• Home
  • Blog

share

Retinol dan Kaitannya dengan Microbiome Kulit

2 Mar 2023

Retinol dan Kaitannya dengan Microbiome Kulit

Kalau kamu mengikuti tren skin care di media sosial, pasti kamu pernah mendengar tentang produk yang mengandung retinol. Digadang-gadang sebagai produk perawatan anti-aging, retinol sering direkomendasikan untuk mulai digunakan sejak memasuki pertengahan usia 20-an.

Menurut Layers, manusia mulai kehilangan kolagen di kulit sejak sekitar pertengahan usia 20-an dan terus berkurang dengan angka rata-rata 1-1,7% per tahun.

Berdasarkan artikel di Future Science Leaders, peran microbiome kulit (mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan jamur yang hidup di kulit) adalah melindungi kulit dari patogen. Namun, beberapa faktor seperti jenis skincare yang digunakan bisa mengubah komposisinya.

Menurut penelitian di jurnal American Journal of Clinical Dermatology, jika microbiome kulit sudah terganggu, lapisan pelindung kulit jadi melemah dan bahkan bisa mengakibatkan masalah kulit seperti penuaan dini, dehidrasi, dan jerawat.

Bicara tentang anti-aging, banyak yang percaya pada khasiat retinol. Bahan yang ditemukan sejak akhir 1990-an ini dikenal manjur untuk meremajakan kulit, tapi seringkali terasa tidak nyaman saat dipakai. Bagaimana efeknya terhadap microbiome kulit?

Apa Itu Retinol?

Sebelum membahas tentang retinol, ada baiknya kamu mengetahui tentang retinoid dulu.

Menurut American Academy of Dermatology Association, retinoid adalah istilah umum untuk serangkaian produk berbasis vitamin A yang digunakan di kulit. Retinoid mendorong pergantian sel di permukaan kulit dengan lebih cepat serta meningkatkan produksi kolagen. Senyawa ini juga membantu meratakan warna kulit serta mengurangi garis halus dan kerutan.

Salah satu turunan retinoid adalah retinol yang sering digunakan untuk memperbaiki warna kulit, pigmentasi, dan tekstur yang tidak rata.

Retinol bekerja dengan mendorong pembelahan sel basal di permukaan kulit. Saat sel-sel tersebut terpisah, sel-sel epidermal baru bergerak dari lapisan dalam ke atas. Sel-sel mati pun terkelupas. Proses pembaruan sel ini berulang jika kamu menggunakan retinol dalam waktu lama. 

Pada gilirannya, hal ini mendorong produksi kolagen, mencerahkan kulit, dan mengurangi jerawat. Melalui regenerasi sel yang lebih cepat dan meningkatnya aliran darah ke kulit, masalah seperti jerawat, bekas jerawat, kerusakan akibat radikal bebas, dan kulit kusam bisa diatasi dengan jauh lebih cepat meski mungkin terasa tidak nyaman.

Efek Retinol terhadap Microbiome Kulit

Tidak diragukan lagi, retinol memang efektif. Meski demikian, zat ini bisa merusak microbiome kulitmu jika digunakan dengan tidak benar. Ini alasannya:

  • Retinol mengganggu proses alami kulit sehingga memengaruhi keseimbangan bakteri.

  • Penggunaan teratur bisa sangat mengiritasi kulit, terutama jika produk yang kamu pakai terlalu kuat atau jika kamu memakainya terlalu sering. Kulit jadi lebih sensitif terhadap serangan luar seperti polusi, sinar UV, dan kontak dengan asap rokok jika teriritasi dan meradang.

  • Jika sel kulit terlalu cepat berganti, mikroinflamasi bisa terjadi.

  • Kalau diperburuk dengan eksfoliasi secara kasar dan senyawa kimia lain, struktur dan kekuatan kulit dalam jangka panjang bisa rusak.

Alternatif Retinol


Ketika produk keras diaplikasikan secara topikal, pH kulitmu jadi berubah. Ini bisa menimbulkan beruntusan dan rusaknya kolagen secara prematur.

Retinol memang akan mempercepat pergantian sel kulit, tapi harga yang harus dibayar untuk kerusakan microbiome kulit tidak sepadan. Kulit adalah organ pelindung, jadi jangan membuatnya bekerja terlalu keras atau kelelahan.

Menjaga keseimbangan microbiome adalah kunci kulit yang sehat. Ada beberapa cara untuk membantu microbiome-mu tetap sehat dalam jangka panjang. Salah satunya adalah memperbaiki lapisan penghalang kulit dan meredakan inflamasi.

Biome Essence Spray Lavender dari Nusantics Biome Beauty bisa jadi pilihan skincare yang ramah microbiome untuk mengatasi tanda-tanda penuaan. Produk ini dapat membantu meremajakan kulit dan melindunginya dari radikal bebas.

Dibuat dari pure lavender flower essence water, produk ini memiliki sifat antiinflamasi untuk menenangkan kulit kemerahan. Biome Essence Spray Lavender juga mengandung flavonoid dan asam fenolik alami yang dapat meningkatkan produksi kolagen pada kulit.

Beberapa masalah yang dapat diatasi dengan produk ramah microbiome ini adalah kulit terbakar matahari, teriritasi setelah bercukur, kusam, kering, serta keriput.

Selain itu, Biome Beauty sudah teruji klinis di kulit orang Indonesia. Produk-produknya pun vegan, menggunakan bahan-bahan yang clean, cruelty-free, dan sudah terdaftar di BPOM.

Tunggu apa lagi? Coba Biome Essence Spray Lavender sekarang, yuk!


Referensi:

  • Holland, Keith T., and Richard A. Bojar. “Cosmetics.” American Journal of Clinical Dermatology, vol. 3, no. 7, 2002, pp. 445–449, https://doi.org/10.2165/00128071-200203070-00001.

  • https://www.futurescienceleaders.com/blog/2022/06/altering-the-skin-microbiome-the-effects-of-vitamin-c-retinol-and-resveratrol-serums-on-yeast-growth/

  • https://mylayers.com/blogs/our-blog-layer-by-layer/should-i-be-using-retinol

  • https://www.aad.org/public/everyday-care/skin-care-secrets/anti-aging/retinoid-retinol

Writer: Ema Fitria Rahmadianti

Editor: Agnes Octaviani