memiliki inti sel dengan sel-sel lainnya yang lebih kompleks. Nah, sel-sel yang berkembang inilah yang menghasilkan hewan-hewan pertama seperti sponge di lautan dan pada kemudian membentuk moluska, antropoda, annelida, dan sebagainya.
Sampai hari ini, hewan-hewan di atas masih menjadi dasar dari perkembangan makhluk hidup di Bumi.
Baca Juga: Shinrin Yoku, Tradisi Jepang Yang Bikin Tubuh Sehat
Seperti makhluk hidup pada umumnya, bakteri juga memiliki beberapa faktor khusus yang membantunya berkembang. Mengutip Britannica, ada dua faktor besar yang memengaruhinya, yaitu kebutuhan nutrisi dan fisik.
Berdasarkan kebutuhan nutrisinya, bakteri terbagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu bakteri yang memerlukan sumber dari karbon dan energi.
Bakteri yang membutuhkan nutrisi dari karbon berkomponen anorganik seperti karbondioksida (CO2) disebut autotrof.
Sedangkan bakteri yang membutuhkan komponen organik yang meliputi gula, protein, lemak, atau asam amino disebut heterotrof.
Melengkapi kebutuhan nutrisi yang didapat dari karbon, bakteri juga memerlukan asupan energi yang didapat dari proses transfer elektron. Sumber energi yang dibutuhkan berasal dari elektron yang terdapat pada cahaya matahari untuk fotosintesis, komponen organik, dan juga anorganik.
Sebagai pelengkap sumber nutrisi di atas, bakteri juga sangat membutuhkan zat besi untuk bertumbuh. Sebagai contoh, sel darah merah (hemoglobin) memiliki kandungan zat besi yang melimpah dan berperan besar dalam kehidupan manusia.
Namun, ada juga bakteri seperti Chlamydia yang bersifat parasit dan hanya bisa tumbuh serta berkembang dengan hidup di dalam tubuh sel inangnya.
Bakteri yang beragam jenisnya memiliki kebutuhan akan lingkungan hidup yang berbeda. Namun secara garis besar, faktor-faktor yang memengaruhinya adalah:
Bakteri seperti Mycobacterium tuberculosis yang hanya bisa tumbuh di lingkungan dengan kadar oksigen tinggi disebut sebagai bakteri aerob.
Sedangkan bakteri yang hanya bisa hidup di lingkungan tanpa oksigen seperti E. coli dan Clostridium disebut sebagai bakteri anaerob.
Pada umumnya, bakteri bisa hidup di pH netral dengan kisaran 5 - 8.
Layaknya manusia, bakteri juga memerlukan air untuk berkembang. Namun biasanya bakteri cenderung memilih lingkungan yang memiliki kandungan garam dengan kadar di antara 5 - 20%.
Baca Juga: Seperti Apa Perubahan Laut di Masa Depan?
Memiliki peran yang besar dalam membentuk planet Bumi, bakteri yang juga merupakan microbiome sangat memengaruhi hidup manusia.
Karena, sejak kelahiran dan menjalani kehidupan di Bumi, manusia sudah berinteraksi dengan microbiome di sekitarnya dan juga yang ada di dalam tubuhnya.
Tidak melulu merugikan, nyatanya bakteri dan berbagai macam microbiome lainnya memiliki banyak manfaat yang dirangkum dari Britannica dan Ohio Online berikut ini:
Kini kita mengetahui bahwa bakteri yang seringkali dipandang sebelah mata nyatanya merupakan penghuni pertama planet Bumi dan dalam ratusan juta tahun berevolusi dan membentuk kehidupan yang kita ketahui selama ini.
Selain itu, bakteri dan microbiome juga sangat berguna bagi kehidupan manusia. Yuk belajar lebih lanjut tentang bakteri dan microbiome dari artikel yang ada di Nusantic Blog. Selamat membaca!
Referensi:
Fresh Articles
The most established precision molecular diagnostics company in Indonesia
Find Us
Mon - Fri: 9 a.m. - 6 p.m.
i3L Campus @ Lvl. 3
Jl. Pulomas Barat No.Kav.88, RT.4/RW.9, Kayu Putih, Pulo Gadung,
Jakarta Timur 13210
Contact Us
hello@nusantics.com
+62 (21) 509 194 30
Copyright © 2024 PT Riset Nusantara Genetika, PT Nusantara Butuh Diagnostik. All Rights Reserved.Privacy Policy
© 2024 PT Riset Nusantara Genetika.
Privacy Policy