• Home
  • Blog

share

FDA Menyetujui Terapi Transplantasi Feses, Kok Bisa?

7 Dec 2022

FDA Menyetujui Terapi Transplantasi Feses, Kok Bisa?

Siapa sangka kotoran manusia yang dianggap tak berguna dan menjijikan ternyata dapat menjadi obat?

Baru-baru ini, Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat menyetujui penggunaan fecal microbiome transplant (FMT) untuk mengobati dan mencegah infeksi berulang Clostridioides difficile (C. difficile) yang resisten terhadap terapi antibiotik.

FMT adalah prosedur yang melibatkan transplantasi mikroba usus dari seseorang yang sehat kepada pasien C. difficile Ini adalah kabar baik bagi pasien yang menderita infeksi yang sulit diobati ini karena FMT telah terbukti efektif dalam mengobatinya.

FMT telah digunakan secara luas dalam praktik medis selama beberapa tahun, tetapi baru di November 2022 FDA menyetujui penggunaannya untuk mengobati C. difficile yang resisten terhadap terapi antibiotik.

Ini menandakan bahwa FMT telah diakui sebagai terapi yang efektif dan aman oleh otoritas kesehatan pemerintah. Kini, pasien yang menderita C. difficile yang resisten terhadap terapi antibiotik akan memiliki opsi terapi yang lebih baik dan lebih efektif.

Bagaimana feses dapat berubah menjadi obat? Berikut ini penjelasannya!

Apa Itu Fecal Microbiota Transplantation?

Mengutip Clinical Endoscopyfecal microbiota transplantation (FMT) merupakan metode terapi untuk penyakit spesifik yang menginfusi cairan filtrasi dari feses donor yang sehat ke usus pasien.

Proses transplantasi ini dapat dilakukan melalui selang, kolonoskopi, enema, atau kapsul.

Sebelum membahas cara kerjanya, kamu perlu mengetahui tentang microbiome terlebih dahulu.

Jadi tanpa bisa kamu lihat dengan mata telanjang, sebetulnya dimana-mana ada mikroorganisme yang menjadi bagian dari ekosistem, termasuk di permukaan dan di dalam tubuh manusia.

Berbagai mikroorganisme yang menjadi bagian dari ekosistem ini biasanya disebut sebagai microbiome, terdiri dari bakteri, archaea, jamur, virus, dan lainnya. Umumnya mereka tidak berbahaya dan bahkan sebagian dari mereka membawa manfaat.

Di tubuh manusia, microbiome jumlahnya triliunan dan melebihi jumlah sel manusia itu sendiri. Komposisi microbiome ini dipengaruhi oleh diet, lingkungan, hingga gaya hidup kamu sehari-hari.

Sebagian besar microbiome ini tinggal di usus, mereka memiliki peran penting untuk menjaga tubuh kamu tetap sehat. Untuk memiliki tubuh yang sehat, komposisi microbiome harus dalam keadaan seimbang.

Ketika kamu sakit dan diberikan obat antibiotik, komposisi microbiome yang sebagian besarnya terdiri dari bakteri akan terdampak.

Antibiotik memang dapat membunuh bakteri penyebab penyakit, namun karena tidak dapat membedakan mana bakteri patogen dan mana bakteri "baik", komposisi microbiome pasti akan terganggu.

Setelah pengobatan selesai, microbiome di usus kita seharusnya akan kembali ke komposisi sebelumnya, tetapi terkadang ada saja mikroba lain, seperti C. difficile, yang dapat menekan pertumbuhan bakteri baik dan menimbulkan infeksi baru.

Mengutip Frontiers for Young Minds, mikroba seperti C. difficile ini dikenal sebagai patogen oportunistik, yaitu tidak berbahaya pada kondisi normal, tetapi dapat menjadi masalah ketika keseimbangan di usus terganggu.

Infeksi C. difficile menjadi perhatian Center for Disease Control (CDC) di Amerika Serikat karena menyebabkan 500.000 infeksi dan 15.000 kematian tiap tahunnya. Sekitar 70% kasus berhasil diatasi dengan antibiotik, tetapi 20-35% sisanya terjadi infeksi berulang.

Yang jadi berita buruk, infeksi berulang ini diakibatkan C. difficile menjadi resisten antibiotik dan akhirnya menyebabkan kematian pasien.

Di sinilah FMT menjadi harapan. Feses tidak hanya terdiri dari sisa makanan, tetapi juga sebagian komposisi microbiome usus.

Pasien yang selesai menjalani terapi antibiotik untuk mengurangi jumlah C. difficile kemudian akan melanjutkan pengobatan dengan FMT. Feses ini dapat berasal dari tubuh pasien sendiri sebelum sakit, atau berasal dari orang lain (donor) yang sudah melewati berbagai proses screening.

Microbiome yang masuk ke saluran pencernaan pasien dapat kembali berkoloni dan mendorong C. difficile keluar, sehingga ekosistem usus kembali seimbang.

FMT menunjukkan keberhasilan 80-90% mengobati infeksi berulang C. difficile dan menjadi opsi yang menyelamatkan hidup pasien.

FMT Pengobatan Masa Depan?


Sejauh ini FMT, yang diberi nama
 Rebyota, baru diteliti dan digunakan pada pasien 18 tahun ke atas. Rebyota masih terus diteliti risiko dan potensi pengobatan penyakit lainnya hingga saat ini.

Para ahli melihat potensi FMT dapat menjadi terapi untuk kondisi dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan microbiome usus, misalnya Parkinson's disease, obesitas, resisten insulin, sindrom metabolik, HIV, hingga autisme.

FMT tidak bisa dilakukan sembarangan dan calon pendonor juga harus melewati seleksi ketat. Feses pendonor harus bebas dari patogen dan bakteri yang resisten antibiotik. Selain itu, pendonor juga akan diseleksi berdasarkan gaya hidup dan sejarah medisnya.

Manusia sehat pada dasarnya akan membawa patogen oportunistik di saluran pencernaannya, tentunya mereka berpotensi menjadi masalah bagi pasien yang sedang sakit.

Melihat betapa kompleks dan bervariasi komposisi microbiome manusia, banyak perusahaan bioteknologi berusaha menciptakan komposisi microbiome buatan yang dapat menyerupai efek feses alami.

Sejauh ini, belum ada yang berhasil memberikan efektivitas yang sama dengan FMT. Salah satu tantangannya adalah karena cara kerja FMT yang belum sepenuhnya dipahami oleh para ahli.

Semakin diteliti, semakin banyak peran dan potensi pemanfaatan microbiome untuk kehidupan makhluk hidup. Sudah saatnya kita juga semakin sadar untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan tak lagi memusuhi secara membabi buta apa yang tidak bisa kita lihat dengan mata telanjang.

Yuk, kenali dunia microbiome lebih jauh bersama Nusantics! Mampir ke Nusantics Blog, ya untuk lebih banyak bahasan terkait microbiome!


Referensi:

  • Office of the Commissioner. “FDA Approves First Fecal Microbiota Product.” U.S. Food And Drug Administration, 30 Nov. 2022, www.fda.gov/news-events/press-announcements/fda-approves-first-fecal-microbiota-product.

  • Choi, Hyun Ho, and Young-Seok Cho. “Fecal Microbiota Transplantation: Current Applications, Effectiveness, and Future Perspectives.” Clinical Endoscopy, vol. 49, no. 3, The Korean Society of Gastrointestinal Endoscopy, May 2016, pp. 257–65. https://doi.org/10.5946/ce.2015.117.

  • Halaweish, Hossam F., et al. “Encapsulated Fecal Microbiota Transplantation: Development, Efficacy, and Clinical Application.” Frontiers in Cellular and Infection Microbiology, vol. 12, Frontiers Media SA, Mar. 2022, https://doi.org/10.3389/fcimb.2022.826114.

  • “What Are Poop Transplants and How Do They Work?” Frontiers for Young Minds, kids.frontiersin.org/articles/10.3389/frym.2021.571389.

Writer: Agnes Octaviani

Editor: Agnes Octaviani