Blog
3 Hal Penting Tentang Covid-19 Varian Delta
August 26, 2022 by Lintang Zahrima Kalsum
Share
Pandemi belum juga usai.
Lelah? Sudah pasti, ya. Namun, kita memang tidak bisa menyalahkan satu pihak saja atas wabah ini. Yang jelas, virus Covid-19 itu nyata, bermutasi, dan bukan microbiome baik bagi tubuh.
Keadaan bulan Juni-Juli 2021 ini cukup parah karena adanya varian Delta. Tak dipungkiri, dalam beberapa minggu terakhir kita sering sekali mendengar kabar duka karena tingginya kasus Covid-19.
Covid varian delta ini adalah jenis virus yang lebih parah dan cepat penularannya menurut WHO. Dilaporkan per 5 Juli 2021, varian delta sudah menyebar ke 96 negara di dunia. Varian delta diidentifikasi pertama kali di India pada bulan Desember 2020 dan menyebar ke wilayah Eropa dan Amerika.
Berdasarkan penjelasan dari Pakar Nephrology Yale Medicine, Perry Wilson, pada dasarnya, virus memang bermutasi atau mengalami perubahan, bahkan bereplikasi dari waktu ke waktu dan menyebar.
Salah satu cara untuk menghentikan mutasi dan penyebaran ini ialah dengan membatasi mobilitas, tidak berkerumun, menggunakan masker, rajin mencuci tangan, dan pastinya mendapatkan vaksin.
Namun, supaya kamu tidak terlalu stres dan well-prepared dengan situasi saat ini, berikut beberapa hal yang harus kamu ketahui tentang Covid-19 varian delta.
Vaksin menjadi salah satu “senjata” bagi tubuh untuk bisa latihan melawan virus. Pada dasarnya, vaksin bekerja dengan memasukkan virus sejenis yang dilemahkan (atau bisa juga menggunakan metode mRNA, baca di sini selengkapnya), yang sengaja dimasukkan ke dalam tubuh manusia untuk melatih sistem imun kita.
Dengan berlatih melawan virus “lemah” ini, tubuh jadi mengenal seperti apa rupa musuhnya. Jadi, saat virus sesungguhnya masuk ke dalam tubuh, sistem imun sudah tahu harus menggunakan cara apa untuk memusnahkan virus ini.
Nah, sayangnya, banyak sekali berita-berita bohong alias hoax bertebaran di sosial media. Mulai dari “hati-hati vaksin bisa memasukkan chip ke dalam tubuh” atau “vaksin bisa menyebabkan positif covid” atau bahkan “vaksin akal-akalan pemerintah.”
Terlepas dari benar ada atau tidaknya virus Covid-19, yang jelas, gejalanya ada, penyebarannya cepat, dan tagihan berobatnya pun besar.
Baca Juga: Yuk, Kenali Ragam Jenis Vaksin yang Ada di Indonesia!
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan vaksinasi disebut sebagai upaya menjadikan seseorang untuk kebal atau terlindungi dari suatu penyakit. Sehingga apabila suatu saat terpapar dengan penyakit tersebut, tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Faktanya, Covid-19 varian delta jauh lebih berbahaya dari Covid-19 alfa karena telah menyumbang 91% kasus baru di Inggris. Upaya preventif harus dilakukan salah satunya dengan vaksinasi. Vaksinasi sudah dipastikan sangat efektif mencegah penyakit parah dan kematian dan juga sebuah usaha untuk memutus rantai penularan Covid-19 seperti yang diungkapkan dalam petunjuk teknis Covid-19.
Menurut WHO, kemunculan varian delta ini salah satunya adalah kurang cepatnya mewujudkan imunitas sosial yaitu distribusi vaksin yang lambat dan tidak merata. Maka, vaksinasi menjadi salah satu langkah pencegahan yang disarankan oleh WHO selain mematuhi protokol kesehatan.
Penelitian dari International Journal of Environmental Research and Public Health menyebutkan tingkat serangan bagi mereka yang divaksin lebih menurun dari mereka yang tidak. Di Korea Selatan, hasil penelitian menunjukkan penurunan tingkat serangan bagi mereka yang divaksin turun sebesar 3,9%.
Andai kata slogan di atas untuk pengiriman paket, sudah pasti banyak yang mengantri, ya. Sayangnya, slogan tersebut malah digunakan untuk penyebaran virus Covid-19, terutama varian delta yang disebut-sebut punya penyebaran lebih cepat.
Sebenarnya, virus pasti selalu bermutasi. Bisa jadi semakin lemah, bisa jadi juga semakin kuat dan berbahaya. British Medical Journal News menyebut Covid-19 varian delta adalah versi "peningkatan" dari varian alfa.
Covid-19 varian delta lebih mudah dan cepat menular dibanding varian alfa. Covid-19 varian delta bermula di India dan Inggris Raya pada akhir 2020 dan hanya dalam waktu kurang dari 6 bulan sudah menyebar ke Amerika Serikat dan membuat kasus di Amerika Serikat meningkat sebanyak 20%.
Pakar Nephrology Yale Medicine, Perry Wilson menyebut Covid-19 varian delta menyebar 50% lebih cepat daripada varian alfa dan 75% lebih menular daripada alfa.
Secara analogi, jika ada lingkungan yang tidak mematuhi protokol kesehatan dan enggan vaksinasi, pada Covid-19 varian alfa setiap orang akan menularkan setidaknya kepada 2,5 orang lainnya. Sedangkan pada Covid-19 varian delta, setiap orang akan menularkan paling tidak kepada 3,5 sampai 4 orang lainnya.
Baca Juga: Ketidakseimbangan Microbiome Usus Memperparah COVID-19?
Gavi The Vaccine Alliance menyebut risiko rawat inap Covid-19 varian delta dua kali lipat dibanding varian alfa. Paparan Covid-19 untuk risiko rawat inap bagi mereka yang sudah divaksin akan lebih kecil dampaknya daripada mereka yang belum divaksin.
Dalam penelitian Soongsil University, Korea Selatan risiko rawat inap dan kematian dapat ditekan cukup signifikan dengan langkah perketat protokol kesehatan dan program vaksinasi. Dengan upaya tersebut, risiko rawat inap turun drastis sebesar 45% dan risiko kematian turun cukup drastis sebesar 43%.
Sesuai dengan artikel yang dirilis Kementerian Kesehatan Indonesia, negara kita mulai membuka program vaksinasi sejak 13 Januari 2021. Meski awalnya laju vaksin lambat, tapi belakangan ini sudah mulai meningkat.
Tercatat hingga 25 Juli 2021, Portal Covid-19 melaporkan jumlah masyarakat yang sudah divaksin sekitar 17.906.504 orang sudah divaksin Covid-19 dosis kedua dan sejumlah 44.469.974 orang sudah divaksin Covid-19 dosis pertama.
Masih terbilang jauh dari target, but we’re seeing some progress here! Kamu sendiri, sudah divaksin atau belum?
Baca Juga: 6 Pertanyaan Seputar Vaksin COVID-19 dan Jawabannya
Yuk, mampir ke Nusantics Blog untuk baca artikel menarik lainnya tentang microbiome, perkembangan virus Covid-19, dan kesehatan lainnya!
Sebagai perusahaan bioteknologi microbiome pertama di Indonesia, Nusantics pun berdedikasi membantu negara agar pandemi ini cepat usai. Salah satu caranya ialah dengan menciptakan metode swab kumur atau PCR kumur pertama di Indonesia, yakni BioSaliva. Tak perlu dicolok-colok lagi, kamu bisa melakukan tes Covid-19 hanya dengan berkumur! Tertarik mencoba? Kamu juga dapat memesannya dari rumah dalam bentuk PUMU Take Home Kit di sini!
Referensi:
Fresh Articles
The most established precision molecular diagnostics company in Indonesia
Find Us
Mon - Fri: 9 a.m. - 6 p.m.
i3L Campus @ Lvl. 3
Jl. Pulomas Barat No.Kav.88, RT.4/RW.9, Kayu Putih, Pulo Gadung,
Jakarta Timur 13210
Contact Us
hello@nusantics.com
+62 (21) 509 194 30
Copyright © 2024 PT Riset Nusantara Genetika, PT Nusantara Butuh Diagnostik. All Rights Reserved.Privacy Policy
© 2024 PT Riset Nusantara Genetika.
Privacy Policy