• Home
  • Blog

share

Apakah Microbiome Memengaruhi Kram Saat Menstruasi?

23 Nov 2022

Apakah Microbiome Memengaruhi Kram Saat Menstruasi?

Banyak wanita mengalami kram perut menjelang menstruasi (dysmenorrhea). Ternyata, ada peran microbiome dalam hal ini. Kabar baiknya, kram menstruasi bisa diringankan dengan menyeimbangkan microbiome!

Kram menstruasi kadang disertai dengan gejala gastrointestinal. Perubahan suasana hati, tingkah laku, dan fisik yang dialami menjelang menstruasi bisa berdampak negatif terhadap kualitas hidup perempuan. Karena itu, untuk memfasilitasi para perempuan di Indonesia, cuti haid diatur dalam Pasal 81 ayat (1) UU Ketenagakerjaan.

Prostaglandin, Si Penyebab Nyeri Haid

Penyebab kram menstruasi belum sepenuhnya dipahami, tapi hormon, sistem vaskular, dan sistem imun semuanya berkontribusi. Salah satu kontributor nyeri menstruasi yang sudah banyak diteliti adalah kelompok lipid yang disebut prostaglandin.

Prostaglandin mempercepat penyempitan pembuluh darah di rahim, mendorong kontraksi rahim, mengurangi aliran darah ke rahim, serta meningkatkan sensitivitas saraf di rahim. Semua faktor tersebut menghasilkan kram menstruasi.

Sebelum masa menstruasi tiba, lapisan rahim siap luruh. Ada zat kimia yang membantu memecah sel-sel di lapisan teratas rahim.

Saat sel-sel ini terpecah, mereka melepas asam lemak dari membran sel. Salah satu asam lemak tersebut adalah asam arakidonat omega-6. Asam tersebut lalu dipecah oleh enzim untuk membentuk prostaglandin yang menimbulkan rasa sakit.

Tingginya kadar asam arakidonat bisa meningkatkan produksi prostaglandin. Kadarnya semakin tinggi di saluran reproduksi dan ovarium wanita yang menderita endometriosis atau PCOS.

Prostaglandin adalah bagian dari rantai kimiawi komunikasi antara stimulus peradangan dan gejala menstruasi, seperti nyeri dan gangguan gastrointestinal. 

Peran Microbiome Saat Menstruasi


Microbiome
 alias kumpulan mikroorganisme yang hidup di tubuh kita membantu mengatur konsentrasi hormon seks (progesteron, estrogen), fungsi imun, suasana hati, serta persepsi rasa sakit. Jadi, microbiome juga berkaitan dengan kesehatan siklus menstruasi kita.

Microbiome vagina sangat berbeda di antara perempuan usia produktif. Microbiome juga bisa mengatur serta memperkuat inflamasi saluran reproduksi, sehingga bisa berkontribusi terhadap gejala dysmenorrhea.

Berikut beberapa cara microbiome memengaruhi kram saat menstruasi:

1. Memengaruhi tingkat keparahan nyeri haid

Menurut penelitian di jurnal Nursing Research, perempuan yang merasakan sakit dan gejala gastrointestinal saat menstruasi memiliki microbiome vagina yang berbeda dengan perempuan yang nyerinya ringan.

Sakit dan gejala pramenstruasi yang lebih parah berkaitan dengan berkurangnya bakteri baik Lactobacilli serta banyaknya bakteri Prevotella, Atopobium, dan Gardnerella.

Tingginya level Prevotella, Atopobium, dan Gardnerella juga tampak pada kasus ketidaksuburan dan berkaitan dengan menurunnya angka kehamilan pasca transfer embrio bayi tabung (IVF).

2. Mikroba menghasilkan asam lemak rantai pendek

Kalau kamu memiliki microbiome usus yang beragam, kamu memiliki lebih banyak mikroba yang menghasilkan asam lemak rantai pendek. Asam lemak ini mengurangi peradangan dengan mengatur produksi prostaglandin dan mengurangi pelepasan senyawa inflamasi dari sel.

Menurut Fertile Gut, asam lemak rantai pendek butirat dapat mengurangi ukuran luka endometrium (lapisan terdalam rahim), sehingga bisa mengurangi peradangan.

3. Memengaruhi penyerapan zat gizi mikro

Bakteri baik dalam usus meningkatkan akses serta ketersediaan zat besi, selenium, kalsium, zinc, dan zat gizi mikro lainnya. Spesies Lactobacillus meningkatkan ketersediaan kalsium dan magnesium. Microbiome juga memengaruhi metabolisme vitamin D.

Berdasarkan penelitian di jurnal Archives of Internal Medicine, menjaga usus tetap sehat dan meningkatkan asupan kalsium menjadi 1.300 mg per hari berkaitan dengan berkurangnya gejala menstruasi hingga 30% dibanding asupan kalsium 530 mg dan lebih rendah lagi.

Mengonsumsi minimal 700 IU vitamin D dari sumber makanan juga mengurangi risiko gejala menstruasi hingga 41% dibanding asupan 110 IU per hari.

Selain itu, penelitian di jurnal PLoS One juga menunjukkan bahwa asupan vitamin D yang cukup selama prakonsepsi dan kehamilan berkontribusi pada microbiome sehat pada calon bayi.

4. Mengatur asam lemak esensial

Pola makan yang sehat mengandung asam lemak omega-6 dan omega-3 yang seimbang. Jika terlalu banyak omega-6 dan kurang omega-3 di membran sel, semakin banyak asam arakidonat yang membentuk prostaglandin. Artinya, peradangan dan kram menstruasi bisa meningkat. 

Asam lemak omega-6 dapat ditemukan di minyak nabati seperti minyak bunga matahari, safflower, jagung, cottonseed, kacang tanah, biji anggur, serta di margarin. Batasi omega-6 dalam makananmu agar tercipta keseimbangan dengan omega-3.

Namun, ada kabar baik. Kalau kamu memiliki microbiome yang sehat, omega-6 yang berlebih bisa diubah menjadi senyawa yang dapat membatasi inflamasi, bahkan meningkatkan bakteri baik Lactobacillaceae di usus. Artinya, nyeri menstruasi akan berkurang.

Ternyata, microbiome usus yang sehat dan beragam bisa mengurangi inflamasi dan hipersensitivitas terhadap rasa sakit. Terbukti, kan, kalau microbiome usus bisa berpengaruh ke kesehatanmu secara menyeluruh, termasuk ke kesehatan reproduksi!

Cari tahu hal apa lagi yang dipengaruhi oleh microbiome di tubuh kita dalam Nusantics Blog!


Referensi:

  • Chen, C.X., et al., Associations Between Dysmenorrhea Symptom-Based Phenotypes and Vaginal Microbiome: A Pilot Study. Nurs Res, 2021. 70(4): p. 248-255.

  • Bertone-Johnson, E.R., et al., Calcium and vitamin D intake and risk of incident premenstrual syndrome. Arch Intern Med, 2005. 165(11): p. 1246-52.

  • Talsness, C.E., et al., Influence of vitamin D on key bacterial taxa in infant microbiota in the KOALA Birth Cohort Study. PLoS One, 2017. 12(11): p. e0188011.

  • https://www.fertile-gut.com/blogs/news/your-microbiome-and-menstrual-cramps

Writer: Ema Fitria Rahmadianti

Editor: Agnes Octaviani