share

Apa Itu Microbiome Kulit?

1 Oct 2020

Apa Itu Microbiome Kulit?

Kulit kita bagaikan rumah bagi jutaan bakteri, jamur, dan virus yang menyusun mikrobiota kulit. Mikroorganisme yang disebut juga flora kulit ini tidak berbahaya, bahkan bermanfaat sebagai garda terdepan dalam menangkis serangan patogen.

Ya, jadi bukan sel kulit, melainkan microbiome kulit yang berperan vital dalam sistem imunitas dan menentukan tampilan kulit!

Lingkungan asli kulit sebenarnya kurang ramah pada bakteri tidak baik. Selain dingin dan kering, pH-nya juga asam. Bahkan, sebum sebagai pelumas kulit juga bersifat antimikroba. Idealnya, kulit punya banyak mikrobiota untuk memerangi bakteri tidak baik yang berkontak dengan kulitmu.

Dibanding lingkungan usus yang lebih kaya, kulit kekurangan banyak nutrisi di luar protein dasar dan lipid. Nah, agar bisa tetap hidup di lingkungan yang dingin, asam, dan kering, mikrobiota yang menempati kulitmu beradaptasi dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di keringat, sebum, dan
stratum corneum (lapisan terluar kulit atau epidermis).

Mikrobiota sendiri bertahan hidup dari garam, air, dan minyak (sebum) yang dikeluarkan kulitmu untuk menjaganya tetap sejuk dan terlumasi. Berikut faktor-faktor yang menentukan keragaman habitat mikrobiota:

  • Suhu tubuh
  • Ketebalan kulit
  • Jumlah dan ukuran lipatan kulit
  • pH kulit
  • Kepadatan folikel rambut dan kelenjar

Namun, kulit jadi rentan terkena masalah jika microbiome kulit atau skin microbiome-mu kacau karena penghalangnya rusak atau keseimbangan antara bakteri komensal dan patogen terganggu. Penyebabnya bisa karena hal-hal berikut:
  • Sabun
  • Penggunaan antibiotik berlebihan atau tidak tepat
  • Produk perawatan kulit yang keras
  • Faktor lingkungan

 

Microbiome di Area Kulit yang Berminyak, Lembap, dan Kering


Microbiome di Area Kulit yang Berminyak, Lembap, dan Kering

Area kulit bisa dibagi menjadi tiga kategori besar, yakni:


1. Berminyak (wajah, dada, dan punggung)


Terhubung dengan folikel rambut dan lebih banyak mengandung area berminyak, kelenjar minyak mengeluarkan sebum kaya lipid yang memiliki lapisan antiair untuk melumasi dan memberikan perlindungan antibakteri pada rambut dan kulit. Area ini didominasi bakteri yang menyukai lemak seperti spesies Propionibacterium.


2. Lembap dan hangat (bagian dalam siku, belakang lutut, sela-sela jari kaki, dan selangkangan)


Banyak memiliki kelenjar keringat untuk mengatur suhu tubuh melalui penguapan air. Keringat juga mengandung molekul antimikroba seperti asam lemak bebas dan peptida antimikroba. Hal ini membuat kulit bersifat asam sehingga tidak memungkinkan untuk pertumbuhan dan kolonisasi mikroorganisme tertentu. Bakteri yang menempatinya menyukai lingkungan lembap seperti spesies Staphylococcus dan Corynebacterium.


3. Kering dan sejuk (lengan dan kaki)


Memiliki mikrokoloni yang jauh lebih sedikit dibanding bagian tubuh lain.

Bakteri adalah kingdom mikroorganisme yang paling melimpah di seluruh bagian kulit manusia, sedangkan jamur adalah yang paling sedikit. Berbeda dengan komunitas bakteri, komposisi komunitas jamur sama saja di seluruh area tubuh tanpa memandang fisiologinya (berminyak, lembap, atau kering).

Jamur dari genus Malassezia mendominasi di inti tubuh dan lengan, sementara bagian kaki dikuasai oleh kombinasi yang lebih beragam, di antaranya Malassezia spp., Aspergillus spp., Cryptococcus spp., Rhodotorula spp., dan Epicoccum spp.


Hubungan Microbiome Kulit dengan Usia dan Masalah Kulit

Hubungan Microbiome Kulit dengan Usia dan Masalah Kulit


Pernahkah kamu bertanya-tanya, mengapa kulit anak-anak halus, sedangkan kulit remaja yang baru puber lebih berminyak dan mudah berjerawat?

Rupanya, keberlimpahan spesies mikroba kulit berubah susunannya saat puber. Di periode ini, peningkatan kadar hormon merangsang kelenjar minyak untuk menghasilkan sebum tambahan. Karena itu, kulit orang yang sudah melewati masa pubertas disukai mikroorganisme yang memanfaatkan lipid seperti bakteri Propionibacterium spp. dan Corynebacterium spp serta jamur Malassezia spp.

Sebaliknya, anak-anak yang belum puber lebih banyak memiliki Firmicutes (Streptococcaceae spp.), Bacteroidetes, dan Proteobacteria (betaproteobacteria dan gammaproteobacteria). Komunitas jamurnya juga lebih beragam.

Perubahan mikrobiota kulit sesuai umur ini memiliki hubungan dengan masalah kulit yang hanya dialami oleh pasien di usia tertentu. Contohnya, kasus dermatitis atopik yang berhubungan dengan Staphylococcus berkurang pada kebanyakan anak-anak sebelum pubertas. Sementara itu, kondisi tinea versicolor yang berkaitan dengan jamur Malassezia lebih umum terjadi pada orang dewasa daripada anak-anak.

Mempelajari komposisi mikrobiota di area kulit yang berbeda-beda penting untuk menguraikan etiologi (ilmu tentang penyakit) dari masalah kulit yang seringkali hanya muncul di area kulit tertentu. Misalnya, eksim di bagian dalam siku dan psoriasis di area luar siku.


Microbiome Kurang Beragam Menyebabkan Masalah Kulit

Microbiome Kurang Beragam Menyebabkan Masalah Kulit


Sayangnya, menurut artikel di askthescientist.com, keberagaman microbiome di banyak masyarakat modern hanya separuh dari keragamannya dulu.

Penyebabnya adalah praktik kebersihan modern (misalnya mandi setiap hari serta penggunaan sabun dan deterjen yang keras) ditambah dengan diet yang kurang sehat. Kurangnya interaksi dengan tanaman, tanah, serta microbiome hewan ternak dan liar juga memberikan pengaruh.

Di level individu, banyak faktor yang bisa membentuk keragaman flora kulit. Pekerjaan, usia, gaya hidup, pakaian, kebiasaan dalam membersihkan tubuh, bahkan seberapa lama kamu menghabiskan waktu di bawah sinar matahari bisa berpengaruh pada jenis dan jumlah mikroorganisme yang menempati microbiome-mu.

Kurangnya keberagaman microbiome kulit atau skin microbiome bisa menyebabkan kulit kering, produksi sebum berlebihan, jerawat, kemerahan, serta masalah lain. Karena itu, menjaga keseimbangan mikrobiota dan menjaga pH yang tepat bisa membantu melindungi kulit dan mikrobiotamu dari kondisi yang tidak diinginkan.

Apabila kamu mau memahami kondisi kesehatan kulit melalui analisa profil microbiome secara personal dan menyeluruh, kamu bisa mencoba Biome Scan

Biome Scan akan melakukan analisa swab test pada berbasis genomics technology pada permukaan kulitmu, sehingga kamu bisa mengetahui tingkat glowing, pH, sebum, dan lain-lain pada kulitmu. Penasaran mau coba? Klik link di atas untuk informasi lengkapnya, ya! 

Kamu juga bisa mencoba rangkaian microbiome skincare Biome Beauty dari Nusantics yang dibuat hanya dari bahan-bahan alami, tidak berpotensi berbahaya, pastinya ramah microbiome dan lingkungan. Buruan cek!

Referensi:

Writer: Fitria Rahmadianti

Editor: Serenata Kedang