Blog
Tak Hanya Covid-19, Kenali Beberapa Penyakit Airborne yang Disebabkan oleh Virus
December 11, 2024 by Ria Theresia Situmorang
Share
Penyakit airborne adalah istilah yang mengacu pada virus yang dapat ditularkan melalui udara. Virus ini biasanya ditularkan melalui droplet kecil air atau lendir yang dilepaskan ke udara ketika orang yang terinfeksi bersin, batuk, atau berbicara.
Setelah dilepaskan, tetesan ini dapat melakukan perjalanan melalui udara dan menginfeksi orang lain yang menghirupnya. Untuk mengetahui lebih dalam, yuk simak apa itu penyakit airborne, macam-macam penyakitnya dan cara mencegahnya.
Airborne sendiri berarti dapat berpindah melalui udara. Jadi, penyakit airborne merupakan penyakit yang disebabkan oleh patogen yang dapat menginfeksi melalui udara. Jenis patogen ini sangat berbahaya karena dapat ditularkan jarak jauh dan dapat menginfeksi banyak orang sekaligus. Cara paling umum patogen di udara menyebar adalah melalui droplet yang dilepaskan ketika orang yang terinfeksi berbicara, batuk, atau bersin. Droplet atau percikan yang sangat kecil ini dapat terbang membawa patogen dan dapat dihirup oleh orang lain di dekatnya.
Berbagai patogen di udara dapat menyebabkan berbagai penyakit, dari yang ringan hingga yang berat. Penyakit airborne yang paling umum dikenal saat ini termasuk flu dan COVID-19. Penyakit airborne dapat memiliki dampak signifikan pada kesehatan masyarakat, karena menyebabkan penyakit meluas dengan sangat cepat, bahkan kematian dalam beberapa kasus.
Penyakit yang ditularkan melalui virus di udara dapat menyebar melalui batuk, bersin, atau bahkan hanya berbicara, membuatnya sangat menular dan sulit dikendalikan. Berikut ini merupakan beberapa contoh penyakit yang ditularkan secara airborne dan masih sering kita temukan di masyarakat:
COVID-19 disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 dan pertama kali diidentifikasi di Wuhan, Cina pada Desember 2019. Penyakit ini dengan cepat menyebar ke seluruh dunia dan dinyatakan sebagai pandemi global oleh Organisasi Kesehatan Dunia pada Maret 2020. COVID-19 terutama menyebar melalui droplet ketika orang yang terinfeksi berbicara, batuk, atau bersin. Namun, ada bukti yang menunjukkan bahwa virus juga dapat menyebar melalui transmisi udara.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Nature menemukan bahwa virus dapat tetap hidup di udara hingga tiga jam, dan studi lain yang diterbitkan dalam jurnal Emerging Infectious Diseases menemukan bukti penularan melalui udara di sebuah restoran berventilasi buruk di China.
Campak adalah penyakit virus yang sangat menular yang dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk pneumonia dan ensefalitis. Virus ini menyebar melalui droplet dan dapat tetap tinggal di udara hingga dua jam setelah orang yang terinfeksi meninggalkan daerah tersebut. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Infectious Diseases menemukan bahwa virus dapat ditularkan melalui udara bahkan tanpa adanya kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.
Penyakit ini adalah peradangan kelenjar ludah di bagian samping wajah (parotis) akibat infeksi virus yang menular dari orang ke orang melalui droplet saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa gondok dapat ditularkan oleh virus di udara. Salah satu studi tersebut, yang diterbitkan dalam Journal of Infectious Diseases, menemukan bahwa virus itu ada di udara kamar asrama universitas tempat seorang siswa yang terinfeksi huni. Studi ini menyimpulkan bahwa virus dapat ditularkan melalui udara dan dapat menyebabkan wabah di lingkungan yang ramai.
Influenza, juga dikenal sebagai flu, adalah penyakit pernapasan sangat menular yang disebabkan oleh virus influenza. Virus ini menyebar melalui droplet dan dapat tetap di udara hingga satu meter dari orang yang terinfeksi. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Clinical Infectious Diseases menemukan bahwa virus dapat ditularkan melalui udara dalam area perawatan medis, menyoroti perlunya langkah-langkah pengendalian infeksi yang tepat.
Dikenal sebagai chickenpox atau varicella, virus ini sangat menular yang terutama ditularkan melalui udara. Virus yang menyebabkan cacar air disebut virus varicella-zoster (VZV), yang termasuk dalam herpesvirus. Ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin, virus dapat dilepaskan ke udara dalam bentuk droplet pernapasan, yang kemudian dapat dihirup oleh orang lain. Virus ini juga dapat menyebar melalui kontak langsung dengan cairan dari lepuh cacar air.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Infectious Diseases menyelidiki dinamika penularan cacar air di lingkungan sekolah. Studi ini menemukan bahwa sebagian besar kasus ditularkan melalui udara, dengan risiko penularan tertinggi terjadi di ruang kelas di mana siswa berada dalam jarak dekat satu sama lain. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya vaksinasi dan tindakan pengendalian lainnya dalam mencegah penyebaran virus cacar air. Dengan memahami penularan penyakit yang ditularkan melalui udara dan menerapkan langkah-langkah pengendalian infeksi yang tepat, kamu dapat mencegah penyebaran penyakit airborne dan melindungi kesehatan masyarakat.
Penyakit airborne menjadi perhatian utama bagi kesehatan masyarakat karena dapat menyebar dengan mudah melalui udara dan menginfeksi orang lain. Dikutip dari verywellhealth, empat tips berikut untuk mencegah penyebaran virus di udara adalah sebagai berikut:
Memakai masker bisa menjadi cara yang sangat efektif untuk mencegah penyebaran virus di udara. Masker bisa sangat efektif bila dipakai secara konsisten dan benar. Masker juga dapat membantu dalam mencegah penyebaran virus infeksi pernapasan umum seperti flu.
Ventilasi yang tepat adalah faktor kunci lain dalam mencegah penyebaran patogen di udara. Ventilasi yang memadai dapat membantu mengurangi konsentrasi patogen di udara dan membantu mencegah virus menyebar. Penting untuk memastikan bahwa kamar berventilasi baik, terutama di area berisiko tinggi seperti rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya.
Social distancing adalah kunci untuk mencegah penyebaran virus di udara. Ini bisa sangat krusial di daerah ramai seperti transportasi umum atau dalam pertemuan massal. Menjaga jarak setidaknya satu meter dari orang lain dapat membantu mencegah penyebaran virus di udara.
Mencuci tangan secara teratur dan menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin juga dapat membantu mencegah penyebaran virus di udara. Kebiasaan ini dapat membantu mencegah penyebaran infeksi pernapasan lainnya juga.
Kesimpulannya, mencegah penyebaran virus di udara memerlukan kombinasi langkah-langkah termasuk memakai masker, ventilasi yang baik, menjaga jarak sosial, dan praktik kebersihan yang baik. Dengan mengikuti kiat-kiat ini, kami dapat membantu mengurangi penyebaran virus di udara dan menjaga orang sekitar kita agar tetap sehat.
Sebagian penyakit yang disebabkan virus airborne dapat menyebabkan gejala yang berat hingga kematian, terutama pada anak-anak. Sebagian penyakit-penyakit ini telah tersedia vaksinnya agar meminimalisir gejala yang muncul dan mencegah angka kematian secara signifikan. Contoh yang paling mudah kamu temukan adalah vaksin Covid-19 dan MR (mumps & rubella) untuk anak-anak yang digratiskan pemerintah.
Walau terdengar menakutkan, sesungguhnya manusia hidup berdampingan dengan mikroorganisme yang melayang di udara setiap saat. Memang sebagian dapat menyebabkan penyakit, tetapi sebagian besarnya tidaklah berdampak negatif untuk kesehatan, malahan dapat membantu melatih sistem kekebalan tubuh kita agar semakin kuat.
Ingin tahu lebih banyak terkait dunia microbiome? Jangan lupa follow akun media sosial Nusantics dan kunjungi Nusantics Blog, ya!
Referensi:
https://www.verywellhealth.com/airborne-viruses-4797457
Jayaweera M, Perera H, Gunawardana B, Manatunge J. Transmission of COVID-19 virus by droplets and aerosols: A critical review on the unresolved dichotomy. Environ Res. 2020 Sep;188:109819. doi: 10.1016/j.envres.2020.109819. Epub 2020 Jun 13. PMID: 32569870; PMCID: PMC7293495.
M. Patricia Quinlisk, Mumps Control Today, The Journal of Infectious Diseases, Volume 202, Issue 5, 1 September 2010, Pages 655–656, https://doi.org/10.1086/655395
Lu J, Gu J, Li K, Xu C, Su W, Lai Z, Zhou D, Yu C, Xu B, Yang Z. COVID-19 Outbreak Associated with Air Conditioning in Restaurant, Guangzhou, China, 2020. Emerg Infect Dis. 2020 Jul;26(7):1628-1631. doi: 10.3201/eid2607.200764. Epub 2020 Apr 2. PMID: 32240078; PMCID: PMC7323555.
Timothy M Uyeki, Henry H Bernstein, John S Bradley, Janet A Englund, Thomas M File, Jr, Alicia M Fry, Stefan Gravenstein, Frederick G Hayden, Scott A Harper, Jon Mark Hirshon, Michael G Ison, B Lynn Johnston, Shandra L Knight, Allison McGeer, Laura E Riley, Cameron R Wolfe, Paul E Alexander, Andrew T Pavia, Clinical Practice Guidelines by the Infectious Diseases Society of America: 2018 Update on Diagnosis, Treatment, Chemoprophylaxis, and Institutional Outbreak Management of Seasonal Influenza, Clinical Infectious Diseases, Volume 68, Issue 6, 15 March 2019, Pages e1–e47, https://doi.org/10.1093/cid/ciy866
Michalik DE, Steinberg SP, Larussa PS, Edwards KM, Wright PF, Arvin AM, Gans HA, Gershon AA. Primary vaccine failure after 1 dose of varicella vaccine in healthy children. J Infect Dis. 2008 Apr 1;197(7):944-9. doi: 10.1086/529043. PMID: 18419532; PMCID: PMC2657090.
https://www.ijidonline.com/article/S1201-9712(21)00375-1/fulltext
Fresh Articles
The most established precision molecular diagnostics company in Indonesia
Temui Kami
Senin - Jumat: 9 a.m. - 6 p.m.
i3L Campus @ Lvl. 3
Jl. Pulomas Barat No.Kav.88, RT.4/RW.9, Kayu Putih, Pulo Gadung,
Jakarta Timur 13210
Contact Us
hello@nusantics.com
+62 (21) 509 194 30
Copyright © 2024 PT Riset Nusantara Genetika, PT Nusantara Butuh Diagnostik. All Rights Reserved.Kebijakan Privasi
© 2024 PT Riset Nusantara Genetika.
Kebijakan Privasi