• Home
  • Blog

share

Apa yang Terjadi Jika Microbiome dalam Tubuh Menghilang?

21 Oct 2020

Apa yang Terjadi Jika Microbiome dalam Tubuh Menghilang?

Tubuh manusia dipenuhi berbagai organisme berukuran mikroskopik yang hidup di luar dan dalam tubuh manusia. Mikroorganisme ini dikenal dengan sebutan microbiome

Namun, sering kita dengar bahwa bakteri, virus, dan jamur haruslah dimusnahkan agar manusia hidup dapat hidup sehat. Padahal, jika microbiome seperti bakteri, virus, dan jamur ini benar-benar musnah, dampaknya tidak selalu positif.

 

Mengapa Microbiome dalam Tubuh Bisa Menghilang?

Apa yang Terjadi Jika Microbiome dalam Tubuh Menghilang? 1


Microbiome dalam tubuh manusia ikut berevolusi seiring dengan perubahan lingkungan dan manusia itu sendiri. Bagaimanapun, hubungan manusia dengan microbiome adalah hubungan yang saling membutuhkan dan menguntungkan. 

Microbiome dalam tubuh manusia mengajari sistem imun untuk membedakan mikroorganisme yang membahayakan dan mana yang menguntungkan, sehingga tubuh tetap sehat. Dengan tubuh yang sehat sebagai “rumah”-nya, microbiome dapat tinggal dan berkembang secara alami.

Seiring perkembangan gaya hidup, sanitasi, dan obat-obatan modern, beberapa spesies mikroorganisme mulai menurun jumlahnya, tergantikan, atau mungkin punah. Pada ekosistem dengan organisme yang lebih besar, peneliti mungkin dapat memprediksi dampak yang terjadi ketika sebuah spesies hilang, namun tidak demikian pada microbiome dalam tubuh manusia.

Penelitian berjudul
Microbial Ecology in States of Health and Disease: Workshop Summary juga mengutarakan hal senada. Membahas konsekuensi jika microbiome dalam tubuh manusia menghilang, para praktisi mempertanyakan apakah menghilangkan microbiota secara selektif berkontribusi terhadap penyakit esophagus, obesitas dan konsekuensinya, asma dan gangguan yang terkait, serta menyebarnya epidemi patogen kelas tinggi.

Penelitian lebih lanjut dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, namun pada dasarnya, perubahan ekologis yang melibatkan microbiome purba manusia memiliki kekuatan untuk memengaruhi fisiologi dan kesehatan. 

Studi terhadap orang-orang yang berasal dari negara-negara berkembang yang terpengaruh kecil dari praktik kesehatan modern (termasuk paparan antibiotik) dapat menjadi contoh tolok ukur yang ideal untuk merujuk pada bagaimana microbiome dan manusia hidup berdampingan. 

 

Dampak Ketika Microbiome dalam Tubuh Menghilang


Seiring berjalannya waktu, manusia tentu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan, misalnya dalam bidang medis yakni dengan menciptakan antibiotik yang berperan sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit. 

Antibiotik adalah obat yang membantu melawan infeksi bakteri dalam tubuh dan mungkin telah menyelamatkan banyak nyawa dari bakteri mematikan. Sayangnya, antibiotik tidak hanya berdampak pada target infeksi, tetapi juga memengaruhi resistensi microbiome.

Tidak ada salahnya mengonsumsi antibiotik, apabila memang sesuai dengan dosis yang dianjurkan dan tidak dalam jangka waktu lama. Sebab, penggunaan antibiotik yang terlalu sering dan tidak tepat sasaran malah bisa menghilangkan microbiome dalam tubuhmu, lho.

Lantas, jika microbiome dalam tubuh menghilang, apa saja dampak yang dapat terjadi?

 

1. Infeksi Jamur

Apa yang Terjadi Jika Microbiome dalam Tubuh Menghilang? infeksi jamur


Microbiome dalam tubuh manusia terdiri dari banyak mikroorganisme. Misalnya saja jamur, bakteri, virus, archaea, dan lain-lain.  Sebagai contoh, pemberian resep antibiotik yang berlebihan memicu evolusi bakteri tuberculosis dan Staphylococcus aureus yang resisten terhadap obat-obatan. 

Umumnya, efek samping pengobatan dengan antibiotik yang telah diketahui adalah infeksi jamur. Bahkan saat sedang ditujukan untuk infeksi di bagian lain dari tubuh, antibiotik dapat membunuh microbiome yang biasanya menjaga populasi jamur tetap terkendali, memungkinkan terjadinya infeksi lain yang tidak diinginkan.

Beberapa perubahan microbiome ini dapat bersifat sementara, namun kemungkinan beberapa efek lainnya dapat lebih bertahan lama dan merusak. Bahkan, gangguan ekosistem microbiome ini dapat bertahan selama bertahun-tahun dan mungkin berubah secara permanen. 

 

2. Meningkatkan Risiko Berbagai Penyakit Refluks

Apa yang Terjadi Jika Microbiome dalam Tubuh Menghilang? penyakit refluks


Salah satu bakteri yang jadi penghuni lambung ialah Helicobacter pylori. Nah, bakteri lambung Helicobacter pylori saat ini mulai menghilang, terutama pada populasi manusia di Amerika dan negara maju lainnya, sebagian besar akibat dari penggunaan antibiotik. 

Meskipun kematian bakteri ini telah menunjukkan pada beberapa hasil positif seperti penurunan kasus kanker lambung, penyusutan populasinya juga dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit refluks dengan cara mengganggu regulasi hormon dan tingkat pH.

 

3. Asma, Alergi Rhinitis, dan Alergi Kulit

Apa yang Terjadi Jika Microbiome dalam Tubuh Menghilang? asma alergi


Masih membahas tentang bakteri Helicobacter pylori, ternyata tidak hanya meningkatkan berbagai penyakit refluks, tidak adanya bakteri ini pun bisa meningkatkan risiko terkena asma saat anak-anak, alergi rhinitis, dan alergi kulit.

Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari Blaser dan Falkow dari
Departemen Mikrobiologi dan Imunologi Stanford yang mengatakan, “Individu yang memiliki bakteri H. pylori berisiko lebih kecil terkena asma saat anak-anak, alergi rhinitis, dan alergi kulit dibandingkan dengan mereka yang tidak memilikinya.
 

4. Obesitas, Diabetes, dan Sindrom Metabolisme

Apa yang Terjadi Jika Microbiome dalam Tubuh Menghilang? obesitas diabetes


Blaser dan Falkow juga mengemukakan bahwa peran bakteri Helicobacter pylori dalam memediasi hormon ghrelin, yang membantu mengatur perkembangan lemak dan rasa lapar. Jadi, jika kamu kehilangan bakteri ini, kemungkinan untuk mengalami obesitas pada awal kehidupan, diabetes tipe 2, dan sindrom metabolisme akan jadi lebih besar.

Lantas, Bagaimana Solusi Pemberian Antibiotik di Masa Depan?

Ke depannya, peneliti mengharapkan kemajuan dunia medis yang mampu membedakan antara patogen dengan amphibiont (mikroorganisme yang dapat bersifat patogenik, komensal, atau simbiotik dengan inang), agar dapat dilakukan pemisahan yang lebih baik untuk menentukan mana yang dieliminasi, dibiarkan, atau dikembalikan. 

Pemahaman karakteristik genome dan microbiome seorang individu yang lebih baik dan interaksinya, dapat membawa pendekatan individual untuk pencegahan dan pengobatan penyakit tertentu.

Jadi, sudah tahu kan betapa besarnya peran microbiome dalam tubuhmu? Apabila kamu masih mau membaca informasi menarik lainnya terkait microbiome, yuk kunjungi
Nusantics Blog!

Referensi:

Writer: Agnes Octaviani

Editor: Serenata Kedang