• Home
  • Blog

share

Mengapa Masalah Kulit Muncul Menjelang dan Saat Mentruasi?

7 Nov 2022

Mengapa Masalah Kulit Muncul Menjelang dan Saat Mentruasi?

Apakah kamu rajin mencatat siklus menstruasi setiap bulan?

Kalau iya, mungkin kamu juga akan menyadari berbagai gejala PMS (premenstrual syndrome) yang biasanya muncul sekitar seminggu sebelum haid. Tak hanya pegal, craving, dan terkadang sembelit, gejala PMS yang juga cukup mengganggu adalah timbul masalah kulit seperti jerawat.

Kok bisa? Berikut ini penjelasannya!

Mengenal Jerawat Hormonal


Penelitian menunjukkan bahwa
 sekitar 40-50% wanita di atas 25 tahun masih mengalami jerawat hormonal. Penyebabnya tak lain tak bukan karena fluktuasi hormon di sepanjang siklus menstruasi wanita.

Wanita akan mengalami kenaikan kadar estrogen sebelum masa ovulasi. Biasanya, kulit tampak lebih bersih karena estrogen menghambat produksi sebum dan menekan produksi hormon androgen seperti testosteron.

Namun, ketika kadar estrogen turun, kadar androgen akan naik dan menimbulkan efek sebaliknya. Produksi sebum di kulit akan meningkat, khususnya di area dagu dan rahang. Ditambah dengan meningkatnya hormon progesterone, akan semakin berkontribusi terhadap jerawat. Jika kamu memiliki kulit yang sudah berjerawat, biasanya akan menjadi lebih parah di waktu ini.

Umumnya, jerawat hormonal akan muncul di sekitar dagu dan rahang, khususnya jenis jerawat kistik yang terasa menyakitkan.

Kulit dengan minyak berlebihan memicu jerawat karena membuat sel kulit mati menempel dan memicu penyumbatan pori, serta memberi makan bakteri penyebab jerawat, yaitu Cutibacterium acnes (C. acnes).

Bakteri C. acnes ini mengurai lemak kompleks yang terdapat di sebum untuk kemudian memproduksi asam lemak yang menyebabkan peradangan di kulit manusia. 

Selain itu, permukaan bakteri ini juga mengandung molekul yang secara langsung dapat memicu peradangan. C. acnes juga mengeluarkan enzim yang dapat merusak jaringan sel di kulit, yang kemudian menambahkan peradangan di kulit.

Fluktuasi hormon juga mudah menimbulkan inflamasi dan iritasi di area kulit selain wajah, misalnya di sekitar kelamin yang juga memiliki banyak folikel rambut. Jadi, jangan terlalu terkejut jika kamu menemukan benjolan menyakitkan mirip jerawat yang disebabkan iritasi akibat rambut yang tumbuh ke dalam (ingrown) atau pun folliculitis.

Dapat disimpulkan karena fluktuasi hormon dan C. acnes, masalah kulit seperti kemerahan, bengkak, tidak nyaman, berminyak, dan jerawat akan muncul menjelang atau saat menstruasi.

Bisakah Jerawat Hormonal Dicegah?

Tidak seperti jerawat biasa, jerawat hormonal cukup sulit disembuhkan dengan cepat. Opsi terapi saat ini adalah terapi hormon yang menggunakan obat untuk menekan androgen dan kelenjar minyak, serta antibiotik yang diresepkan oleh dokter.

Meskipun dianggap efektif, tentu banyak yang ragu untuk menggunakannya karena berkaitan dengan hormon dan dikhawatirkan memiliki efek samping lain untuk tubuh.

Selain itu, antibiotik dapat mengganggu keseimbangan microbiome usus dan kulit, sebab belum dapat menargetkan C. acnes secara spesifik. 

Adapun beberapa cara mencegah dan meminimalisir dampak fluktuasi hormon dikutip dari Dr. Elsa Jungman:

1. Gunakan Skincare Secara Konsisten

Kulit yang sehat dimulai dari kebiasaan yang sehat pula. Pilih produk perawatan kulit yang berkualitas dan ramah microbiome kulit, agar kulit kamu akan memiliki pertahanan alami yang baik, misalnya saja rangkaian produk dari Biome Beauty.

2. Kelola Stres

Faktor yang tidak kalah berperan dalam fluktuasi hormon adalah stres. Bukan rahasia lagi bahwa stres dapat memperburuk kondisi jerawat kamu dan memengaruhi kesehatan secara keseluruhan.

Memang tidak mudah untuk mengelola stres, tetapi cobalah untuk mengendalikan beberapa penyebab stres yang umum seperti kurang tidur, mengurangi konsumsi gula, kafein, alkohol, dan batasi paparan screen time layar.

3. Perhatikan Diet Kamu

Berhubung jerawat disebabkan oleh inflamasi atau peradangan, kamu bisa meningkatkan konsumsi makanan yang berkhasiat anti-inflamasi untuk meredakan dan mencegah iritasi dan inflamasi. Kandungan ini umumnya terdapat di makanan utuh (tidak diproses) dan yang berbasis tumbuhan, contohnya buah-buahan, ikan, biji-bijian, dan lain sebagainya.

Makanan-makanan dari tumbuhan tersebut juga biasanya memiliki kandungan serat yang tinggi, sehingga juga bermanfaat untuk microbiome usus.

Terdapat studi yang menunjukkan adanya hubungan antara estrogen dengan microbiome usus. Dengan menjaga keseimbangan microbiome usus yang sehat, kamu juga menjaga kesehatan tubuh kamu secara keseluruhan, termasuk dari dampak fluktuasi hormon yang terjadi. 

4.  Periksa Microbiome Kulitmu

Jika kamu sudah lelah mencoba berbagai cara dan masih bergumul dengan masalah kulit berjerawat, berminyak, kusam, dan lain-lain, sudah saatnya kamu mencoba mengenali komposisi microbiome kulit kamu.

Mengenal microbiome kulit kamu sendiri artinya memberikan kamu wawasan yang lebih luas tentang makhluk-makhluk kecil penghuni kulit kamu. Dengan begitu, kamu dapat memilih produk perawatan kulit yang lebih tepat sasaran sesuai kebutuhan sebenarnya.

Kapan Harus Ke Dokter?


Kamu perlu berkonsultasi ke dokter jika kamu mengalami jerawat hormonal disertai gejala-gejala berikut ini:

  • Menstruasi tidak teratur

  • Rambut di wajah atau bagian tubuh yang berlebihan

  • Berat badan naik atau sulit menurunkan berat badan tanpa alasan yang jelas

  • Kulit belakang leher kehitaman

  • Rambut menipis dan rontok berlebih

Beberapa gejala ini mungkin merupakan tanda kamu mengidap polycystic ovary syndrome (PCOS). Gangguan hormon ini cukup umum dialami oleh sebagian wanita dan sebaiknya mengikuti saran terapi dari ahli.

Nusantics menyediakan layanan Biome Scan agar kamu dapat mengetahui bagaimana komposisi microbiome kamu. Jangan khawatir, kulit kamu hanya akan diusap saja dan hasilnya akan kamu terima dalam beberapa hari aja. 

Setelah mengetahui komposisi bakteri, jamur, virus, dan lain-lain yang berkaitan dengan kesehatan kulit kamu, kamu dapat menerima saran dari ahli di Nusantics terkait kandungan apa saja yang cocok untuk menyeimbangkan microbiome kamu. Jadi tidak perlu membuang banyak waktu dan uang untuk trial and error banyak produk skincare, kan?


Referensi:

  • Baker, James M., et al. “Estrogen–gut Microbiome Axis: Physiological and Clinical Implications.” Maturitas, vol. 103, Elsevier BV, Sept. 2017, pp. 45–53. https://doi.org/10.1016/j.maturitas.2017.06.025.

  • “The Connection Between Hormonal Breakouts and Your Skin Microbiome.” Ellis Day Skin Science, 12 Oct. 2020, www.ellisdayskinscience.com/blogs/ellis-day-abstracts/the-connection-between-hormonal-breakouts-and-your-skin-microbiome.

  • “Hormonal Acne: Why It Happens and How to Prevent It.” Dr. Elsa Jungman, 1 Dec. 2021, dr-ej.com/blogs/all/hormonal-acne-why-it-happens-how-to-prevent-it.

  • Joshua A. Zeichner, et al. “Emerging Issues in Adult Female Acne.” The Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology, vol. 10, no. 1, Jan. 2017, pp. 37–46.

  • Santos-Longhurst, Adrienne. “The Ultimate Guide to Period-Related Breakouts.” Healthline, 12 June 2020, www.healthline.com/health/period-acne.

Writer: Agnes Octaviani

Editor: Agnes Octaviani