• Home
  • Blog

share

Cegah Kerugian Tambak, Deteksi WSSV, EHP, dan AHPND pada Udang Sedini Mungkin!

9 Dec 2022

Cegah Kerugian Tambak, Deteksi WSSV, EHP, dan AHPND pada Udang Sedini Mungkin!

Penyakit udang seperti WSSV, EHP, dan AHPND bisa merugikan para peternak udang dan pada gilirannya dapat berdampak negatif pada perekonomian negara. Karena itu, masalah ini perlu diatasi sesegera mungkin.

Tambak udang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan terbukanya lapangan kerja di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia dan India.

Indonesia adalah negara maritim terbesar di dunia dan berpotensi menjadi ekonomi maritim nomor satu di dunia. Sementara itu, India adalah negara penghasil budidaya perairan terbesar kedua di dunia. Negara ini menghasilkan 17,5% dari udang tambak global.

Jenis-jenis Penyakit Udang

Sebenarnya tidak ada penyakit udang yang bisa disebut paling parah karena tergantung dari area, waktu, dan musim. Namun, menurut situs Alltech, beberapa penyakit udang yang paling banyak ditemukan di Asia adalah:

  • Acute hepatopancreatic necrosis disease (AHPND) yang disebabkan oleh bakteri,

  • White-spot syndrome virus (WSSV) yang disebabkan oleh virus, dan

  • Enterocytozoon hepatopenaei (EHP), yang disebabkan oleh microsporidia jamur.

Selain itu juga ada penyakit dan patogen lain yang sering dialami udang, seperti…

Kerugian Akibat Penyakit Udang

Menurut data yang dihimpun Cekolam.id, kerugian global akibat AHPND mencapai Rp 600 triliun. Penyakit ini juga menyebabkan 60% penurunan produksi udang global.

Menurut penelitian di jurnal Aquaculture, penurunan produksi nasional di India paling tinggi terjadi saat infeksi WSSV. Secara berurutan, penyebab kerugian terparah disusul oleh penyakit EHP, kombinasi EHP dan WSSV, vibriosis, running mortality syndrome (kematian dalam jumlah sedikit tapi berlangsung terus menerus), dan penyakit lain.

Kemungkinan munculnya WSSV diperkirakan lebih tinggi dibanding EHP (25% dibanding 17%). Namun, perkiraan kerugian produksi karena WSSV lebih rendah dibanding EHP. Jika WSSV menyebabkan kerugian produksi 0,33 juta ton dengan nilai USD 238.33 juta (sekitar Rp 3,6 triliun), EHP merugikan hingga 0,77 juta ton dengan nilai USD 567,62 juta (sekitar Rp 8,7 triliun).

Ini karena di Andhra Pradesh (wilayah penghasil udang terbesar di India), kemungkinan munculnya penyakit (probability of disease occurrence) EHP 22% dibanding WSSV 8%.

Total hilangnya pekerjaan karena penyakit-penyakit tersebut diperkirakan mencapai 1,65 juta hari kerja per orang (man-days) atau senilai USD 7,07 juta (sekitar Rp 108,7 miliar). Secara keseluruhan, kemungkinan terjadinya penyakit menular di India 49%, sehingga kerugian bisa mencapai 0,21 juta ton udang atau senilai USD 1,02 miliar (Rp 15,6 triliun).

Manajemen Tambak


Siklus produksi tambak udang terdiri dari empat komponen, yakni indukan (
broodstock), penetasan (hatchery), benur (nursery), dan pemeliharaan (grow out).

Menurut Organisasi Pangan dan Agrikultur PBB (FAO), setiap komponen membutuhkan air, fasilitas pemeliharaan, pakan yang bersih, protokol higienis, serta praktik pengeringan dan pengistirahatan siklus (dry-out and break-cycle practice).

Mengatasi penyakit udang memang tidak mudah, bahkan seringkali lebih kompleks daripada pencegahan penyakit. Tidak ada satupun solusi yang bisa mengatasi semua masalah.

Namun, ada langkah-langkah pencegahan untuk mencegah patogen masuk ke kolam udang dan menjaga udang tetap sehat.

Berikut praktik budidaya udang yang disarankan FAO:

  • Pilih genetik udang yang tepat. Langkah pertama dan yang paling penting adalah memilih indukan secara hati-hati dan sebisa mungkin bersertifikat untuk mencegah pembawa penyakit masuk ke sistem budidaya udang.

  • Mencegah patogen masuk dengan cara mengeringkan fasilitas secara teratur, mendisinfeksi tanah pengisi tambak dan mengganti air, mengontrol pakan, serta mencegah kontaminasi udara dan droplet.

  • Implementasi biosekuritas: Batasi jumlah pengunjung (misalnya kendaraan, manusia, burung, serta carrier lain) hingga batas minimal.

  • Higienitas: pasang tempat untuk mencuci tangan, merendam kaki, dan mencuci roda kendaraan, pasang tanda peringatan, mendisinfeksi alas kaki sebelum memasuki area tambak, dan menggunakan sepatu bot.

Cegah Kerugian Tambak dengan Deteksi Penyakit Udang Sedari Dini

Selain langkah-langkah di atas, kamu juga bisa mengecek keberadaan virus dan bakteri patogen di tambak udangmu dengan teknologi CeKolam.

CeKolam adalah layanan pengecekan penyakit pada udang dan benur dengan metode real time polymerase chain reaction (RT-PCR) di laboratorium dengan standar emas.

Penyakit yang dapat terdeteksi dengan CeKolam di antaranya AHPND, WSSV, dan IMNV. Kit PCR untuk mendeteksi penyakit lain seperti EHP, YHV, TSV, DIV-1 juga sedang dikembangkan.

CeKolam merupakan hasil kolaborasi antara perusahaan bioteknologi Nusantics dengan dr. Sidrotun Naim yang dikenal dengan julukan Dokter Udang. Jadi, kecanggihan teknologi dan akurasi hasilnya dapat dipercaya.

Salah satu keunggulan CeKolam adalah dapat mendeteksi penyakit udang bahkan sebelum udang dan benur menunjukkan gejala. Biayanya juga relatif terjangkau, yakni hanya Rp 250.000 per sampel.

Jika penyakit udang sudah terdeteksi sejak dini, kerugian tambak dapat dicegah. Jadi, tambak udang bisa menjadi uang, bukan utang.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai CeKolam, silakan cek di sini.


Referensi

  • Patil, Prasanna & Rajamanickam, Geetha & Ravisankar, T. & Avunje, Satheesha & G, Solanki & Abraham, TJ & Vinoth, s & K.P., Jithendran & Alavandi, Shankar & KK, Vijayan. (2021). Economic loss due to diseases in Indian shrimp farming with special reference to Enterocytozoon hepatopenaei (EHP) and white spot syndrome virus (WSSV). Aquaculture. 533. 736231. 10.1016/j.aquaculture.2020.736231.

  • https://www.alltech.com/blog/how-prevent-common-shrimp-diseases

  • https://media.neliti.com/media/publications/183483-ID-keanekaragaman-agensia-penyebab-vibriosi.pdf

  • https://www.woah.org/fileadmin/Home/eng/Health_standards/aahm/2009/2.2.03_IMN.pdf

  • https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-dentistry/yellow-head-virus

  • https://www.genics.com.au/wp-content/uploads/2020/08/Genics-DIV1-Educational-Resource-Guide.pdf

  • https://www.woah.org/fileadmin/Home/eng/Internationa_Standard_Setting/docs/pdf/2.2.04_TAURA.pdf

  • Alavandi, Shankar & Muralidhar, M. & Dayal, J. & Joseph sahaya rajan, Joseph & Praveena, Ezhil & Bhuvaneswari, T. & Saraswathy, Ramamoorthy & v, Chitra & KK, Vijayan & Otta, Subhendu. (2018). Investigation on the infectious nature of Running Mortality Syndrome (RMS) of farmed Pacific white leg shrimp, Penaeus vannamei in shrimp farms of India. Aquaculture. 500. 10.1016/j.aquaculture.2018.10.027.

Writer: Ema Fitria Rahmadianti

Editor: Agnes Octaviani